Sukses

Di Depan Ratusan Investor, Gubernur BI Yakin Rupiah Terus Menguat

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo membanggakan stabilitas moneter RI di hadapan ratusan calon investor.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo membanggakan stabilitas moneter RI di hadapan ratusan calon investor. Perry menyebutkan, Indonesia akan menjadi ladang investasi yang bagus ditopang oleh kondisi nilai tukar rupiah yang terus terapresiasi atau mengaut terhadap Dolar AS (USD).

Dia mengungkapkan, tahun lalu memang bukan merupakan tahun yang baik bagi rupiah. Depresiasi atau pelemahan rupiah terjadi selama beberapa kali bahkan menembus level 15.000 per dolar AS.

Akan tetapi, kondisi tersebut terbukti dapat diatasi dengan kebijakan-kebijakan moneter yang diambil bank sentral bersama pemerintah. Rupiah tercatat terus menguat di awal 2019 ini.

"Kebijakan yang diambil oleh bank sentral dan pemerintah membuat rupiah terus menguat dan kembali ke level 14.000 per dolar AS. Tahun lalu rupiah terdepresiasi 5,85 persen dan tahun ini terapresiasi," kata Perry dalam presentasinya pada acara Mandiri Invesment Forum di Fairmont Hotel, Jakarta, Rabu (30/1/2019).

Perry menyampaikan optimistis BI terhadap kondisi rupiah di tahun ini sangat tinggi. Diyakini tahun ini merupakan tren penguatan bagi rupiah.

Penguatan rupiah ini juga ditandai oleh derasnya modal asing masuk ke Indonesia yang sudah dimulai sejak kuartal akhir 2018.

"Dengan masuknya modal asing, pasokan akan meningkat dan pengaruhnya terhadap nilai tukar rupiah," ujarnya

Berdasarkan data BI, pada tahun lalu aliran modal asing yang masuk ke Indonesia tercatat sebanyak USD 12 Miliar.

Sementara itu, tahun 2019 juga diawali secara positif dengan masuknya aliran modal asing yang hingga kini sudah tercatat sebanyak USD 1,4 miliar.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Iklim Investasi

Tahun 2019 dipastikan akan semakin menjanjikan bagi iklim investasi di Indonesia dengan adanya proyeksi The Fed atau bank sentral AS yang dipastikan tidak akan seagresif tahun lalu dalam mengerek suku bunga acuannya.

Faktor selanjutnya adalah fundamental ekonomi Indonesia yang diklaim semakin kuat ditandai angka pertumbuhan ekonomi yang baik, tingkat inflasi rendah, dan defisit anggaran yang lebih rendah dari target

"Tahun ini kemungkinan suku bunga acuan The Fed naik hanya dua kali, ini adalah salah satu pertimbangan yang juga akan mempengaruhi nilai tukar di Indonesia. Kemudian target defisit neraca berjalan yang ditargetkan membaik membantu membuat pasar lebih baik," tutupnya.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini