Sukses

Wall Street Tertekan, Investor Pantau Permbicaraan Perdagangan AS-China

Saat ini pembicaraan perdagangan antara Washington dan Beijing telah berada di puncak atau hampir mencapai kesepakatan.

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street melemah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) karena investor menimbang negosiasi perdagangan yang sedang berlangsung antara China dengan AS.

Mengutip CNBC, Rabu (6/3/2019), Dow Jones Industrial Average turun 13,02 poin menjadi 25.806,63 karena saham Walgreens Boots Alliance merosot lebih dari 2 persen. S&P 500 mengakhiri hari turun 0,1 persen menjadi 2.789,65 sedangkan Nasdaq Composite ditutup tepat di bawah titik impas di 7.576,36.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, saat ini pembicaraan perdagangan antara Washington dan Beijing telah berada di puncak atau hampir mencapai kesepakatan. Hal itu tentu saja akan mengakhiri pertikaian perdagangan yang selama ini telah berlangsung.

"Tampaknya pembicaraan yang telah dilakukan berkali-kali antara AS dengan China sudah mulai membuahkan hasil," jelas Katie Nixon, CIO di Northern Trust Wealth Management.

"Kesepakatan akan menjadi berita baik. Bagi perusahaan, ketidakapastian seperti sebelumnya dan saat ini membuat lebih berhati-hati untuk berekspansi," jelas dia.

Investor terus mengamati dengan seksama negosiasi mengenai perdagangan dengan China. Mereka menilai suatu kesepakatan — atau ketiadaannya — dapat memengaruhi laba perusahaan dan kemudian akan mempengaruhi Wall Street.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perdagangan Sebelumnya

Pada perdagangan sehari sebelumnya, Wall Street juga mengalami tekanan karena terbebani laporan belanja konstruksi Amerika Serikat (AS) yang lemah dan penurunan saham perawatan kesehatan, karena  memudarnya reli awal optimisme atas kesepakatan perdagangan AS-China.

Dilansir dari Reuters, Selasa (5/3/2019), pengeluaran konstruksi AS secara tak terduga turun pada Desember 2018 karena investasi dalam proyek-proyek swasta dan publik turun, membuat para ekonom memperkirakan pemerintah akan memangkas estimasi pertumbuhan ekonomi untuk kuartal IV 2018. 

Sebelum berbalik negatif, Wall Street telah naik menyusul laporan bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dapat mencapai kesepakatan perdagangan formal pada pertemuan puncak sekitar 27 Maret 2019.

Optimisme atas dua ekonomi terbesar dunia yang mencapai gencatan senjata perdagangan telah menjadi faktor signifikan yang memicu reli pasar sejak akhir Desember 2018, bersamaan dengan kepercayaan investor bahwa Federal Reserve tidak akan agresif dalam menaikkan suku bunga. Indeks S&P 500 tetap naik lebih dari 11 persen di tahun 2019.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 206,67 poin, atau 0,79 persen, menjadi 25.819,65, S&P 500 kehilangan 10,88 poin, atau 0,39 persen, menjadi 2.792,81 dan Nasdaq Composite turun 17,79 poin, atau 0,23 persen, menjadi 7.577,57.

Buruknya kinerja Alabama Healthcare pada tahun ini merupakan faktor penekan utama indeks S&P 500 yang menurun terbesar, merosot 1,3 persen. Saham UnitedHealth Group turun 4,1 persen, membebani Dow Jones, sementara saham perusahaan asuransi kesehatan lainnya juga turun tajam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.