Sukses

Saham Teknologi China Kembali Melonjak

Indeks teknologi Hang Seng kembali menguat. Namun, sejumlah pihak masih meragukan prospek sektor saham teknologi.

Liputan6.com, Jakarta - Saham teknologi China kembali tiba-tiba menguntungkan di wall street. Namun, hal itu tidak berarti investor dan analis berharap sektor saham teknologi dapat kembali berjaya dalam waktu dekat.

Dari Goldman Sachs hingga Morgan Stanley telah menempatkan rekomendasi bullish untuk sektor tersebut. Hal ini seiring pemerintah China longgarkan kebijakan zero COVID-19 dan Presiden Xi Jinping akan akhiri tindakan keras di sektor teknologi.

Sentimen tersebut telah mendorong reli 60 persen indeks teknologi Hang Seng sejak Oktober 2022. Kinerja indeks tersebut mengalahkan indeks global meski kapitalisasi pasar masih setengah dari puncak Februari 2021.

Sementara itu, sedikit yang meragukan kalau yang terburuk telah berakhir. Pertanyaan lebih besar muncul pada penilaian wajar di sektor ini di bawah resim yang pertumbuhan besar tidak lagi ditoleransi dan industri yang sudah matang.

“Saham teknologi China pernah menjadi taruhan termudah, dan selama sebagian besar dekade terakhir dapat menang dan melihat kinerja lebih baik tanpa melakukan banyak hal,” ujar Direktur Pelaksana Fortune Hill Asset Management, Chen Da dikutip dari Yahoo Finance, Minggu (15/1/2023).

Ia menambahkan, hal tersebut mungkin tidak akan terlihat lagi. Prospek pada sektor ini telah mengalami perubahan besar dai awal tahun lalu, ketika beberapa bank terbesar mempertanyakan apakah industri ini bahkan dapat diinvestasikan.

Setelah alami koreksi selama dua tahun berturut-turut, pasar dipenuhi dengan harapan atas pengembalian sektor ini seiring tumbuhnya tanda-tanda pihak berwenang mengambil sikap lebih lunak. Sekretaris partai Bank Sentral China, Guo Shuqing menuturkan, perombakan peraturan hampir selesai.

Hal itu ditambah dengan pembukaan kembali dan pencairan ketegangan dengan Amerika Serikat telah sebabkan serangkaian kenaikan target harga di seluruh sektor termasuk Alibaba dan Tencent.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

New Normal

New Normal

"Ada kisah pertumbuhan untuk diceritakan, tetapi itu bukan tingkat pertumbuhan yang sangat tinggi, yang lebih tinggi dari utilitas dan lebih stabil daripada siklus. Saya pikir masuk akal untuk melihat kelompok saham konsumen," ujar Chen dari Fortune Hill.

Rasio harga (PER) Alibaba baru-baru ini mengungguli penyedia listrik CLP Holdings Ltd Platform e-book China Literature Ltd, anak perusahaan Tencent dihargai lebih rendah 11 kali dalam satu tahun. Sementara itu, valuasi indeks teknologi Hang Seng mencapai puncaknya sekitar 46 kali laba pada 2021 dan terendah 17 kali pada Oktober 2022. Saat ini berada di sekitar 27 kali. Sebanding dengan perusahaan konsumen termasuk Li Ning Co dan Budweiser Brewing Co APAC.

"Akan ada perbedaan lebih besar dalam industri setelah tahun-tahun terbaik pertumbuhan mereka sebagian besar telah berakhir. Siklus ekonomi akan sangat berbeda tergantung pada perusahaan,” ujar Fund Manager Shenzhen JM Capital Co, Zhuang Jiapeng.

Bagi analis Godlman Sachs termasuk Ronald Keung, sektor internet masih memiliki kenaikan 20 persen lagi didorong ekspansi valuasi setelah kontraksi selama dua tahun dan pemulihan pertumbuhan penjualan selama 2023.

Sementara itu, co-head of Asian Equities M&G Investment Management David Perrett menuturkan, hal yang menjadi perhatian regulasi ada pada harga. “Dan itu sangat berbeda di tempat mereka dua tahun lalu,” ujar dia.

3 dari 4 halaman

Bursa Saham Asia pada 13 Januari 2023

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat pada perdagangan Jumat, 13 Januari 2023 setelah indeks harga konsumen Amerika Serikat (AS) dingin. Hal itu meningkatkan harapan investor kalau bank sentral AS atau the Federal Reserve dapat kembali melambatkan menaikkan suku bunga.

Indeks Hang Seng Hong Kong bertambah 0,93 persen. Di bursa saham China, indeks Shanghai naik 1,01 persen ke posisi 3.195,31. Indeks Shenzhen mendaki 1,19 persen ke posisi 11.602,30 setelah rilis ekspor China pada Desember 2022 dan impor.

Indeks ASX 200 menguat 0,66 persen ke posisi 7.328,1. Indeks Kospi bertambah 0,89 persen menjadi 2.386,09. Indeks Kosdaq naik 0,14 persen ke posisi 711,82. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang bertambah 1,09 persen.

Indeks Nikkei 225 merosot 1,25 persen ke posisi 26.119,52. Indeks Topix tergelincir 0,27 persen menjadi 1.903,08.

4 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 13 Januari 2023

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Jumat, 13 Januari 2023. Penguatan wall street seiring investor mencerna laporan laba bank dan bertaruh inflasi akan berkurang pada 2023.

Pada penutupan perdagangan wall street, seluruh indeks acuan berjuang menuju zona hijau setelah memulai berada di zona merah. Indeks Dow Jones naik 112,64 poin atau 0,33 persen menjadi 34.302,61. Indeks S&P 500 menguat 0,40 persen ke posisi 3.999,09. Indeks Nasdaq bertambah 0,71 persen ke posisi 11.079,16.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing membukukan kinerja mingguan positif dalam dua minggu berturut-turut dan catat kinerja mingguan terbaik sejak November 2022. Indeks Nasdaq menguat 4,82 persen. Indeks S&P 500 mendaki 2,67 persen dan indeks Dow Jones bertambah 2 persen.

Analis Baird, Ross Mayfield menuturkan, laba bank membebani saham untuk memulai hari tetapi sentimen berbalik karena investor tampaknya mengabaikan berita negatif yang diharapkan sampai tingkat tertentu.

“Keuangan tidak benar-benar diharapkan memiliki kuartal blockbuster. Ini hanya memberikan sedikit gelombang sentimen, dan karena bank mengawali musim laporan keuangan, mereka dapat mengatur nada untuk bagaimana investor melihat gambarang yang lebih luas,” ujar dia seperti dikutip dari laman CNBC, Sabtu (14/1/2023).

Ia menambahkan, pasar telah reli dengan cukup baik selama beberapa minggu terakhir tanpa ada katalis. Melihat itu, ia menilai mungkin ada sedikit aksi ambil untung dari musim laba.

Di sisi lain, laba Wells Fargo telah menyusut pada kuartal terakhir. Pihaknya sedang mempersiapkan kondisi ekonomi yang menjadi lebih buruk daripada beberapa kuartal terakhir.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.