Sukses

Kisah Wanita Positif Virus Corona COVID-19 Sembuh dengan Merawat Diri di Rumah

Virus Corona COVID-19 bisa disembuhkan. Elizabeth Schneider telah membuktikannya.

Liputan6.com, Seattle - Virus Corona COVID-19 bisa disembuhkan. Berdasarkan data Coronavirus COVID-19 Global Cases by the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) at Johns Hopkins University (JHU), sebanyak 68.324 telah sembuh dari sakit akibat COVID-19.

Salah satunya adalah Elizabeth Schneider. Wanita 37 tahun itu telah pulih sepenuhnya dari Virus Corona jenis baru, menjadikannya sebagai harapan yang hidup dan bernafas bagi para pasien yang masih berjuang.

Schneider memiliki pengalaman yang relatif ringan melawan Virus Corona COVID-19. Ia hanya merawat diri sendiri dalam rumahnya di Seattle, Washington.

Pemilik gelar doktor di bidang bioengineering ini membagikan kisahnya "untuk memberi orang sedikit harapan." Kisahnya lebih umum daripada yang orang mungkin pikirkan: Otoritas kesehatan AS mengatakan 80% kasusnya ringan. Sisa kasus yang memerlukan rawat inap terutama mempengaruhi warga di atas usia 60 dan orang-orang dengan kondisi yang sudah ada sebelumnya, seperti diabetes, penyakit jantung, atau penyakit paru-paru.

Schneider mengungkapkan bagaimana dia pertama kali mulai mengalami gejala mirip flu pada 25 Februari. Gejala tersebut muncul tiga hari setelah dia menghadiri pesta yang kemudian diidentifikasi sebagai tempat di mana setidaknya lima orang lainnya terkena Virus Corona itu.

"Saya bangun dan merasa lelah, tetapi itu tidak lebih dari apa yang biasanya Anda rasakan ketika Anda harus bangun dan pergi bekerja, dan saya sangat sibuk akhir pekan sebelumnya," katanya kepada Agence France-Press (AFP), seperti dikutip Jumat (13/3/2020).

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dinyatakan Positif COVID-19

Dia merasakan sakit kepala datang sekitar siang hari, bersama dengan demam dan nyeri tubuh. Sakit itu membuatnya meninggalkan kantor, tempatnya bekerja sebagai manajer pemasaran perusahaan bioteknologi dan pulang ke rumah.

Ia kemudian tidur siang, tetapi bangun dengan suhu yang mencapai 103 derajat Fahrenheit pada malam harinya. "Dan, pada saat itu, saya mulai menggigil tak terkendali, dan saya merasa kedinginan dan kesemutan di ekstremitas saya, jadi itu sedikit mengkhawatirkan," ungkap Schneider.

Dia lalu mengambil obat flu yang dijual bebas, dan memanggil seorang teman untuk berjaga-jaga jika dia perlu dibawa ke rumah sakit, tetapi demamnya mereda pada hari-hari berikutnya.

Schneider salah mengira dia tidak memiliki COVID-19 karena tidak mengalami gejala-gejala, seperti batuk atau sesak napas.

Dia mengaku telah melakukan vaksin influenza terbaru dan mengira penyakitnya disebabkan oleh strain yang berbeda. Ketika dia mengunjungi dokternya, dia diperintahkan untuk pulang, beristirahat dan minum banyak cairan.

Hal yang membuatnya mulai curiga memiliki sakit yang lebih serius adalah saat ia mengakses media sosial. Seorang teman di Facebook mem-posting bahwa beberapa orang dari pesta itu mengalami gejala yang sama. Orang-orang itu memeriksakan diri ke dokter, di mana mereka dinyatakan negatif terkena flu, tetapi tidak ditawari tes Virus Corona karena mereka tidak menunjukkan tanda-tanda umum batuk dan kesulitan bernapas.

Schneider langsung mendaftarkan diri dalam sebuah program penelitian yang disebut Seattle Flu Study dengan harapan dapat mengatasi penyakitnya. Dia dikirimkan swab kit untuk hidung oleh para peneliti, yang dia kirimkan kembali. Kemudian dirinya menunggu beberapa hari untuk mendapatkan hasilnya.

Pada 7 Maret, dia mendapat kabar buruk: dinyatakan positif COVID-19. Anehnya, Schneider merasa lega. "Saya sedikit terkejut, karena saya pikir itu agak keren," katanya kepada AFP, menambahkan bahwa dia merasa itu menarik dari "perspektif ilmiah."

3 dari 3 halaman

Cukup Tinggal di Rumah

Gejalanya sudah mereda pada saat dia didiagnosis. Otoritas kesehatan setempat memintanya untuk tinggal di rumah selama setidaknya 7 hari setelah timbulnya gejala atau hingga 72 jam setelah mereka berhenti.

Schneider, yang telah merasa lebih baik selama seminggu terakhir, mulai beraktivitas. Namun, ia masih menghindari pertemuan dengan banyak orang dan bekerja dari rumah.

"Jika Anda pikir Anda memilikinya, Anda mungkin melakukannya," kata Schneider. "Jika gejala Anda tidak mengancam jiwa, cukup tinggal di rumah, berobat dengan obat-obatan yang dijual bebas, minum banyak air, banyak istirahat, dan melihat-lihat acara yang ingin Anda tonton."

Meski begitu, dia memperingatkan penting untuk mempertimbangkan individu berisiko tinggi dan tinggal di rumah jika Anda merasa sakit.

"Jelas itu bukan sesuatu yang sama sekali tidak peduli, karena ada banyak orang yang berusia lanjut atau memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya," katanya. "Ini berarti bahwa kita harus ekstra waspada tentang tinggal di rumah, mengasingkan diri dari orang lain."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.