Sukses

Pembangunan Sumur Bor Terkendala Biaya

Badan Geologi mendapat permintaan pembangunan su‎mur bor sebanyak 8 ribu titik dari 2005-2018.

Liputan6.com, Jakarta - Penyediaan air bersih melalui pembangunan sumur bor ‎yang dilakukan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM), terkendala keterbatasan dana, sehingga tidak semua permintaan dapat terpenuhi.

Kelapa Badan Geologi Kementerian ESDM, Edi Suhendar mengatakan, dari 2005-2018, Badan Geologi mendapat permintaan pembangunan su‎mur bor sebanyak 8 ribu titik.  Akan tetapi, hanya mampu terealisasi sebanyak 2.288 sumur bor.

"Apakah cukup, tidak Badan Geologi menerima surat permintaan 8 ribu titik dari 2005. Baru terpenuhi 2.288 jadi ini tidak cukup," kata Edi‎, di Jakarta, Senin (11/3/2019).

Edi menuturkan, pembangunan sumur bor masih mengalami keterbatasan anggaran, sehingga permintaan yang diajukan pemerintah daerah (pemda) sebanyak 8.000 titik pembangunan baru bisa terpenuhi 2.288 titik.

"Kenapa tidak sekaligus keterbatasan anggaran kapasitas dan penyediannya. Karena ini menggunakan APBN harus diawasi sebaiknya untuk menghindari kegagalan," tutur dia‎.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Anggaran yang Dibutuhkan

Rudi mengungkapkan, biaya yang dibutuhkan untuk membangun‎ sumur bor bersama infrastruktur pendukung berkisar Rp 300 juta sampai Rp 500 juta per unit, sesuai dengan kondisi wilayah lokasi pembangunan sumur bor.

"Sisi anggaran kita punya keterbatasan. Rata-rata satu Sumur Rp 300 -500 juta. APA saja itu dimulai survei dulu. Kemudian pemboran pasang pipa ada pompa. Tidak semua ada jaringan listrik kita siapkan genset. Untuk simpan air kita kasih toren kapasitas 5 ribu liter. Kemudian  kita bangun rumah diesel," paparnya.

Setelah sumur bor terbangun, infrastruktur air bersih tersebut kemudian diserahkan ke masyarakat melalui pemerintah kabupaten. Untuk pengelolaannya dilakukan secara swadaya oleh masyarakat setempat.

"Sumur ini kemudian dikelola swadaya oleh kelompok masyarakat. Ini barang milik negara dihibahkan ke masyarakat melalui kabupaten.

‎Air dibutuhkan terus, selama program ada ini tidak akan berhenti di sekitar 8 ribuan karena permintaan terus," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.