Sukses

6 Fakta Mengejutkan Kafein pada Kopi

Ternyata kafein di kopi tidak hanya membuat Anda semangat. Ada fakta-fakta lain yang mengejutkan, bahkan kematian.

Liputan6.com, Durham - Kopi menjadi minuman andalan untuk memulai hari. Fungsinya yang menggenjot semangat, membuat kita merasa tidak 'afdol' jika tak mengonsumsinya sebelum beraktivitas.

Zat kafeinlah yang bertanggung jawab atas genjotan energi tersebut. Tidak hanya terkandung dalam kopi, kafein juga ditemukan pada cokelat, teh, dan minuman bersoda.

Ini hanya satu dari fakta menarik lainnya mengenai kafein. Anda mungkin tidak pernah mendengar bahwa sesungguhnya tidak ada hal 'kecanduan kafein'. Dalam jumlah yang moderat, kafein punya efek yang positif pada tubuh dan pikiran.

Menurut The Food and Drug Administration, 400 miligram merupakan jumlah kafein yang aman dikonsumsi orang dewasa dalam satu hari. Bagi wanita hamil, jumlah maksimal 200 mg. Sementara, Mayo Clinic menyarankan anak-anak usia remaja untuk tidak mengonsumsi lebih dari 100 mg per hari.

Beberapa orang sensitif terhadap efek kafein. Jika Anda salah satunya, yang bisa mengalami sakit kepala atau sakit perut setelah minum kopi, sebaiknya Anda cari alternatif lain, atau konsumsi minuman dengan jumlah kafein lebih rendah, seperti teh.

Dikutip dari Live Science, inilah fakta-fakta menarik mengenai kafein.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 7 halaman

Kafein awet dalam tubuh manusia

Kafein awet dalam tubuh manusia

Kafein diserap dalam aliran darah dan jaringan dalam waktu 45 menit setelah dikonsumsi. Namun, butuh waktu lama bagi zat tersebut untuk diurai dan dikeluarkan dari tubuh, yaitu 4 jam. 

Menurut James Lane, dosen psikiatri di Duke University School of Medicine, Durham, Inggris, bukan berarti keseluruhan kafein akan keluar dalam waktu 4 jam, nyatanya perlu 12 jam untuk meluruhkan kafein dalam satu cangkir kopi.

Setengah dari kafein bisa memendek menjadi 3 jam pada orang-orang yang merokok. Untuk perbandingan, pada wanita yang menggunakan pil kontrasepsi jangka waktunya bisa lebih dari 4 jam. Sementara kehamilan bisa memanjangkan waktunya menjadi 10,5 jam.

Karena perlu 12 jam untuk kafein tereliminasi sepenuhnya dari tubuh, umumnya zat ini luruh saat pengonsumsi siap pergi tidur. Umumnya, orang-orang yang minum kopi secara rutin ketika bangun tidur akan merasa goyah dan pusing. Keadaan ini adalah withdrawal --kondisi di mana seorang 'pecandu' merasa kebutuhan untuk mengonsumsi zat 'candu' mereka-- dari kopi yang mereka minum kemarin. Kondisi ini sirna saat mereka sudah minum kopi.

3 dari 7 halaman

Kematian karena Kafein?

Ada kasus kematian karena OD kafein --walau sangat langka

Dalam kasus yang jarang terjadi, kafein yang dikonsumsi terlalu banyak, seperti 5 gram (jumlah yang ada dalam 30-50 cangkir kopi) bisa membunuh.

Pada 2014 lalu, dua pria-- satu dari Ohio dan yang lainnya dari Georgia-- mengalami overdosis bubuk kafein. Ini yang membuat FDA  memperingatkan bahwa kafein bubuk sangat berbahaya. Satu sendok teh bubuk kafein memiliki kadar yang sama dengan 28 cangkir kopi.

Bubuk kafein dijual online, dan umum dibeli oleh anak-anak muda yang ingin meningkatkan energi, konsentrasi belajar, serta meningkatkan performa atletik mereka, atau menurunkan berat badan.

Namun, bubuk tersebut mengandung 100 persen kafein, membuatnya menjadi stimulan yang kelewat kuat. Terlebih lagi, dosis yang 'aman' hampir-hampir tidak bisa diukur dengan sendok teh.

