Sukses

Suara Dhul dan Sirene, Penanda Buka Puasa di Solo dari Masa ke Masa

Suara dhul merupakan pengingat atau penanda berbuka puasa bagi masyarakat Solo.

Liputan6.com, Solo - Suara dhul merupakan salah satu tradisi Ramadan yang pernah dimiliki Kota Solo. Sayangnya, tradisi tersebut telah pudar atau hilang.

Suara dhul merupakan pengingat atau penanda berbuka puasa bagi masyarakat Solo. Tradisi yang hanya ada saat Ramadan ini dilakukan dengan cara menyalakan petasan besar yang terkenal saat masa 1980-an.

Mengutip dari surakarta.go.id, dhul merupakan petasan besar yang dinyalakan dari bawah kemudian melesat dan meledak. Petasan ini bisa melesat hingga ketinggian puluhan meter.

Saking besarnya, suara keras petasan ini bisa terdengar hingga beberapa kilometer. Tradisi ini membutuhkan sebuah bambu atau bumbung besar yang berfungsi seperti meriam kecil sebagai lontaran ke udara.

Kemudian, sumbu dhul tersebut disulut dengan api, sehingga akan menghasilkan suara ledakan yang sangat keras. Suara ledakan inilah yang digunakan untuk menyeragamkan waktu berbuka di Kota Solo.

Dhul ini menjadi penanda berbuka puasa di Kota Solo, terutama di kawasan Masjid Agung Solo dan Masjid Tegalsari. Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi ini dihentikan karena dianggap berbahaya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tergantikan Sirene

Kini, tradisi dhul telah digantikan oleh bunyi sirene yang dikeraskan melalui mikrofon masjid. Salah satu sirene yang pernah dibunyikan terletak di Kompleks Sriwedari, tepatnya di belakang Gedung Wayang Orang. Namun, sirene yang sudah ada sejak zaman Belanda tersebut sudah lama tidak dioperasikan.

Berada di kawasan yang sama, sirene ini berdiri di dekat Masjid Al Hidayah. Jemaah Masjid Al Hidayah menyebut sirene Sriwedari terakhir dioperasikan pada 2019 sebagai penanda berganti tahun ke 2020.

Sirene Sriwedari sangat keras dan dapat didengar hingga jarak 3-5 kilometer. Bunyi tersebut melengking tinggi di awal selama beberapa menit, kemudian suaranya akan menurun secara berkala.

Sirene ini hanya dibunyikan satu kali jelang berbuka puasa. Sementara itu, tempat lain yang juga terdapat sirene penanda buka puasa adalah Masjid Agung Keraton Surakarta.

Suara sirene tersebut dinyalakan melalui menara yang ada di Masjid Agung Keraton Surakarta. Terdapat delapan pengeras suara yang terpasang di menara tersebut.

Sirene yang sudah dioperasikan sejak lebih dari 10 tahun lalu ini dibunyikan secara berasamaan dengan beduk. Suaranya yang nyaring bisa terdengar hingga wilayah Kadipolo, Laweyan.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.