Sukses

Beroperasi 3 Tahun Lagi, Pabrik Chery di Indonesia Bakal Jadi Basis Produksi Mobil Setir Kanan

Komitmen Chery untuk berbisnis di Indonesia cukup serius. Bahkan, pabrikan asal Cina ini siap berinvestasi, dan membangun pabrik di Tanah Air

Liputan6.com, Jakarta - Komitmen Chery untuk berbisnis di Indonesia sangat serius. Bahkan, pabrikan asal China ini siap berinvestasi, dan membangun pabrik di Tanah Air.

Namun, hingga saat ini, Chery masih menjual modelnya dengan status semi knocked down (SKD) dengan menyewa sebuah pabrik di Indonesia. Lalu, kapan Chery mulai bangun fasilitas perakitannya sendiri di pasar nasional?

Harry Kamora Vice President PT Cherry Sales Indonesia mengatakan, komitmen investasi Chery di Tanah Air berawal dari kunjungan Presiden Joko Widodo, dan juga Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan.

"Dari Chery International dan kami di Chery Indonesia, ditunjuk sebagai basis produksi setir kanan (Indonesia). karena dalam menentukan punya pilihan ketat, yaitu Thailand dan Indonesia," jelas Harry saat ditemui di dealer Chery Pluit, Jakarta Utara, Kamis (26/1/2023).

Lanjut Komara, meskipun Thailand bergerak lebih agresif, namun Chery lebih pilih Indonesia karena material yang dibutuhkan seperti nikel memang ada di Inbdonesia.

"Dari sisi Chery berpikir, China produksi mobil sudah 20 tahun setir kiri, untuk konsumsi negara mereka sendiri dan ekspor dengan jumlah besar. Baru dua tahun ini mereka lihat setir kanan, negara mana yang berpotensi untuk setir kanan, seperti Afrika Selatan termasuk Indonesia dan seterusnya," tambah Komara.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perhitungan Chery

Jadi, kalkulasi atau perhitungan Chery dengan masuk secara SKD ke Indonesia, dengan menyewa pabrik 3 tahun.

Bersamaan dengan masuk ke pasar Tanah Air, dengan berjualan dan meliaht pasar dan meliaht potensi pasar setir kanan, seperti Afrika Selatan, Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan juga Indonesia. kemudian, menyebrang ke Australia dan Selandia Baru.

"Baru itu dihitung, berapa potensnya dan jika sudah dapat langsung segera investasi di Indonesia, bangun pabrik. Sehingga selama tiga tahun awal berjalan, secara paralel karena bangun pabrik kan tidak seminggu atau sebulan, dan jika perhitungan dapat, dan sudah dapat pasar. karena jika hanya untuk pasar Indonesia, tidak balik modal sehingga butuh negara setir kanan lain (ekspor)," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.