Sukses

Pulau Jawa Rentan Gempa dan Longsor, IKN Nusantara Aman?

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Sugeng Mujiyanto mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara yang sering terjadi pergerakan tanah. Sepanjang tahun 2022 telah terjadi 1.085 pergerakan tanah dan menyebabkan 210 meninggal dunia.

Sugeng menjelaskan, gerakan tanah 60 persen terjadi di pulau Jawa. Menurutnya, pulau Jawa memang rentan akan gerakan tanah baik itu longsor maupun gempa bumi.

"Gerakan tanah 60 persen terjadi di pulau Jawa, ini sangat rentan. Indonesia sering terjadi gerakan tanah, tahun 2022 ada 1.085 kejadian dan banyak yang meninggal dunia. Kita harapkan ke depan sedikit atau tidak ada gerakan tanah berupa longsoran yang terjadi di Indonesia," kata Sugeng dalam Konferensi Pers Update Informasi Kebencanaan Gunungapi dan Gerakan Tanah, serta Kajian Badan Geologi dalam Pembangunan IKN, secara virtual, Jumat (31/3/2023).

Badan Geologi juga rutin melakukan penyelidikan gerakan tanah di tempat-tempat yang rawan sesuai permintaan Pemerintah daerah seperti Bupati dan Walikota. Selama periode Januari-Maret 2023 ada 14 Kab/kota yang telah mengajukan permohonan penyelidikan gerakan tanah.

Diantaranya, Purwakarta, Kuningan, Garut, Sumedang, Banjarnegara, Sukabumi, Majene, Cilacap, Banyumas, Karanganyar, Brebes, Ponorogo, Natuna, Pacitan, dan Blitar.

"Kami melakukan penyelidikan gerakan tanah dan juga di tempat-tempat yang rawan sesuai permintaan dari daerah seperti Bupati dan Wali Kota," ujarnya.

Tak hanya itu saja, pihaknya juga berencana akan melakukan penyelidikan gerakan tanah di beberapa provinsi, yakni di Jawa barat, Banten, Bengkulu, Nusa Tenggara.

Apakah IKN Aman dari Gerakan Tanah?

Sugeng menyebut pihaknya sudah melakukan penyelidikan pergerakan tanah di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur pada 2019. Hasilnya, ibu kota baru relatif aman dari ancaman gerakan tanah seperti longsor maupun gempa. Namun bukan berarti benar-benar bebas dari ancaman tersebut.

"Kami juga sudah melakukan penyelidikan di IKN dan sudah kami berikan kepada pihak yang berwenang pada Desember 2019," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Wilayah IKN Berpotensi Diguncang Gempa Magnitudo 7,0

Pemerintah tengah membangun megaproyek Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur. Lokasi IKN ini berada di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara. Berdasarkan kajian Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah ini berpotensi diguncang gempa.

BMKG mengatakan, Sesar Mangkalihat yang baru saja menyebabkan gempa magnitudo 3,7 di Sangkuliang, Kutai Timur pada Rabu, (25/1/2023) dini hari masih aktif. Sesar ini patut diwaspadai karena sudah diprediksi akan mengeluarkan energi cukup besar.

Titik Gempa dengan magnitudo 3,7 ini hanya berjarak sekitar 500 km dari pusat Ibu Kota Negara (IKN).

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono membantah anggapan gempa yang melanda Berau ini tergolong langka. Dia menegaskan, Sesar Mangkalihat sudah berkali-kali memicu guncangan di Kalimantan Timur.

“Tidak langka, di situ memang banyak gempanya karena ada sumbernya,” ujar dia.

Hasil kajian Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen) pada 2017, Sesar Mangkalihat memiliki kekuatan tertarget mencapai magnitudo 7,0 dengan laju pergeseran 0,5 milimeter per tahun.

Daryono menambahkan, sebetulnya Kalimantan Timur memiliki tiga struktur sesar sumber gempa, yaitu Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat dan Sesar Paternoster.

BMKG mencatat sedikitnya ada sepuluh kali gempa di Kalimantan Timur akibat aktivitas sesar aktif.

  • Pertama, Gempa dan Tsunami Sangkulirang pada 14 Mei 1921 yang menimbulkan kerusakan sedang hingga berat mencapai VII-VIII MMI. Gempa kuat ini diikuti tsunami yang mengakibatkan kerusakan di sepanjang pantai dan muara sungai di Sangkulirang.
  • Kedua, Gempa Tanjung Mangkalihat pada 16 November 1964, berkekuatan M 5,7.
  • Ketiga, Gempa Kutai Timur pada 4 Juni 1982, berkekuatan M 5,1.
  • Keempat, Gempa Muarabulan, Kutai Timur pada 31 Juli 1983, berkekuatan M 5,1.
  • Kelima, Gempa Mangkalihat pada 16 Juni 2000, berkekuatan M 5,4.
  • Keenam, Gempa Tanjungredep pada 31 Januari 2006, berkekuatan M 5,4.
  • Ketujuh, Gempa Muaralasan, Berau pada 24 Februari 2007, berkekuatan M 5,3.
  • Delapan, Gempa Berau 16 Juli 2020, berkekuatan M 4,0.
  • Sembilan, Gempa Berau 29 Januari 2021, berkekuatan M 4,1.
  • Sepuluh, Gempa Berau 11 Oktober 2022, berkekuatan M 4,4.
3 dari 3 halaman

Sudah Lakukan Kajian di Lokasi IKN

Sementara, Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eko Budi Lelono mengaku pihaknya sudah dilibatkan dalam melakukan kajian kondisi geologi ibu kota negara atau ibu kota baru di Kalimantan Timur.

Misalnya melakukan penelitian tanah dan dari sisi potensi air tanah, begitu juga dari sisi potensi kebencanaan.

Eko mengatakan, Pulau Kalimantan relatif lebih stabil. Namun, dia menemukan adanya beberapa garis patahan, yang kerap jadi penyebab bencana gempa bumi di sekitar lokasi ibu kota baru.

"Tapi kita catat ada beberapa patahan di sana. Ini perlu dilihat lagi, apakah di sana potensi mengganggu. Tapi tidak terlalu signifikan barangkali," kata Eko.

Kemudian, dari sisi potensi sumber daya alam, Badan Geologi juga menemukan adanya sebaran cadangan energi dalam bentuk batubara. Eko pun sudah memetakan, mana saja daerah dengan batu bara yang mudah terbakar, dan mana daerah yang aman.

"Ini sudah kita petakan. Rekomendasi dari batubara ini sudah diberikan ke Bappenas. Ini jadi pertimbangan tata kota ke depannya," sebut dia.

Dalam melakukan berbagai kajian tersebut, Badan Geologi Kementerian ESDM dibantu oleh beberapa pihak lain. Secara umum, hasil penelitian tersebut juga sudah disampaikan ke Bappenas.

"Beberapa survei sudah detil, tapi ada beberapa yang perlu rincian lebih lanjut. Karena waktu disediakan tidak terlalu panjang," ujar Eko. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.