Sukses

[Cek Fakta] Erdogan Akan Bentuk Tentara Islam dan Minta TNI Bergabung? Ini Faktanya

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah artikel viral di Facebook. Isinya mengabarkan bahwa Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan membentuk Tentara Islam.

Kabar itu dibagikan oleh situs mediavalid.online dengan judul "AS dan Israel Ketakutan, Erdogan Bentuk Tentara Islam, TNI Dipanggil!"

Dari keterangan situs tersebut, diketahui artikel itu ditulis oleh "Admin dua" pada Rabu, 8 Mei 2019. Sumbernya diklaim berasal dari media Turki, Yeni Safak. 

Hingga Rabu, 15 Mei 2019 kabar itu telah dibagikan sebanyak lebih dari 36.100 kali. 

Berikut isi artikel yang dimaksud:

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP)-nya merencanakan untuk membuat "tentara Islam" dan menyerukannya untuk perang melawan Israel di semua sisi.

Rencana Erdogan yang menghebohkan media Barat ini terungkap dari artikel surat kabar Turki, Yeni Safak.

Surat kabar yang dikenal sebagai corong pemerintah Erdogan ini sejatinya menerbitkan artikel itu pada bulan lalu dalam bahasa Turki. Artikel itu sejatinya hasil pertemuan Erdogan dan AKP—partai berkuasa di Turki saat ini.

"İsrail'e karşı 'İslam Ordusu' kurulsa..." bunyi judul artikel itu yang bermakna "Jika 'Tentara Islam' didirikan melawan Israel ...".

Disebutkan dalam artikel itu, bahwa 57 negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) diserukan untuk membentuk pasukan gabungan. Tujuannya untuk secara bersamaan menyerang Israel dari semua sisi.

"Jika negara-negara anggota OKI bersatu secara militer, mereka akan membentuk tentara terbesar dan terlengkap di dunia," bunyi salah satu kutipan dalam artikel tersebut.

Seperti diketahui, Indonesia adalah salah satu anggota negara OKI yang terkenal aktif dalam mewujudkan perdamaian.

"Jumlah prajurit yang aktif setidaknya akan mencapai 5.206.100 pasukan, sementara anggaran pertahanan akan mencapai sekitar USD175 miliar," lanjut artikel itu.

Laporan itu disertai peta interaktif yang menyediakan formasi pasukan militer untuk serangan "tentara Islam" secara bersama-sama terhadap Israel.

Artikel itu memberikan rincian tambahan dari rencana tersebut, dengan menyatakan; "Diharapkan 250.000 tentara akan berpartisipasi dalam operasi pertama yang memungkinkan."

“Basis darat, udara dan laut dari negara-negara anggota yang terletak di wilayah paling kritis akan digunakan," imbuh artikel tersebut. (sindo)

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelusuran Fakta

Pemberitaan dalam Mediavalid.online menyebut surat kabar Turki, Yeni Safak, sebagai rujukan. 

Berdasarkan penelusuran, Yenisafak.com mengunggah artikel berjudul, "What if a Muslim army was established against Israel?" pada 12 Desember 2017. Dalam Bahasa Indonesia, artikel tersebut berjudul, "Bagaimana jika sebuah tentara muslim dibentuk untuk melawan Israel?"

Dalam artikel itu dibahas, apabila negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) menyatukan kekuatan militernya, mereka akan membentuk pasukan terkuat dan paling komperehensif di dunia. 

Opini itu memberikan sejumlah argumen, di antaranya adalah jumlah tentara keseluruhan berjumlah sekitar 5.206.100 personel, serta anggaran pertahanan senilai US$ 175 miliar -- jika anggota OKI menggabungkan seluruh kekuatannya.

Berikut isi artikel yang diunggah Yeni Safak:

What if a Muslim army was established against Israel?

The Organization of Islamic Cooperation (OIC), which was established in 1969 following the criminal arson of al-Aqsa Mosque in occupied Jerusalem, will meet in Istanbul on Wednesday for an extraordinary summit to discuss Jerusalem following U.S. President Donald Trump’s decision last week to recognize the holy city as Israel’s capital and relocate the U.S. embassy to the city. It is expected that clear messages and steps against Israel will emerge as a result of the summit.

World’s largest army

The OIC is the second largest inter-governmental organization after the United Nations with a membership of 57 states across four continents. The organization is the collective voice of the Muslim world and can sign military and economic sanctions.

If the member states of the OIC unite militarily, they will form the world’s largest and most comprehensive army. The number of active soldiers would be at least 5,206,100, while the defense budget would reach approximately $175 billion.

Israel dwarfed by Muslim army

In comparison, Israel is dwarfed by this unified Muslim army. The population of Israel, which is occupying Palestine, is 8.547 million. The population of Istanbul alone is over 14 million.

There are 160,000 active soldiers in Israel’s forces, and their defense budget is $15.6 billion.

Muslim countries can surround Israel

One of the decisions that could emerge from the OIC summit is to establish a “Jerusalem Duty Group” in which a few countries protect the city. In this regard, military steps are expected to be taken.

The establishment of a possible Muslim army would ensure that Israel is militarily surrounded.

