Sukses

Rupiah Menguat ke 15.124 per Dolar AS, IHSG Naik Terbatas

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi dengan kecenderungan melemah. Namun, IHSG mampu berbalik arah ke zona hijau.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi dengan kecenderungan melemah. Namun, IHSG mampu berbalik arah ke zona hijau.

Pada penutupan perdagangan saham, Kamis (1/11/2018), IHSG naik tipis 4,27 poin atau 0,07 persen ke posisi 5.835,92. Indeks saham LQ45 menguat 0,32 persen. Sebagian besar indeks saham acuan bervariasi.

Pada Kamis pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.883,22 dan terendah 5.815,75. Transaksi perdagangan cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 407.170 kali dengan volume perdagangan 9,4 miliar saham.

Nilai transaksi harian saham Rp 8,3 triliun. Investor asing beli saham Rp 1,14 triliun di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 15.124.

Sebagian besar sektor saham pun bervariasi. Sektor saham industri dasar melemah 1,63 persen, dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham barang konsumsi tergelincir 1,34 persen dan sektor saham pertanian susut 1,23 persen.

Saham-saham membukukan penguatan terbesar antara lain saham SDRA melonjak 25 persen ke posisi Rp 775 per saham, saham PTSN melonjak 24,86 persen ke posisi Rp 452 per saham, dan saham KPAS menanjak 24,58 persen ke posisi Rp 446 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham TFCO merosot 24 persen ke posisi Rp 380 per saham, saham DSNG tergelincir 16,82 persen ke posisi Rp 366 per saham, dan saham EXCL turun 15,27 persen ke posisi Rp 2.220 per saham.

Bursa saham Asia pun sebagian menguat kecuali indeks saham Korea Selatan Kospi turun 0,26 persen dan indeks saham Jepang Nikkei melemah 1,06 persen.

Selain itu, indeks saham Hong Kong Hang Seng menguat 1,75 persen, indeks saham Thailand mendaki 0,19 persen, indeks saham Shanghai menguat 0,13 persen. Indeks saham Singapura bertambah 1,39 persen dan indeks saham Taiwan menguat 0,43 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, meski sentimen perang dagang antara AS dengan China masih kuat tapi IHSG mampu menguat. Ia menilai, apresiasi para pelaku pasar terkait data makroekonomi dalam negeri sesuai harapan seperti inflasi dan membaiknya data beli masyarakat.

"Ini dibuktikan dengan data inflasi inti yang alami kenaikan. Serta kondusifnya kondisi di sektor manufaktur dalam negeri membbuat pergerakan IHSG alami capitan inflow," ujar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

IHSG Menguat Terbatas di Sesi Pertama

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis pada sesi pertama perdagangan saham Kamis pekan ini. Pergerakan IHSG itu di tengah rilis data ekonomi inflasi Oktober 2018.

Pada penutupan sesi pertama, Kamis (1/11/2018), IHSG naik tipis 1,11 poin atau 0,02 persen ke posisi 5.832,76. Indeks saham LQ45 menguat 0,08 persen ke posisi 923,48. Sebagian besar indeks saham acuan menguat. 

Sebanyak 194 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. 170 saham melemah dan 100 saham diam di tempat. Pada sesi I, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.883,22 dan terendah 5.827,29.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 232.870 kali dengan volume perdagangan 5,4 miliar saham. Nilai transaksi saham Rp 4 triliun. Investor asing beli saham Rp 499,37 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 15.177.

Sebagian besar sektor saham melemah. Sektor saham industri dasar turun 1,51 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham pertanian tergelincir 0,93 persen dan sektor saham barang konsumsi melemah 0,70 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham PTSN menguat 24,86 persen ke posisi Rp 452 per saham, saham KPAS mendaki 24,58 persen ke posisi Rp 446 per saham, dan saham YPAS mendaki 19,21 persen ke posisi Rp 900 per saham.

Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham TFCO turun 24 persen ke posisi Rp 380 per saham, saham PJAA tergelincir 11,67 persen ke posisi Rp 1.060 per saham, dan saham DIGI susut 10,58 persen ke posisi Rp 845 per saham.

Di Bursa Asia, sebagian besar indeks saham acuan menguat kecuali indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,95 persen dan indeks saham Thailand turun 0,07 persen. Sementara itu, indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 1,98 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,32 persen, indeks saham Shanghai mendaki 1,15 persen, indeks saham Singapura menguat 1,19 persen dan indeks saham Taiwan 0,30 persen.

IHSG bergerak terbatas di tengah rilis data ekonomi inflasi pada Oktober 2018. Inflasi Oktober 2018 sebesar 0,28 persen. Hal ini didorong kenaikan harga sejumlah komoditas.

Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan untuk inflasi tahun kalender yaitu Januari-Oktober 2018 mencapai 2,22 persen, sedangkan inflasi tahun kalender sebesar 3,16 persen.

"Pertimbangan harga berbagai komoditas pada Oktober 2018 secara umum menunjukan kenaikan. Inflasi di pedesaan pada Oktober 0,35 persen. Tapi perlu diperhatikan ini idak perlu disandingkan begitu saja karena metodenya berbeda," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Kamis pekan ini.  

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.