Sukses

Duka Tragedi Kanjuruhan, Berikut Catatan 5 Sejarah Kelam Tragedi Stadion Dunia

Liputan6.com, Yogyakarta - Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, menjadi catatan kelam bagi dunia sepak bola Indonesia. Identifikasi korban pada tragedi yang terjadi pada Sabtu (1/10) malam itu masih terus berjalan.

Stadion Kanjuruhan menjadi venue laga antara tuan rumah Arema FC dan tim tamu Persebaya Surabaya. Dalam derbi Jawa Timur itu tercipta 5 gol yang membawa kekalahan Arema FC dengan skor 2-3 dari Bajul Ijo.

Kekalahan tersebut merupakan kekalahan kandang pertama Arema FC setelah 23 tahun bertanding dengan Persebaya. Tak disangka, hasil tersebut memancing reaksi yang akhirnya menimbulkan tragedi kelam ini.

Suporter yang turun ke lapangan direspons oleh pihak keamanan dengan menembakkan gas air mata. Namun, hal tersebut menimbulkan kepanikan massa yang akhirnya mengakibatkan jatuhnya ratusan korban jiwa.

Menilik dari tragedi tersebut, dalam 40 terakhir, dunia juga mencatat sejumlah tragedi di stadion sepakbola yang menewaskan banyak orang. Berikut catatan 5 sejarah terkelam tragedi stadion dunia yang dikutip dari beberapa sumber:

1. Estadio Nacional, Peru (24 Mei 1964)

Dikutip dari Football Stadiums, tragedi di Peru adalah tragedi paling kelam sepanjang sejarah sepak bola. Dalam tragedi ini, sebanyak 328 orang dilaporkan tewas.

Stadion Nasional di Lima, Peru, ini menjadi arena laga kualifikasi Olimpiade 1964 antara Peru dan Argentina. Peru tertinggal 0-1 dan berhasil menyamakan kedudukan pada menit-menit akhir.

Namun, gol tersebut dianulir oleh wasit. Hal itu kemudian menimbulkan kerusuhan yang mengakibatkan jatuhnya para korban karena tembakan gas air mata.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Accra Sports' Stadium, Ghana

2. Accra Sports' Stadium, Ghana (9 Mei 2001)

Stadion Accra yang terletak di Kota Accra, Ghana, saat itu menggelar laga derbi antara Hearts of Oak dan Asante Kotoko. Menjelang akhir laga, Asante Kotoko masih memimpin 1-0, tetapi Hearts of Oak mencetak sekaligus dua gol balasan setelahnya.

Tak terima, suporter Asante Kotoko pun mulai mengambil kursi stadion dan melemparkannya ke lapangan ketika tersisa lima menit menjelang akhir laga.

Sama seperti di Kanjuruhan dan Peru, polisi yang berjaga merespons dengan menembakkan gas air mata ke kerumunan penonton, yang justru menimbulkan kepanikan. Para penonton pun berhamburan dan berdesak-desakan, sehingga menimbulkan korban jiwa yang mencapai 126 orang.

3. Hillsborough, Inggris (15 April 1989)

Tragedi di Stadion Hillsborough terjadi pada laga semifinal Piala FA antara Liverpool dan Nottingham Forest. Insiden bermula ketika terjadi penumpukan penggemar Liverpool setelah polisi setempat memutuskan membuka dua akses gerbang menuju tribune teras.

Sayangnya, pihak kepolisian luput memantau jumlah penonton yang masuk ke dalam tribune tersebut sehingga terjadi overkapasitas. Kondisi saat itu diperparah dengan adanya pagar pembatas antara tribune dan lapangan, sehingga suporter yang berada paling depan terjepit dan tidak bisa menyelamatkan diri.

Sebanyak 95 suporter, yang terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak, tewas dalam insiden tersebut. Jumlah tersebut bertambah menjadi 97 usai dua korban terakhir, Tony Bland dan Andrew Devine, meninggal dunia pada 1993 dan 2021.

 

3 dari 3 halaman

National Stadium, Nepal

4. National Stadium, Nepal (12 Maret 1988)

Sebanyak 93 orang tewas dalam tragedi di Stadion Nasional Kathmandu, Nepal, pada 1988. Insiden kelam itu terjadi pada laga Janakpur Cigarette Factory vs Liberation Army.

Hujan es yang turun secara tiba-tiba menimbulkan kepanikan suporter karena sebagian besar sudut stadion tidak beratap. Saat berusaha menyelamatkan diri, para suporter berdesakan yang akhirnya menimbulkan banyak korban jiwa.

5. Mateo Flores National Stadium, Guatemala (16 Oktober 1996)

Lebih dari 80 suporter tewas terinjak-injak dalam kerusuhan di laga Kualifikasi Piala Dunia antara Guatemala vs Kosta Rika di Guatemala City. Tragedi ini disebabkan oleh banyaknya pemalsuan tiket yang membuat stadion menjadi overkapasitas.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.