Sukses

Wisatawan China Dilarang Datang ke Korea Selatan, Ada Apa?

Dalam beberapa waktu terakhir, persentase kunjungan wisatawan China ke Korsel terus merosot. Pemicunya adalah penerapan THAAD.

Liputan6.com, Seoul - Badan pariwisata Korea Selatan mencemaskan penurunan jumlah wisatawan China yang sangat drastis. Pemicunya tak lain perselisihan diplomatik dengan Tiongkok.

Seperti dikutip dari BBC, pada Rabu (12/7/2017) Organisasi Pariwisata Korea (KTO) memperkirakan akan ada 4,7 juta turis asing pada 2017. Jika dibandingkan dengan 2016, jumlah ini turun sekitar 27 persen.

Tiongkok dikabarkan telah melarang agen perjalanan untuk menjual paket wisata ke Korea Selatan. Langkah ini diambil sebagai protes karena Korsel mengizinkan pemasangan sistem pertahanan rudal Amerika Serikat di negara itu.

Tahun lalu, persentase wisatawan China yang berkunjung ke Korsel mencapai 46,8 persen.

Menurut KTO, jumlah wisatawan asing yang datang ke Korsel mengalami pertumbuhan dua digit dalam dua bulan pertama tahun ini. Namun, sejak saat itu angkanya terus menurun.

Persentase di bulan Mei sangat buruk, yakni 34,5 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Dengan kata lain, untuk pertama kalinya pasca-epidemi MERS pada pertengahan 2015, jumlah kunjungan wisatawan berada di bawah angka 1 juta.

"Dengan tren saat ini, industri pariwisata Korsel bisa masuk ke depresi jangka panjang," ujar seorang pejabat KTO yang enggan menyebutkan namanya kepada Yonhap.

Larangan wisata ke Korsel mulai berlaku setelah militer AS mulai menerapkan THAAD pada awal Mei lalu. China menilai penempatan THAAD di Korsel merusak keamanan regional.

THAAD, yang merupakan singkatan dari Terminal High Altitude Area Defence, dipasang di sebuah area bekas lapangan golf di pusat wilayah Seongju. Pemasangan sistem THAAD sendiri dilakukan di tengah aksi protes.

Mayoritas warga setempat percaya bahwa sistem ini merupakan target potensial serangan Pyongyang dan dapat membahayakan kehidupan mereka yang tinggal di dekatnya.

THAAD mampu menembak rudal balistik jarak pendek dan menengah dalam tahap akhir perjalanan mereka. Sistem pertahanan tersebut menggunakan teknologi "hit to kill" di mana energi kinetik akan menghancurkan hulu ledak yang masuk.

Sistem peluru kendali (rudal) antibalistik milik Angkatan Darat AS tersebut dapat menjangkau jarak 200 kilometer dan ketinggian 150 kilometer.

Sebelumnya, AS telah lebih dulu menempatkan THAAD di Guam dan Hawaii sebagai antisipasi menghadapi potensi serangan Korea Utara.

 

Simak video berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.