Sukses

Kuliah Tamu di Presuniv, Dubes Sri Lanka Angkat Tema Ekonomi Biru

Kuliah tamu yang mengusung topik "The Impact of Blue Ocean Economy: The Ocean Wealth and Ocean Health" ini digelar di Kampus Presuniv, Cikarang, pada Jumat, 15 Maret 2024.

Liputan6.com, Jakarta - President University (Presuniv) melalui Program Studi (Prodi) Hukum dan Prodi Hubungan Internasional dari Fakultas Humaniora menggelar kuliah tamu dengan mengundang Duta Besar (Dubes) untuk Indonesia dan ASEAN Admiral Prof Jayanath Siri Kumara Colombage.

Kuliah tamu yang mengusung topik "The Impact of Blue Ocean Economy: The Ocean Wealth and Ocean Health" ini digelar di Kampus Presuniv, Cikarang, pada Jumat, 15 Maret 2024.

Rektor Presuniv Handa S. Abidin mengatakan, Presuniv ingin mendidik mahasiswanya agar siap menjadi warga global.

"Untuk itu mahasiswa dan civitas academica Presuniv perlu mengenal budaya, tradisi, kondisi sosial, politik atau ekonomi dari kehidupan masyarakat berbagai negara di dunia," ucap Handa, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (3/4/2024).

Salah satu upaya untuk mewujudkan hal tersebut yakni dengan mengundang para duta besar dari negara-negara sahabat untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada para mahasiswa dan civitas academica-nya.

Handa menyampaikan bahwa antara Sri Lanka dengan Indonesia memiliki sejumlah kesamaan dan kedekatan.

“Ada beberapa kosa kata Sri Lanka yang nyaris sama ucapan dan artinya dengan kosa kata bahasa Indonesia. Lalu, di sana juga ada nama jalan yang mirip nama di Indonesia. Lalu, ada beberapa warga keturunan Indonesia yang tinggal di Sri Lanka,” papar Handa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Green Economy vs Blue Economy

Dalam kuliah tamunya Prof. Jayanath memaparkan, sebanyak 71% dari bumi ini adalah lautan. Lalu, 95% isi bumi terdiri dari air yang mewujud dalam berbagai bentuk. Ada berupa sungai, rawa-rawa, danau, atau lautan. Sayangnya selama ini yang kita ketahui hanya daratan.

"Kita sudah sering mendengar istilah Green Economy, tapi kurang mengenal konsep Blue Economy. Kurangnya pemahaman seperti inilah yang membuat laut dan sumber daya yang ada di dalamnya semakin terancam," sambungnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, "Kita menyaksikan pencemaran laut terjadi di mana-mana. Kapal-kapal membuang limbah dan minyak ke laut. Cara penangkapan ikan sekarang ini juga semakin destruktif dan membuat terumbu karang menjadi rusak. Menyedihkan bahwa generasi muda tidak dapat melihat betapa indahnya laut yang ada di bumi."

Konsep Blue Economy yang sebenarnya, kata Prof. Jayanath, adalah eksploitasi sumber daya laut secara berkelanjutan. Dan, laut menjanjikan sumber daya yang melimpah untuk bisa dieksploitasi.

“Kita bisa mengembangkan industri pariwisata yang berbasis kelautan. Selama ini kita lebih banyak menikmati keindahan pantai dan permukaan laut, tetapi belum menjelajah sampai ke dasar laut. Padahal, ada banyak keindahan di sana,” ungkapnya.

Ada banyak industri baru yang juga bisa dikembangkan berbasis Blue Economy. “Misalnya, industri energi baru terbarukan, eksploitasi mineral bawah laut, industri restorasi ekosistem laut, bahkan industri yang berbasis blue technology dan blue biotechnology,” papar Prof. Jayanath.  

 

3 dari 3 halaman

Ocean Health, Ocean Wealth

Meski begitu upaya mengembangkan Blue Economy juga menghadapi tantangan yang tidak ringan. Di antaranya, adanya pengeboran lepas pantai, pelayaran lintas samudera, pembuangan limbah, pembangunan jaringan telekomunikasi, wisata yang hanya berbasis pesisir, dan sebagainya. 

“Indonesia dan Sri Lanka bisa berkolaborasi, saling berbagi pengalaman, pengetahuan, dan best practices untuk mengatasi tantangan tersebut," ungkap Prof. Jayanath.

Apalagi Indonesia dan Sri Lanka memiliki banyak kesamaan. Baik Indonesia maupun Sri Lanka adalah negara yang terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan, ekonominya juga sangat tergantung pada kelautan, dan sama-sama rawan terhadap ancaman pemanasan global yang berdampak pada naiknya permukaan air laut.

"Laut yang rusak hanya akan mendatangkan bencana. Maka, Indonesia-Sri Lanka sangat perlu bekerja sama. Hanya laut yang sehat yang bisa mendatangkan kemakmuran,” tegasnya.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.