Sukses

Twitter Hapus Akun Buzzer China, Ini Kata Kemlu Tiongkok

Pemerintahan komunis China tidak terima negaranya dihina di Twitter.

Liputan6.com, Tiongkok - Twitter telah menghapus puluhan ribu akun propaganda yang disponsori pemerintah. Tiga negara yang disebutkan adalah China, Rusia, dan Turki.

Jaringan akun buzzer terbesar adalah terkait pemerintah China. Totalnya 23.750 akun yang kemudian ada 150 ribu aku lain yang menggaungkan tweet dari 23 ribu akun tersebut.

Para buzzer tersebut memiliki koordinasi untuk menyebarkan narasi pemerintah komunis China.

"Pada umumnya seluruh jaringan ini terlibat dalam sejumlah aktivitas-aktivitas manipulaif dan terkoordinasi. Mereka seringnya mengetweet dalam bahasa China dan menyebarkan narasi-narasi geopolitik yang pro Partai Komunis China," tulis Twitter via blognya, Jumat (12/6/2020).

Kementerian Luar Negeri China merespons dengan meminta Twitter agar turut menghapus akun-akun yang menghina China.

Dilansir Channel News Asia, jubir Kemlu China berkata negaranya menjadi sasaran kebohongan di banyak platform.

Twitter sebetulnya diblokir di China. Hingga hari ini, Facebook, Google, bahkan Wikipedia diblokir di negara itu.

Sebelumnya, Twitter juga pernah mendeteksi akun buzzer terkait pemerintah China ketika demonstrasi Hong Kong sedang memuncak.

Buzzer pemerintah China itu bekerja untuk menyebarkan narasi Beijing tentang protes Hong Kong. Taiwan juga kerap menjadi sasaran oleh para buzzer tersebut.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Twitter Dorong Pengguna Baca Artikel Sebelum Retweet

Twitter mengumumkan fitur baru yang sedang dalam fase uji coba coba. Jejaring sosial mikroblog itu berharap pengguna terlebih dahulu membaca suatu artikel sebelum mengunggah atau me-retweet artikel tersebut.

Dilansir dari GSM Arena, Jumat (12/6/2020), hal ini diumumkan oleh akun Twitter Support. 

"Berbagi artikel dapat menciptakan percakapan, sehingga Anda mungkin ingin membacanya sebelum menggunggahnya di Twitter," tulis akun @TwitterSupport. 

"Untuk membantu mempromosikan diskusi, kami sedang melakukan uji coba di Android, yaitu ketika Anda me-retweet sebuah artikel yang belum Anda buka di Twitter, kami mungkin akan bertanya apakah Anda ingin membukanya terlebih dahulu," jelas Twitter. 

Twitter disebut menginginkan pengguna membaca terlebih dahulu sebuah artikel sebelum me-retweet. Langkah ini diharapkan bisa mendorong diskusi yang lebih produktif di layanannya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.