Sukses

Menimbang Dampak Kenaikan Harga Energi terhadap Emiten

Harga energi terutama batu bara dan minyak naik pada awal 2022. Lalu bagaimana dampaknya ke emiten?

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah harga komoditas energi melonjak pada awal pekan ini. Harga minyak dunia bergerak menguat didukung oleh ancaman gangguan pasokan gas alam ke Eropa. Gangguan pasokan gas alam ini berpotensi memicu krisis energi.

Pada Januari 2022, harga rata-rata minyak mentah utama WTI (Nymex) naik sebesar USD 11,29 per barel dari USD 71,69 per barel menjadi USD 82,98 per barel. Selain itu, harga Brent naik USD 10,77 per barel dari USD 74,80 per barel menjadi USD 85,57 per barel. 

Sementara itu, harga batu-bara Acuan (HBA) mengalami lonjakan sebesar USD 29,88 per ton pada Februari 2022, atau menjadi USD 188,38 dari Januari 2022 yang dibanderol USD 158,50 per ton.

Head of Research PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina telah mendorong kenaikan harga energi. Kenaikan harga energi tersebut, menurut Wawan berdampak terhadap emiten komoditas termasuk tambang batu bara.

"Tahun lalu harga batu bara di kisaran USD 100, sekarang kembali sekitar USD 200,prospeknya masih cerah,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Equity Research Analyst PT Kiwoom Sekuritas, Rizky Khaerunnisa menuturkan, kenaikan harga komoditas membuat sektor tersebut menjadi menarik, mengingat akan berdampak pada kinerja pendapatan emiten pada 2022.

"Saat ini, harga komoditas energi kompak meroket. Selain minyak mentah, harga batu bara, CPO dan nikel yang juga tengah meroket. Namun, saham-saham emiten batu bara terpantau cenderung terkoreksi seiring melemahnya harga kontrak batubara acuan,” ujar Equity Research Analyst PT Kiwoom Sekuritas, Rizky Khaerunnisa kepada Liputan6.com, ditulis Rabu (9/2/2022).

Meski begitu, Rizky memperkirakan kinerja emiten batu bara tahun ini akan cukup baik. Hal itu seiring dengan dicabutnya larangan ekspor per 1 Februari lalu.

"Emiten yang diuntungkan dari kenaikan harga energi tersebut yaitu PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Elnusa Tbk (ELSA) dan AKRA (PT Akr Corporindo Tbk),” sebutnya.

Sementara itu, Wawan menilai, sektor consumer goods juga akan diuntungkan dengan kenaikan harga energi. Hal ini lantaran harga komoditas naik dapat dongkrak konsumsi belanja sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, konsumsi masyarakat akan meningkat.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Emiten yang Kurang Diuntungkan

Sebaliknya, Rizky menyebutkan emiten yang bebannya semakin berat dengan kenaikan harga energi yaitu sektor manufaktur dan sektor shipping. Hal tersebut karena kenaikan harga energi yang membuat biaya produksi menjadi lebih mahal.

"Kenaikan harga energi akan mengerek biaya produksi pada semua produk yang dikonsumsi masyarakat. Konsumsi masyarakat akan melambat cukup drastis dalam jangka pendek sampai menengah, bahkan sampai dua hingga tiga tahun setelahnya," ujar Rizky.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.