First stage boasts 250,000 soldiers

It is expected that 250,000 soldiers will participate in the first stage of a possible operation. Land, air and naval bases of member states located in the most critical regions will be used. Joint bases will be constructed in a short period of time.

Close contact routes can be formed by land bases near Israel. There are also air bases where planes traveling from distant regions can gather. Israel may also encounter many ships coming from the Mediterranean and Red Sea.

It is possible for 500 tanks and armored vehicles, 100 planes and 500 attack helicopters and 50 ships to mobilize quickly.

Turkey alone outdoes Israel

Turkey may play an important role as an operational center. Turkey, which recently completed the successful cross-border Euphrates Shield Operation, ranks seventh internationally for its army. In terms of its army size, Turkey ranks second among NATO members. Turkey has approximately 4,000 tanks, 1,000 aircraft and 13 submarines. There are 194 vehicles in the fleet as part of the steps taken in recent years.

As the only Muslim country in ownership of nuclear weapons, Pakistan has an important place among the OIC members.

Erdoğan’s stance

President Recep Tayyip Erdoğan, who is currently the term leader of the OIC, delivered a clear message regarding Jerusalem.

“Those who think Jerusalem belongs to them today will not be able to find a tree to hide behind tomorrow,” said Erdoğan.

Malaysia’s Defense Minister Hishammuddin Hussein said the Malaysian army was ready to defend Jerusalem.

“We have to be prepared for any possibilities. The ATM [Malaysian Armed Forces] has always been ready, waiting for instructions from the top leadership. Let us pray that this dispute would not lead to chaos," Hussein said.

Turkey building alliances

Over the recent years, Turkey has developed strong ties with OIC member states. It has conducted military drills with neighboring Iraq, and signed many projects with Qatar and Somalia among other Gulf and African countries.

Turkish groups mobilize members for Jerusalem protest

Berdasarkan penelusuran, Erdogan tidak pernah mengusulkan pembentukan tentara Islam.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) OKI di Istanbul pada Mei 2018, presiden Turki itu menyerukan pembentukan pasukan penjaga perdamaian internasional untuk Palestina, sebagaimana dikutip dari Associated Press dengan judul "At OIC, Muslim nations condemn Israel and US, call for unity".

Usulan pasukan penjaga perdamaian itu muncul pascaserangan Israel di Gaza. Khususnya, setelah tewasnya 59 warga Palestina pada Senin 15 Mei 2018.

Dalam KTT OKI itu, Erdogan juga mendesak negara-negara anggota untuk mencegah masuknya produk-produk Israel yang dihasilkan dari "pemukiman ilegal".

Adapun pasukan penjaga perdamaian memiliki arti yang berbeda dari tentara Islam. Mengutip laman United Nations Peacekeeping, pasukan itu ditugaskan dalam operasi untuk membantu negara-negara yang dilanda konflik menciptakan perdamaian abadi. Mereka yang dikerahkan adalah tentara dan polisi dari seluruh dunia yang bekerja di bawah mandat PBB. 

Tujuan dari pasukan penjaga perdamaian adalah memberikan keamanan dan dukungan untuk menciptakan perdamaian, termasuk membantu negara-negara tujuan bertaransisi dari konflik menuju damai.

Dalam artikel Yeni Safak disebutkan bahwa Menteri Pertahanan Malaysia saat itu, Hishammuddin Hussein telah menyatakan bahwa tentara Malaysia siap mempertahankan Yerusalem. 

Pada 20 Desember 2017, situs berita www.thestar.com.my, memuat artikel berjudul, "Malaysia not looking for a fight in Jerusalem, says Hishammuddin".

Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa tentara Malaysia siap diberangkatkan di Yerusalem, namun bukan untuk berperang, melainkan untuk memastikan terciptanya perdamaian dan stabilitas di Palestina.

Hal tersebut juga diungkapkan dalam artikel Liputan6.com, Krisis Yerusalem, Malaysia Siap Kirim Tentara Jika Dibutuhkan.

Dalam artikel tersebut dijelaskan, keputusan tersebut terkait dengan pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Bukan merespons soal rencana pembentukan Tentara Islam oleh Erdogan.

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Kabar tentang pembentukan Tentara Islam, yang beranggotakan negara-negara OKI, oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan diragukan kebenarannya karena sumber rujukan, artikel yang dimuat Yeni Safak, lebih bersifat opini dan pengandaian. 

Tidak ada sumber atau bukti yang memperkuat bahwa hal tersebut disampaikan Erdogan dalam KTT OKI di Istanbul. Juga tidak ditemukan respons dari pihak Amerika Serikat dan Israel yang menanggapi kabar tersebut. 

Sementara, pernyataan mantan Menhan Malaysia yang mengaku siap mengirim tentara ke Yerusalem konteksnya adalah untuk menjaga perdamaian di Palestina, bukan untuk berperang. 

Pernyataan Menhan Malaysia disampaikan menanggapi keputusan Donald Trump, yang secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Tak ada kaitan dengan 'ajakan Erdogan' membentuk pasukan. 

4 dari 4 halaman

Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama 49 media massa lainnya di seluruh dunia.

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi hoax yang tersebar di masyarakat.

Jika anda memiliki informasi seputar hoax yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini