Sukses

Ratusan Unggas Mati di Kota Bontang Akibat Flu Burung

Di tengah upaya penanganan pandemi Covid-19, sebanyak 230 unggas jenis ayam mati akibat flu burung, masyarakat pun diminta untuk tidak khawatir.

Liputan6.com, Bontang - Di tengah kesibukan penanganan pandemi Covid-19, Pemerintah Kota Bontang, Kalimantan Timur kini harus menghadapi ancaman wabah flu burung. Hal ini setelah ditemukan ratusan unggas mati.

Menurut data dari Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian (DKP3) Kota Bontang, sejak 20 Oktober 2020 hingga 17 November 2020, sebanyak 230 ekor ungags mati. Semuanya didominasi ungags jenis ayam.

“Kami mulai terima laporan itu sejak 20 Oktober lalu, dari 351 ekor yang dilaporkan, 230 ekor mati karena flu burung,” kata Kepala Seksi Pelayanan Hewan DKP3 Bontang Riyono, Rabu (18/11/2020).

Pemerintah Kota Bontang pun langsung melakukan sterilisasi dengan penyemprotan disinfektan ke kandang milik warga. Penyemprotan menggunakan APD lengkap.

Hewan unggas yang mati karena flu burung kebanyakan berada di wilayah Bontang Baru. Totalnya didapati hewan unggas terjangkit flu burung di 9 lokasi. DKP3 pun telah menyurati kelurahan untuk kemudian diteruskan ke Ketua RT dan disampaikan kepada masyarakat.

“Diperkirakan masih ada terdapat kematian mendadak yang terjadi pada unggas milik warga, namun enggan melaporkan,” tambahnya.

Riyono menjelaskan, penyebab munculnya Flu Burung beragam. Faktor kebersihan Kandang dan lingkungan sekitar kendang menjadi pengaruh utama. Pengaruh cuaca juga berpengaruh sebab musim pancaroba jadi faktor menurunnya imunitas unggas, sehingga penularan virus terkesan masif.

Menurut Riyono, Kelurahan Bontang Baru menjadi lokasi paling banyak ditemukan ungags mati. Dari hasil uji swab, tidak semua kandang yang ditemukan ayam mati positif flu burung.

“Khusus kematian ungas paling banyak terjadi di rumah milik pak Yadi yang berada di belakang rumah sakit Amalia, dari 150 ekor unggas berjenis ayam Bangkok miliknya, sekitar 90 unggas miliknya yang mati,” kata Royono.

Untuk mengantisipasi penyebaran, tambahnya, selain sterilisasi kendang, DKP3 Kota Bontang juga telah mengambil sampel untuk uji PCR flu burung di Laboratorium Keswan Dinas Peternakan Provinsi, Samarinda kepada unggas yang masih hidup. Sampel uji PCR itu diambul dari kandang yang terdapat kematian ungags namun tidak melaporkankan.

“Kalau kontak dengan ayam harus pakai masker, sarung tangan, cuci tangan juga setelahnya. Rutin semprot disinfektan,” jelasnya.

Simak juga video pilihan berikut

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tidak Perlu Khawatir Makan Ayam

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Timur drh Dyah anggraini meminta warga tidak takut mengkonsumsi ayam. Apalagi ratusan hewan unggas yang mati di wilayah Bontang Baru, merupakan hewan peliharaan, bukan untuk dijual di pasar.

Dyah memaparkan, Virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Dengan kondisi ini, masyarakat diharapkan tidak perlu khawatir berlebihan dengan flu burung.

“Jangan sampai mengurangi atau tidak mengonsumsi sama sekali produk-produk unggas seperti daging ayam dan telur. Karena ayam dan telur merupakan sumber protein hewani yang sangat baik untuk pertumbuhan dan kecerdasan otak,” kata Dyah.

Daging ayam dan telur, sebutnya, mudah diolah dan harganya terjangkau serta mudah didapat. Mengkonsumsinya masih aman sepanjang dicuci dan dimasak dengan baik.

Untuk semakin mengurangi wabah flu burung, Dyah meminta Partisipasi masyarakat, terutama pemilik hewan unggas agar rutin melakukan penyemprotan disinfektan ke kandang masing-masing. Masyarakat juga diminta untuk tidak melepas liarkan hewan unggas peliharaan, mengingat potensi penyebarannya akan lebih tinggi.

“Konsentrasi tertinggi kita ada pada kotoran, karena virusnya banyak disitu. Makanya kan kebersihan kandang itu penting. Jangan pegang ayam atau hewan unggas lainnya dengan tangan kosong, pakai masker, pakai sarung tangan,” jelasnya.

Dyah juga menyarankan agar hewan unggas yang mati mendadak, langsung dibakar dan dikubur dengan kedalaman setengah meter. Hal ini untuk menekan penularan virus dari hewan unggas tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.