Sukses

Lagu Sudah Jalannya Sukses Bikin Orang Larut dalam Kesedihan, Winaya Senang Tapi Juga Merasa Bersalah

Di satu sisi, Winaya senang karena lagunya diterima banyak orang, namun di sisi lain Winaya merasa bersalah juga.

Liputan6.com, Jakarta Winaya Satasya, beberapa waktu lalu baru saja merilis single terbarunya yang berjudul Sudah Jalannya. Lagu ini berceritakan tentang rasa pasrah tentang kehilangan seseorang.

Lagu tersebut rupanya banyak mewakili kesedihan banyak orang mengenai perasaan yang sama. Bahkan tidak sedikit yang mengirim pesan ke Winaya bahwa lagunya itu mengingatkan tentang sesuatu yang .

Mengetahui hal tersebut, Winaya merasa bimbang. Di satu sisi, ia senang karena lagunya diterima banyak orang, namun di sisi lain Winaya merasa bersalah juga.

"Tanggapannya membuat aku senang sekaligus sedih, karena lagunya sedih jadi merasa bersalah juga. Ada beberapa yang bilang lagunya mengingatkan mereka terhadap sesuatu hal," kata Winaya baru-baru ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Semakin Sendu

Tak hanya dari lirik dan aransemen, video musik dari lagu Sudah Jalannya ini juga membuat lagu tersebut semakin sendu bagi yang melihatnya.

"Lirik aku yang buat, untuk video klipnya aku mehyerahkan ke PH-nya, setelah dia denger dia dapat storyline yang cocok buat aku juga cocok," katanya lagi.

 

3 dari 4 halaman

Penghayatan

Kesedihan di lagu itu begitu terasa lantaran Winaya menyanyikannya dengan penuh penghayatan. Wajar saja, rupanya salah satu part di lagu itu diambil dari pengalaman nyata Winaya saat kehilangan sang kakek meninggal dunia,

"(Penghayatan) selalu datang dengan sendirinya, selalu bikin aku sedih. Ada bagian di bridge dibuat pas kakek aku meninggal dan melihat tante-tante aku, jadi dibikin dari sudut pandang orang ketiga," jelasnya lagi.

 

4 dari 4 halaman

Pesan

Namun di balik kesedihan yang muncul dari lagu tersebut, Winaya juga membawa sebuah pesan. Ia berharap lagu ini bisa mengajarkan tentang keikhasan yang harus dibentuk sejak dini ketika belum benar-benar kehilangan.

"Tapi memang perasaan rela, pasrah, legowonya tuh harus dipaksakan sebelum mereka meninggal. Apalagi misalnya untuk yang sudah sakit, kita harus belajar sejak mereka masih ada di depan kita, jadi itu proses yang harus dipaksa sih, terutama setelah meninggal, perasaan pasrah itu emang harus dipaksakan," tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.