Sukses

Kapolri: Konflik Dapat Diminimalisir dengan Merawat Kebinekaan

Tito menyebut, kebinekaan di pulau Kalimantan khususnya wilayah Kalbar menjadi salah satu simbol keberagaman di Indonesia.

Liputan6.com, Pontianak - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menilai iklim demokras di Indonesia saat ini mengarah pada demokrasi liberal yang mempunyai dampak negatif dalam kehidupan berbangsa.

Nilai-nilai kebebasan dalam demokrasi liberal ini harus ditangkal dengan memahami nilai dan kultur bangsa yang menjunjung nilai Kebinekaan yang telah dibangun para pendiri bangsa.

"Hal tersebut perlu kita antisipasi dengan memahami nilai-nilai luhur bangsa yang terdapat dalam pilar bangsa Indonesia yang termuat dalam Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI," ungkap Tito saat menyampaikan kuliah umum di Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat,  Senin (6/3/2017).

Ia menjelaskan, masalah kebinekaan itu perlu terus diperbarui. Ia pun menyebut, kebinekaan di pulau Kalimantan khususnya wilayah Kalbar menjadi salah satu simbol keberagaman di Indonesia.

"Misalnya Singkawang yang mewakili Kalbar keamanannya harus tetap terjaga karena cukup sensitif karena berhubungan dengan keagamaan, masalah ras, momentum yang dianggap sebagai ritual dijadikan modal tahunan, tapi sepanjang ritual terus berjalan sampai kapanpun menunjukkan suatu simbol kebinekaan keragaman di Kalbar tetap terjaga," kata mantan Kapolda Papua itu, seperti dilansir dari Antara.

Menurut dia, kebinekaan perlu diangkat, karena bangsa Indonesia adalah bangsa beragam. Ia menilai, adanya perbedaan suku, agama dan ras di tanah air berpotensi menciptakan konflik. Namun, potensi konflik tersebut bisa diminimalisir dari sisi manajemen konflik.

"Kita melihat dalam manajemen konflik, kalau kita ingin membuat suatu kelompok menjadi solid maka teori adalah bagaimana bisa mengidentifikasi apa saja perbedaan kepentingan dalam kelompok itu," ucap Tito.

Yang menjadi persoalan saat ini, kata Tito, Apakah kebhinekaan ini dapat dijaga dan bagaimana menjaganya?

Tito menjelaskan, tantangan saat ini sangat dinamis, karena itu harus terus mengupdate perkembangan informasi, untuk mengidentifikasi apa saja potensi yang dapat merobek kebhinekaan dan bagaimana semua pihak berusaha untuk mengatasinya.

"Yang pertama tantangan internal, dan kedua tantangan eksternal, tantangan internal yang paling utama, setelah 71 tahun Indonesia merdeka, kita, melihat bahwa struktur demografi masyarakat masih berbentuk piramida, di mana ada high class kecil, middle class kecil atau sedang, dan low classnya masih sangat besar," Tito menandaskan.


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.