Sukses

100 WNI dari Evakuasi Tahap 4 Sudan Tiba di Indonesia, Total 949 Orang Telah Dipulangkan ke Tanah Air

Indonesia melakukan evakuasi tahap 4 WNI dari Sudan. Sebanyak 100 orang telah kembali ke Tanah Air pada Selasa 2 Mei 2023, menggunakan Pesawat Garuda Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia melakukan evakuasi tahap 4 WNI dari Sudan. Sebanyak 100 orang telah kembali ke Tanah Air pada Selasa 2 Mei 2023, menggunakan Pesawat Garuda Indonesia. 

Mengutip informasi dari situs Kemlu RI, Selasa (2/5/2023), diketahui bahwa dengan kepulangan tahap 4 tersebut maka 929 WNI telah kembali ke Tanah Air.

WNI yang telah dipulangkan daru Sudan ke Tanah Air akan menginap di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, untuk penanganan lebih lanjut oleh Kementerian/Lembaga terkait, sebelum dipulangkan ke daerah asalnya. 

Per hari ini, total WNI yang berhasil dievakuasi dari wilayah konflik di Sudan menuju tanah air sebanyak 949 orang. Berikut ini rinciannya:

  • 930 orang dievakuasi via Jeddah
  • 13 orang dievakuasi via Mesir
  • 6 orang dievakuasi via Persatuan Emirat Arab.

Sebelumnya, Pemerintah RI telah berhasil memulangkan 829 WNI, semuanya melalui Jeddah. Mereka dipulangkan dalam tiga tahap. Berikut ini rinciannya:

  • Tahap Pertama: 385 orang tiba pada 28 April dengan Garuda Indonesia.
  • Tahap Kedua: 363 orang tiba pada 30 April dengan Garuda Indonesia.
  • Tahap Ketiga: 75 orang tiba 1 Mei dengan pesawat TNI AU. Sementara 6 WNI mengatur kepulangannya secara mandiri.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI mengucapkan terima kasih kepada seluruh Kementerian/Lembaga terkait yang telah mendukung upaya evakuasi serta penanganan WNI evacuee di dalam negeri.

Konflik Sudan antara Sudan Armed Forces dan Rapid Support Forces (RSF) bermula pada tanggal 15 April 2023.

Konflik tersebut mengancam situasi keamanan di Sudan sehingga KBRI Khartoum menetapkan status Siaga II pada tanggal 16 April 2023. Dengan meningkatnya eskalasi konflik tersebut, pada tanggal 20 April 2023, KBRI Khartoum menetapkan status Siaga I.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perang Saudara Sudan: 411 Warga Sipil Tewas, 2 Ribu Terluka, dan 50 Ribu Orang Mengungsi

Tembakan senjata dan tembakan artileri berat berlanjut di beberapa bagian ibu kota Sudan, Khartoum, pada Sabtu 29 April 2023, kata penduduk. Pertempuran berlanjut meskipun ada perpanjangan gencatan senjata antara dua jenderal tertinggi negara itu, yang tengah berebut kekuasaan atas negara Afrika tersebut.

Korban tewas dari warga sipil melonjak ke angka 411 orang, menurut Asosiasi Dokter Sudan yang melakukan pemantauan jumlah korban. Sebanyak 2.023 warga sipil lainnya terluka, tambah kelompok itu, seperti dikutip dari Independent.ie (30/4/2023).

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Sudan menyebut, jumlah kematian keseluruhan terbaru mencapai 528 orang, dengan 4.500 lainnya terluka. Angka itu termasuk militer dan milisi yang saling bertempur.

Khartoum, sebuah kota berpenduduk lima juta orang, telah berubah menjadi garis depan dalam konflik sengit antara Jenderal Abdel Fattah Burhan, komandan militer Sudan, dan Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo (alias Hemedti) yang memimpin kelompok paramiliter yang dikenal sebagai Rapid Support Forces (RSF).

