Sukses

Mengapa Bencana Besar Kerap Terjadi di Akhir Pekan? Ini Kata BNPB

Terkait sejumlah gempa yang terjadi pada akhir pekan, menurut BNPB, hal itu masih menjadi misteri dan bahan analisis hingga saat ini.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat berbagai bencana alam besar di Indonesia kerap terjadi saat akhir pekan atau weekend. Hal itu masih menjadi misteri dan bahan analisis hingga saat ini.

"Karena kita menangani bencana ini sudah sering ya. Jadi biasanya bencana-bencana besar yang memakan korban, kejadiannya adalah Jumat sore sampai malam, Sabtu dan Minggu," tutur Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (29/9/2018).

Dia menyampaikan, selain akhir pekan, rata-rata bencana alam juga sering terjadi di atas tanggal 25. Seperti gempa dan tsunami yang terjadi di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah.

"Tsunami Aceh, gempa Jogja, tunami Mentawai, erupsi Gunung Merapi, Jembatan Kukar ambrol, kapal tenggelam, paling banyak adalah kejadian-kejadian weekend dan tanggalnya di atas 25. Kenapa," jelas Sutopo.

Pada dasarnya, bencana alam selalu terjadi tanpa bisa diprediksi. Tidak hanya di Indonesia, Jepang yang biasa menghadapi gempa bumi dan tsunami pun tidak dapat menandingi kuasa alam.

"Ya kami belum bisa menganalisa (kenapa weekend)," Sutopo menandaskan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemicu Tsunami di Kota Palu

Selain itu, BNPB juga mendalami penyebab terjadinya tsunami usai gempa yang terjadi di Donggala dan Kota Palu, Sulawesi Tengah. Ada dua hal yang terindikasi kuat menjadi pemicu luapan air laut ke daratan.

Sutopo menyampaikan, yang pertama adalah akibat adanya longsoran sedimen lumpur setelah gempa. Hal itu terjadi di dasar laut dengan kedalaman 200 hingga 300 meter.

"Jadi banyak sungai di Palu yang membawa sedimen ke laut. Saat gempa akhirnya longsor dan membangkitkan tsunami," tutur Sutopo di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (29/9/2018).

Kejadian itu dilihat dari gelombang laut yang tidak beraturan. Terlebih, saat naik ke pantai pun warna air telah dalam kondisi bercampur tanah dan lumpur dasar laut.

"Tsunami itu awal airnya jernih, tapi datang dari laut, bergelombang, gelombang naik turun, kondisi airnya keruh. Berdasarkan analisis para ahli, hal itu dipicu longsoran dasar laut di Teluk Palu," jelas dia.

Penyebab tsunami yang kedua adalah akibat gempa lokal yang terjadi di bagian luar Teluk Palu. Hanya saja, gelombang tsunami yang dihasilkan tidak lebih besar dari longsoran sedimen.

"Karena ini juga, tsunami itu bukan hanya diakibatkan gempa bumi, tapi juga longsor dasar laut," Sutopo menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.