Sukses

BUMN Siap Jadi Contoh Penerapan Skenario The New Normal

Protokol yang disiapkan merupakan hasil dari diskusi dan sharing antar BUMN yang rutin dilakukan dalam suatu community of practice.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian BUMN mendorong kepada perusahaan-perusahaan pelat merah untuk menyiapkan dan memantapkan protokol antisipasi agar dapat mempengaruhi (influence) masyarakat menuju The New Normal.

Adapun definisi The New Normal yang dimaksud ialah sebuah kondisi kehidupan normal yang baru, bukan kembali kepada kenormalan yang sebelumnya. Dalam the New Normal, ada beberapa perubahan perilaku yang dilakukan masyarakat, misalnya menerapkan protokol kesehatan.

"Dalam konteks ini BUMN harus jadi role model menggerakkan masyarakat menuju The New Normal. BUMN ini lokomotif jadi mudah-mudahan masyarakat bisa segera masuk The New Normal secara alamiah tanpa intervensi keputusan," kata Deputi Bidang SDM, Teknologi dan Informasi Kementerian BUMN Alex Denni dalam konferensi pers virtual, Senin (18/5/2020).

Sementara, protokol yang disiapkan merupakan hasil dari diskusi dan sharing antar BUMN yang rutin dilakukan dalam suatu community of practice. Kata Alex, setiap BUMN sudah memiliki protokolnya masing-masing.

Nantinya, protokol tersebut akan terus dievaluasi dan disesuaikan dengan kebijakan pemerintah. Kemudian, tiap BUMN juga diarahkan untuk segera membentuk task force dengan referensi dari kajian kebijakan nasional.

"Dengan itu makanya BUMN memastikan sebelumnya sudah siap, jadi kalau nanti 1 Juni dibuka, kita sudah punya protokol seminggu sebelum itu. Kita bukan nyelonong, tapi menyesuaikan dan mempersiapkan," jelasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Protokol yang Lebih Ketat

Bahkan, khusus untuk BUMN yang bergerak di bidang consumer seperti bank dan transportasi, kemungkinan akan ada protokol yang lebih ketat mengingat usaha di bidang tersebut pasti melibatkan banyak orang.

"Sedang kami review, ada yang perlu diketatkan ada yang tidak, nanti kaitannya dengan produktivitas juga. Dalam konteks ini akan ada pembatasan kapasitas," tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.