Sukses

AS Jatuhkan Sanksi ke Perusahaan Afrika Selatan yang Berafiliasi dengan ISIS

AS menerapkan sanksi putaran kedua terhadap orang dan perusahaan-perusahaan di Afrika yang menurutnya telah memberikan dukungan finansial atau material kepada kelompok ISIS.

Liputan6.com, Cape Town - Amerika Serikat (AS), Senin (7/11), menerapkan sanksi putaran kedua dalam waktu kurang dari sepekan terhadap orang dan perusahaan-perusahaan di Afrika yang menurutnya telah memberikan dukungan finansial atau material kepada kelompok ISIS.

Sanksi finansial terbaru ini menarget entitas Afrika Selatan, termasuk salah satu pemimpin sel ISIS, Farhad Hoomer, yang dituduh mengekspresikan “kemauan dan niat untuk menyerang kepentingan-kepentingan AS,” kata Departemen Keuangan AS dalam sebuah pernyataan. Pekan lalu, AS menjatuhkan sanksi terhadap apa yang disebutnya sel perdagangan senjata ISIS Somalia.

Laporan pemerintah menguraikan bagaimana ISIS meluaskan kehadirannya di Afrika, setelah kelompok itu menghadapi kekalahan di Irak dan Suriah. Departemen Luar Negeri telah menetapkan sembilan kelompok di seluruh dunia sebagai afiliasi ISIS dan organisasi teroris asing, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (9/11/2022).

Dalam tindakan terbarunya, Kantor Kontrol Aset Asing di Departemen Keuangan AS menetapkan empat orang dan delapan perusahaan yang dikendalikan oleh individu yang disebutnya termasuk sel ISIS Afrika Selatan – di antaranya Nufael Akbar, Yunus Mohamad Akbar, Mohamad Akbar, dan Umar Akbar. Perusahaan perdagangan emas, konstruksi dan perusahaan lain milik mereka menjadi sasaran sanksi-sanksi itu.

Langkah ini membekukan dan memblokir transaksi potensial dengan entitas AS dan mencegah warga Amerika berbisnis dengan mereka.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Upaya Menghalangi ISIS

Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengemukakan dalam sebuah pernyataan bahwa “sebagai bagian dari Koalisi Global untuk Mengalahkan ISIS, AS akan terus bermitra dengan Afrika Selatan untuk menghalangi ISIS memiliki kemampuan mengeksploitasi ekonomi negara guna menggalang dan mengirim dana untuk mendukung aktivitas teroris ISIS.”

Departemen Keuangan pekan lalu mengeluarkan sanksi-sanksi finansial dan diplomatik terhadap jaringan perdagangan senjata yang berafiliasi dengan kelompok ISIS di Somalia dan kelompok ekstremis al-Shabab yang terkait dengan al-Qaeda, yang dituduh melancarkan tindakan teroris mematikan terhadap warga sipil, termasuk dengan serangan bom mobil.

Wakil Menteri Keuangan urusan Terorisme dan Intelijen Finansial Brian Nelson mengatakan, sanksi-sanksi itu menarget “individu-individu penting dalam jaringan ISIS di Afrika Selatan, serta aset bisnis mereka, yang memainkan peran penting dalam memungkinkan terjadinya terorisme dan aktivitas kriminal lainnya di kawasan itu.”

3 dari 4 halaman

Pengamat: ISIS Masih Aktif di Wilayah Suriah Selatan

Terlepas dari kehadiran pasukan Suriah dan Rusia yang masif di Suriah selatan, militan yang berafiliasi dengan kelompok Negara Islam, alias ISIS, juga masih tampak aktif di wilayah tersebut.

Pekan lalu, anggota pasukan tempur lokal, di mana beberapa di antaranya berafiliasi dengan pemerintah Suriah, melakukan sebuah operasi untuk menarget beberapa tempat persembunyian milik mata-mata ISIS di sebuah kota di provinsi Daraa, di selatan Suriah.

Dalam serangan itu, sedikitnya enam anggota ISIS tewas, dan tiga rumah yang digunakan sebagai pusat operasional ISIS dihancurkan, menurut laporan media setempat, dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (26/10/2022).

Operasi yang berlangsung selama beberapa hari dan berakhir pada Minggu (23/10) itu tampaknya dilancarkan sebagai tanggapan terhadap pemboman bus militer yang terjadi di ibu kota Suriah, Damaskus, pada 13 Oktober lalu. Aksi pengeboman itu menewaskan sedikitnya 18 tentara Suriah.

Rusia, pendukung kuat pemerintah Suriah, menuduh sel-sel ISIS di Daraa melakukan serangan tersebut.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan kepada VOA bahwa pihaknya belum dapat mengonfirmasi apakah orang-orang yang ditarget di Daraa memang orang-orang yang bertanggung jawab atas pemboman di Damaskus.

“Tapi yang pasti mereka yang tewas di kota Jasim [di Daraa] merupakan warga negara Suriah dan Irak yang memang anggota Daesh,” kata Rami Abdulrahman, direktur lembaga pengamatan yang bermarkas di Inggris itu, merujuk pada ISIS dengan menggunakan akronim bahasa Arabnya.

4 dari 4 halaman

Alasan Keamanan

Seorang pegiat media di Daraa, yang meminta identitasnya disembunyikan untuk alasan keamanan, memberitahu VOA bahwa salah seorang mata-mata ISIS yang tewas dalam operasi minggu lalu merupakan seorang pemimpin berkedudukan tinggi yang bertanggung jawab atas pembunuhan beberapa mantan tokoh oposisi di Suriah selatan.

Sejak 2018, ketika pasukan pemerintah Suriah dan milisi sekutu merebut kembali wilayah dari pasukan pemberontak, Daraa dan daerah sekitarnya sesekali mengalami serangan yang diklaim militan ISIS dan kelompok ekstremis lainnya.

Sadradeen Kinno, peneliti Suriah yang mengikuti dari dekat kelompok-kelompok militan di negara yang dilanda perang itu, mengatakan bahwa rezim Suriah dan sekutunya, Rusia, belum membersihkan Suriah selatan dari kelompok-kelompok radikal, termasuk ISIS.

“Situasi keamanan di Daraa dan daerah selatan lainnya tetap rapuh karena kemampuan rezim Suriah untuk menghadirkan stabilitas pasca ISIS berbeda dari pemain lain yang telah memerangi Daesh, seperti Pasukan Demokratis Suriah (yang didukung AS) di Suriah timur laut,” katanya kepada VOA.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.