Sukses

Penjualan Batu Bara Adaro Capai 54 Juta Ton pada 2020

PT Adaro Energy Tbk mencatat kontribusi penjualan ke Indonesia dan Malaysia yang terbesar.

Liputan6.com, Jakarta - Produksi batu bara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) turun pada 2020.Hal ini diungkapkan emiten tambang tersebut melalui realisasi kinerja operasional tahun lalu.

Melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (17/2/2021), Adaro berhasil memproduksi 54,53 juta ton batu bara pada 2020. Angka tersebut merosot 6 persen secara year on year (YoY) dan sedikit melebihi panduan yang ditetapkan, yakni 52 juta hingga 54 juta ton.

"Volume penjualan batu bara pada tahun ini tercatat mencapai 54,14 juta ton,atau turun 9 persen YoY," tulis keterangan tersebut.

Nisbah kupas Adaro pada 2020 tercatat 3,84 kali lebih rendah daripada panduan yang ditetapkan sebesar 4,30 kali, akibat cuaca yang kurang baik hampir di sepanjang tahun.

"Adaro Energy terus berupaya mempertahankan keunggulan operasional, meningkatkan efisiensi, menjaga marjin yang sehat dan memberikan pasokan yang andal bagi para pelanggan," tulis surat dengan tanda tangan Mahardika Putranto, Corporate Secretary & Investor Relations Division Head Adaro Energy.

Selain itu, volume pengupasan lapisan penutup pada 2020 mencapai 209,48 juta bank cubic meter (bcm). Angka tersebut turun hingga 23 persen dari tahun 2019, yakni 272,09 juta bcm.

Terkait portofolio penjualan batu bara, pada 2020 didominasi oleh E4700 dan E4900. Untuk penjualan, pasar Asia Tenggara mencakup 49 persen dari total penjualan 2020 dengan kontribusi Indonesia dan Malaysia sebagai negara terbesar.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Belanja Modal 2021

Peningkatan permintaan juga terjadi di Thailand dan Vietnam karena ada operasi pembangkit listrik baru.

Pada 2021, Adaro siap memproduksi 52 juta ton hingga 54 juta ton batu bara, dengan nisbah kupas 4,8 kali.

"EBITDA operasional targetnya USD 750 juta – USD 900 juta. Belanja modal (capex) USD 200 juta – USD 300 juta," tulisnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.