Tanda-tanda dari keracunan kafein antara lain adalah jantung berdebar, keringat dingin, muntah, otot yang gemetaran, dan pada yang menuju fatal, rusaknya sistem pernapasan.

4 dari 7 halaman

Apakah kafein itu candu?

Tidak ada 'kecanduan kafein'

Orang-orang yang mengonsumsi kopi kemungkinan besar bergantung pada kafein. Ini mengantarkannya pada gejala yang mirip kecanduan. Namun, 'kecanduan' bukanlah kata yang tepat untuk mendeskripsikannya.

Secara sosial, 'kecanduan kafein' masih diterima, sebab para 'pecandu' tidak menunjukkan sifat-sifat selayaknya kecanduan obat terlarang. Kenyataannya, kafein bukan zat adiktif seperti halnya sabu, menurut Dr Peter Martin, dosen psikiatri dan farmakologi di Vanderbilt University School of Medicine, dan direktur di the Institute for Coffee Studies at Vanderbilt University, Nashville.

Pada umumnya, kebutuhan seseorang akan kafein berbeda jenisnya dengan kebutuhan akan obat terlarang.

"Kafein memiliki efek samping minor dibanding dengan obat candu sesungguhnya," ungkap Martin.

Seorang yang mengaku 'kecanduan' kopi umumnya hanya membutuhkan asupan energi yang membuat mereka merasa lebih baik. Tidak pernah ada kasus seorang sampai menggelapkan uang demi secangkir kopi.

5 dari 7 halaman

Kafein dan zat kimia otak

Kafein mirip dengan zat kimia yang diproduksi otak

Kafein memiliki struktur molekul yang mirip dengan adenosine, sebuah saraf transmiter yang mengirim impuls ke otak. Karena kemiripan zat kimia, kafein bisa berkaitan dengan reseptor adenosine di sel otak.

Efek stimulan kafein datang umumnya dari cara kafein bekerja di resptor adenosine. Normalnya, sampainya adenosine ke penerima akan mengakibatkan rasa mengantuk dan melambatnya sistem saraf pusat. Ini akan melambatkan aktivitas sel saraf dan mengantarkan pada rasa rileks.

Namun, saat molekul kafein menggantikan adenosine, dan diikat oleh reseptor yang sama, zat kafein memblokir fungsi adenosine yang membuat mengantuk, dan menggenjot aktivitas sel saraf. Inilah yang membuat orang merasa terbangun dan berenergi.

6 dari 7 halaman

Kafein Memperburuk Efek Stres

Kafein memperburuk efek stres

Kafein bisa memperkuat stres pada orang yang mengonsumsimya setiap hari. Dalam studi pada peminum kopi, Lane menemukan bahwa kafein memperkuat respons stres pada tubuh, serta mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan pacu jantung, seiring dengan meningkatnya produksi hormon stres.

Kafein bukan hanya mempengaruhi cara tubuh seseorang merespons stres, namun membesarkan persepsi individu terhadap stres. Respons stres yang berlebih bisa membuat perbedaan pada orang-orang dengan kondisi seperti tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2. Karena itu, orang-orang dengan kondisi ini disarankan mengurangi konsumsi kafein.

7 dari 7 halaman

Kafein sebagai Pestisida dan Herbisida

Kafein dalam tanaman bertindak sebagai pestisida dan herbisida alami

Kafein bisa ditemukan di daun, buah, dan biji dalam tanaman yang memproduksi kafein, seperti pohon kopi dan semak-semak pohon teh, juga pohon kakao.

Kafein dalam tanaman bisa berfungsi sebagai pestisida alami, yang membantu mengusir serangga yang akan menyerang pohon, dan bisa berfungsi untuk membunuh serangga. Dalam dosis tinggi, kafein bisa menjadi racun serangga.

Kafein juga merupakan herbisida natural yang dilepaskan dalam tanah, sehingga rumput liar tidak bisa tumbuh di dekat tanaman kopi dan teh. Namun, dalam pertanian kopi, kafein bisa berkumpul banyak dalam tanah, sehingga bisa berakibat kurang baik pada tanaman kopi itu sendiri. (Ikr/Rie)*

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini