Sukses

Gagal Tes Roket, Program Antariksa China Alami Kemunduran?

Roket China gagal dalam dua kali berturut-turut uji coba. Kini diprediksi, program antariksa Tiongkok mengalami kemunduran.

Liputan6.com, Beijing - Uji coba kedua roket transportasi antariksa milik China mengalami kegagalan pada Minggu 2 Juli 2017. Gagalnya uji coba itu dinilai memberikan kemunduran bagi ambisi eksplorasi angkasa luar Negeri Tiongkok.

Roket transportasi antariksa (rocket carrier) itu bernama Long March 5 (LM-5). Dalam uji coba tersebut, Long March 5 membawa satelit komunikasi angkasa luar eksperimen. Demikian seperti yang diwartakan dari CNN, Senin (3/7/2017).

Long March 5 yang dijuluki 'Chubby 5' --karena ukurannya yang cukup besar, berdiameter 5 meter dan tinggi 57 meter-- dirancang untuk mampu membawa muatan 25 ton ke orbit terendah. Kapabilitas itu dua kali lipat melampaui kemampuan roket transportasi antariksa model lama yang pernah dimiliki China.

Diklaim sebagai roket terbesar dalam sejarah Negeri Tirai Bambu, LM-5 diluncurkan pada 19.23 waktu setempat dari pangkalan pusat komando antariksa Wenchang, di Kepulauan Hainan.

Namun, 40 menit setelah peluncuran, media pemerintah Xinhua melaporkan dalam sebuah berita terbaru bahwa LM-5 mengalami kegagalan.

Xinhua tidak memberikan informasi detail mengenai penyebab kegagalan uji coba tersebut.

Melalui akun Twitter-nya, Xinhua juga menjelaskan, "#BREAKING: Peluncuran roket Long March-5 Y2 Carrier mengalami kegagalan." Kemudian menambahkan, "Anomali terdeteksi dalam peluncuran tersebut dan investigasi lebih lanjut akan dilakukan."

 

Program Antariksa China Mengalami Kemunduran?

Kegagalan LM-5 tersebut diprediksi akan memberikan kemunduran yang cukup signifikan bagi ambisi eksplorasi antariksa China.

"Mengingat LM-5 merupakan teknologi baru, kegagalan itu menjadi sebuah catatan khusus bagi China bahwa ilmu pengetahuan tentang roket amatlah sulit. Itu mengapa masih banyak negara yang belum memiliki teknologi tersebut," kata Profesor Joan Johnson-Freese, pakar program antariksa China dari US Naval War College.

Sebelumnya, Profesor Johnson-Freese menyebut bahwa LM-5 --jika berhasil-- akan memberikan China kemajuan yang signifikan dalam eksplorasi angkasa luar. Roket tersebut, menurut Johnson-Freese, mampu digunakan untuk membantu pengembangan stasiun angkasa luar milik China.

Negeri Tirai Bambu memiliki ambisi besar dalam bidang eksplorasi angkasa luar. Mereka berencana untuk mendaratkan robot nirawak di sisi gelap Bulan dan pesawat antariksa hingga ke Mars pada 2020. Dan kini nampaknya, setelah kegagalan LM-5, program antariksa tersebut harus ditunda untuk beberapa waktu.

Program pengembangan Long March 5 telah dicanangkan pada 2001. Namun, setelah sejumlah hambatan akibat masalah pendanaan dan ristek --khususnya pada upaya agar roket tersebut mampu berbahan bakar cair--, Chubby 5 baru diperkenalkan ke publik pada November 2016.

Perkenalan LM-5 ke publik pada November 2016 juga bersamaan dengan dibukanya pangkalan pusat komando antariksa di Kepulauan Wenchang. Pusat komando itu merupakan fasilitas yang unik dan efisien, mengingat lokasinya yang berada di lautan, sehingga memudahkan akses untuk distribusi logistik.

Produsen LM-5 mengklaim bahwa roket tersebut memiliki kapabilitas setara dengan Roket Delta IV produksi Amerika Serikat, yang dianggap sebagai rocket carrier paling mumpuni di dunia.

"Kedua roket berada pada tingkatan yang sama. Meski begitu, Delta masih dianggap sebagai roket paling efisien dan efektif karena menggunakan bahan bakar campuran serta memiliki pengalaman terbang bertahun-tahun. Sementara untuk LM-5 yang masih baru, kami masih harus memodifikasi lebih lanjut," kata He Wei, pemimpin perancang LM-5.

Proyek Ambisius

China merupakan salah satu negara yang tertinggal dalam persaingan 'space race'. Mereka baru mengirim satelit ke angkasa luar pada 1970-an, di tahun yang sama ketika AS telah mengirim manusia untuk pertama kali ke Bulan.

Namun, dalam beberapa dekade terakhir, Negeri Tirai Bambu telah mengucurkan dana jutaan dolar untuk mengejar ketertinggalan. Dana itu digunakan untuk pengembangan ristek serta sumber daya manusia.

Sejak 2003, China berambisi besar. Saat ini, Tiongkok telah mengirim 5 astronot ke angkasa luar, menjadikan mereka negara ketiga yang telah melakukan hal itu, setelah Uni Soviet (kini Rusia) dan Amerika Serikat.

Mereka kini berupaya untuk mendaratkan kendaraan nirawak penjelajah Bulan dan meluncurkan stasiun-laboratorium antariksa.

Akan tetapi, program eksplorasi angkasa luar China diprediksi akan mengalami banyak hambatan. Selain kegagalan uji coba LM-5, pada 2011 lalu, AS telah memutus kerjasama bilateral dengan Tiongkok dalam aspek pengembangan ilmu pengetahuan di bidang antariksa.

 

Saksikan juga video berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.