Negara asing terus mengevakuasi staf diplomatik dan warga negara sementara ribuan orang Sudan melarikan diri melintasi perbatasan. Inggris mengatakan akan mengakhiri penerbangan evakuasi pada Sabtu 29 April setelah permintaan menurun.

Lebih dari 50.000 pengungsi --kebanyakan wanita dan anak-anak-- telah melintasi perbatasan dengan Chad, Mesir, Sudan Selatan dan Republik Afrika Tengah, kata PBB. Angka itu menimbulkan kekhawatiran ketidakstabilan lintas negara yang lebih luas.

Negara-negara yang menjadi tujuan pengungsi sedang mengalami situasi instabilitasnya masing-masing. Pertikaian dan kekacauan etnis telah melukai Sudan Selatan dan Republik Afrika Tengah, sementara transisi demokrasi Chad terhenti setelah kudeta.

Mereka yang melarikan diri dari Khartoum menghadapi lebih banyak rintangan. Perjalanan darat ke Port Sudan, tempat kapal kemudian mengevakuasi orang melalui Laut Merah, terbukti panjang dan berisiko.

Pengangkutan udara dari negara itu juga menimbulkan tantangan, dengan sebuah pesawat Turki terkena tembakan di dekat Khartoum pada Jumat 28 April.

Mantan perdana menteri Abdalla Hamdok, yang digulingkan dalam kudeta 2021, mengimbau masyarakat internasional untuk segera menghentikan konflik tersebut. Dia memperingatkan bahwa perang saudara besar-besaran di negara yang berlokasi strategis itu akan memiliki konsekuensi tidak hanya bagi Sudan tetapi juga bagi dunia.

Ketua Uni Afrika Moussa Faki mengatakan dia akan membantu memulai proses politik yang "dipimpin oleh Sudan".

"Saya sudah siap untuk pergi ke sana, bahkan melalui jalan darat," kata Faki. "Kami meminta kedua jenderal untuk menciptakan kondisi bagi kami untuk pergi ke Khartoum." 

3 dari 3 halaman

Panglima TNI: Konflik Militer di Sudan Jangan Sampai Terjadi di Indonesia

Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono berharap, kejadian konflik militer di Sudan tidak terjadi di Indonesia. Menurutnya, hal itu bisa berdampak terhadap ambruknya ekonomi, bahkan rawan akan menjadi negara gagal.

Dalam arahannya, Yudo mengingatkan para pemimpin satuan TNI harus bertanggungjawab atas amanah yang diberikan dengan resiko apapun.

"Pemimpin selain tampil dan bertanggung jawab dalam memimpin perlu di ikuti nalar dan nurani untuk kepentingan nasional," kata Yudo, Selasa (2/5/2023).

Eks Kepala Staf Angkatan Laut ini juga memerintahkan seluruh prajurit TNI agar memberikan bakti terbaik untuk ibu pertiwi. Karena, ia ingin keberadaan TNI harus dapat bermanfaat bagi rakyat dengan membantu dalam mengatasai segala permasalahan rakyat.

"Bina dan kembangkan jiwa korsa bersama satuan samping guna mewujudkan hal positif. Hal ini sudah dibuktikan keberhasilan dalam penanganan Covid-19, pengamanan G20, pengamanan lebaran, natal, penanggulangan bencana, dan lain-lain. Di tahun politik, Netralitas TNI suatu keharusan," pungkasnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merilis data sementara terkait konflik di Sudan. Sedikitnya 459 korban tewas dan 4.072 orang terluka akibat konflik bersenjata selama berminggu-minggu di Ibu Kota Khartoum, Sudan.

Dilansir Antara dari Anadolu, Selasa (25/4/2023), perwakilan Sudan di WHO Dr. Nima Saeed Abid mengatakan, angka itu mungkin sangat kecil dari yang sebenarnya.

Abid mengatakan bahwa WHO telah memverifikasi 14 serangan sejak kekerasan dimulai, dengan delapan kematian dan dua orang luka-luka. Rumah-rumah sakit di Sudan juga rusak.

"Serangan terhadap perawatan kesehatan adalah tindakan tercela dan harus dihentikan," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.