Sukses

BMG: Gempa Bumi Tidak Bisa Diprediksi

Masyarakat diminta untuk tidak percaya dengan adanya informasi akan terjadi gempa pada lokasi serta jam tertentu. Badan Meteorologi dan Geofisika memastikan gempa bumi tidak bisa diprediksi.

Liputan6.com, Jakarta: Jika ada kabar yang menyebutkan akan terjadi gempa di sebuah tempat pada jam tertentu, bisa dipastikan kabar itu adalah bohong belaka. Pasalnya gempa tidak bisa diramal atau diprediksi. Hal itu ditegaskan Suhardjono, Kepala Bidang Gempa Bumi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) dalam dialog Liputan 6 Petang SCTV, Selasa (25/6).

Menurut Suhardjono, yang bisa dilakukan oleh BMG adalah memberikan informasi setelah terjadinya gempa. Misalnya pusat gempa berada di tengah laut, BMG akan memberikan informasi seputar kemungkinan terjadinya tsunami atau tidak. "Karena tsunami pasti didahului oleh terjadinya gempa bumi," jelasnya.

Yang perlu menjadi perhatian masyarakat sebenarnya bukan tentang apakah akan terjadi gempa atau tidak, namun apa yang akan dilakukan jika gempa itu terjadi. Selain itu, patut juga dikenali tingkat intensitas gempa agar kepanikan tidak langsung menyergap.

Berdasarkan skala Modified Mercalli Intensity (MMI) yang digunakan untuk mengukur intensitas gempa, getaran pada skala I MMI biasanya tidak dirasakan. Sedangkan pada skala II MMI getaran dirasakan oleh beberapa orang dan bisa dilihat dari bergoyangnya benda-benda ringan yang digantung. Skala III MMI getaran dirasakan nyata dalam rumah seakan-akan dilewati sebuah truk besar. Pada skala IV dan V MMI biasanya gempa menyebabkan kaca jendela pecah serta menimbulkan kerusakan pada bangunan. 

Jika terjadi gempa pada skala IV dan V MMI masyarakat memang perlu mengambil langkah-langkah pengamanan. Misalnya bagi mereka yang berada di gedung bertingkat, berusahalah untuk mencari tiang bangunan yang kokoh. Jangan sekali-kali berusaha menggunakan lift atau tangga, karena guncangan gempa akan lebih dulu merubuhkan bangunan sebelum kita berada di luar ruangan [baca: Tips Menghadapi Gempa dan Tsunami].

Langkah selanjutnya menurut Suhardjono adalah menunggu informasi dari BMG yang akan disampaikan ke berbagai media massa seperti radio. Tidak perlu mencari informasi langsung dengan menghubungi BMG karena dapat mengganggu penyebarluasan informasi.

Kerapnya terjadi gempa bumi di berbagai daerah belakangan memang membuat masyarakat sangat sensitif dengan isu akan terjadinya gempa. Di Tangerang, Banten misalnya, tadi siang murid-murid sekolah dasar dipulangkan lebih awal karena dijemput orang tua mereka. Pemicunya, orang tua murid mengaku mendapat informasi dari lembaga meteorologi Jepang tentang akan terjadinya gempa hari ini.

Pihak sekolah sebenarnya sudah berusaha untuk mengkonfirmasi kabar tersebut ke BMG Jakarta, namun tak ada respons. Tak kunjung mendapat kepastian, pihak sekolah memutuskan memulangkan murid-muridnya dengan alasan tengah melakukan simulasi gempa. "Kami hanya melakukan tindakan preventif," jelas seorang guru.

Kemarin malam peristiwa yang sama juga terjadi di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Ribuan warga yang berasal dari empat kecamatan panik akibat merebaknya isu gempa dan tsunami. Mereka berlarian ke tempat yang lebih tinggi dengan membawa barang seadanya. Selama ini Jeneponto belum pernah dilanda gempa, namun warga terpengaruh isu karena trauma dengan musibah gempa di berbagai daerah [baca: Terhasut Isu Gempa, Ribuan Warga Jeneponto Panik].(ADO/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini