Sukses

Candaan Sri Mulyani: Saya Senior, tapi Mas Nadiem Kadang Enggak Nurut ke Senior

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku bahwa ia menganggap Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim sebagai keponakannya.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaku bahwa ia menganggap Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim sebagai keponakannya. Oleh sebab itu, ia memangilnya dengan panggilan Mas Nadiem.

"Saya biasa panggil Nadiem karena saya sudah kenal lama, tapi karena kurang sopan jadi saya panggil Mas Nadiem. Dia itu sudah seperti keponakan saya," kata Sri Mulyani dalam Peluncuran Merdeka Belajar 21: Dana Abadi Perguruan Tinggi, Jakarta, Senin (27/6/2022).

Sri Muyani menjelaskan, kedekatan antara dirinya dengan Nadiem selaiknya hubungan senior dan junior. Sebab, kata Sri Mulyani, Nadiem terkadang tidak mau menuruti dirinya yang lebih senior.

"Saya perlu menyampaikan ini karena biar terlihat siapa seniornya. Soalnya kadang-kadang Mas Nadiem enggak nurut sama saya," kata Sri Mulyani sambil tertawa.

Ungkapan tersebut pun mengundang gelak tawa peserta acara. Tak terkecuali Nadiem sebagai tuan rumah juga turut tertawa dan memberikan tepuk tangan.

Tak hanya itu, dalam kesempatan yang sama, Sri Mulyani juga mengungkapkan kekesalannya jika ada pihak yang datang hanya meminta tambahan anggaran. Saat ditanya tujuan tambahan anggaran, mereka hanya bisa meyakinkan tanpa memberikan penjelasan yang terukur.

"Kadang kalau kita bertanya dan rada jengkel pas minta duit. Pas ditanya buat apa, jadinya apa, jawabnya malah kok enggak percaya sih, itu kan biasa," tuturnya.

Padahal, kata dia, sebagai bendahara umum negara dia harus bisa memastikan anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk tujuan yang jelas. Salah satunya untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia.

"Saya kan bertanya ini buat apa karena sebagai bendahara umum negara. Saya akan perbaiki pendidikan Indonesia," ungkapnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Desain Utama Pendidikan

Menurutnya dalam hal keuangan negara meningkatkan rangking atau mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) bukan tujuan akhir. Sebaliknya, berbagai program yang dijalankan pemerintah juga harus dirasakan manfaatnya oleh masyarakat secara langsung.

"Menjadi sebuah menara yang mencerahkan dan menjadi pusat pendidikan dan aktivitas. Pada akhirnya itu akan merekatkan kita sebagai bangsa di tengah kondisi yang sangat kompleks," katanya.

Meski begitu, Sri Mulyani mengakui mantan Bos Gojek ini banyak membuat desain utama untuk pendidikan Indonesia. Berbagai desain yang dibuat mendorong untuk lahirnya kolaborasi.

"Jadi dari Mendikbud ini kasih grand-nya aja, nanti dia pergi ke kota-kota. Kalau dia baik, ajak saya pas ngasih duit. Supaya orang enggak lihat saya marah terus pas pajak atau utang. Itu bisa saja pas kita pergi resmikan kampus atau lab penelitian," ungkapnya.

Berbagai kebijakan yang dibuat untuk pendidikan Indonesia diharapkan bisa memicu kolaborasi dan kreativitas, utamanya di lingkungan perguruan tinggi.

 

3 dari 3 halaman

Dana Pendidikan Perguruan Tinggi Indonesia Masih Tertinggal dari Negara Lain

Sebelumnya, Mendikbud Ristek Nadiem Anwar Makarim mengatakan jika saat ini rata-rata pendanaan setiap perguruan tinggi di Indonesia masih jauh dibandingkan negara lain.

"Kenyataannya kita harus menyadari bahwa Indonesia masih jauh dibandingkan negara lain dari sisi pendanaan pendidikan tinggi kita," kata Nadiem Makarim pada acara Merdeka Belajar: Dana Abadi Perguruan Tinggi di Jakarta, Senin (27/6/2022).

Dari pemaparannya, rata-rata pengeluaran pendanaan perguruan tinggi di Indonesia pada 2022 baru sebesar USD 2.000. Masih lebih rendah dari India sebesar USD 3.000, Malaysia USD 7.000, Jepang USD 8.000 bahkan Singapura senilai USD 15.000.

Dia membandingkan Indonesia dengan India. Negara yang jumlah populasi jauh lebih besar dengan tingkat kemiskinan yang cukup tinggi tetapi memiliki rata-rata pengeluaran perguruan tinggi per lulusan, satu setengah kali lebih besar dari Indonesia. Bahkan dengan negara jiran seperti Malaysia, Indonesia juga masih tertinggal

Nadiem mengingatkan jika investasi pendidikan tinggi memiliki dampak terbesar dan tercepat dari semua investasi pendidikan untuk membangun ekonomi dan negara.

"Mungkin kalau kita mau melihat jangka panjang investasi pendidikan PAUD dan lain itu lebih besar tetapi kalau kita mau hasil yang lebih cepat lebih dirasakan pendidikan tinggi adalah antara cara tercepat untuk membangun ekonomi kita untuk membangun negara kita," lanjut Nadiem Makarim. 

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.