Sukses

Ekonomi AS dan Eropa Lesu, Indonesia Bidik Pasar Ekspor ke Timur Tengah Buat Produk Furnitur

Di samping pasar ekspor, Menteri Teten juga melihat perlu adanya penguatan dari pasar domestik untuk produk furnitur. Apalagi sejumlah industri yang terdampak pandemi mulai bangkit secara perlahan.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Amerika Serikat dan Eropa tengah mengalami pelambatan dan disinyalir akan berdampak ke berbagai sektor industri, termasuk furnitur. Maka, pemerintah tengah menjajaki sejumlah negara untuk menjadi tujuan ekspor furnitur buatan Indonesia.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkap, beberapa negara di Timur Tengah menjadi target baru. Mengingat adanya pelemahan ekonomi di AS dan Eropa. Tak hanya itu, negara Asia juga tak lepas dari radar pasar ekspor Indonesia.

"Nah memang, dunia sedang lesu perekonmian dan sedang terjadi pergeseran landscape ekonomi dunia, oleh karena itu juga memang kita harus juga mencari potensi-potensi pasar yang baru seperti Timur Tengah, saya kira masih cukup baik dan growing juga Asia, itu sekarang menjadi pusat pertumbuhan dunia," kata dia dalam Launching Nasional IFFINA, di Kementerian Perindustrian, Selasa (9/5/2023).

Di samping pasar ekspor, Teten juga melihat perlu adanya penguatan dari pasar domestik. Apalagi sejumlah industri yang terdampak pandemi mulai bangkit secara perlahan.

Teten juga melihat ada peluang belanja dari dana pemerintah dalam APBN yang menyasar produk lokal. Langkah ini juga disebut sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi dampak pelemahan negara-negara tujuan ekspor Indonesia.

"Belanja pemerintah juga besar saya kira ada 40 persen APBN kita harus dibelanjakan produk UMKM produk lokal. Jadi itu juga bisa dimanfaatkan disaat dunia sedang tidak baik-baik saja," ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Dedy Rochimat menyampaikan, hadirnya pameran furnitur berskala internasional bisa jadi ajang untuk membuka pasar ekspor baru.

"IFFINA juga penting sekali pameran ini untuk ekspor, mendevelop pasar baru dan juga pasar lama kita tidak boleh tinggalkan karena kita punya potensi yang luar biasa yang harus kita pertahankan. Jangan sampai potensi kita diambil orang lain lagi atau negara lain lagi," terangnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Potensi ASEAN

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika mengatakan potensi pasar negara ASEAN juga jadi satu hal yang dibidik pemerintah. Mengingat lagi, Asia Tenggara digadang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi global.

Pada konteks perluasan target ekspor furnitur, Putu menguraikan kalau pemerintah sudah membentuk Satgas Ekspor. Salah satu perannya adalah penguatan negara tujuan ekspor baru selain AS dan Eropa.

"Nah kami di pemerintah itu dikoordinasikan oleh Menko Perekonomian itu sudah membentuk yang namanya Satgas Ekspor. Nah satgas ekspor ini memang sedang eksplorasi dan sedang membuat langkah target untuk mencari alternatif negara tujuan ekspor untuk furnitur selain Amerika sama Eropa," urainya.

"Asean ini adalah potensi yang cukup besar ya didamping itu juga India. Jadi India sedang dijajaki tadi timur tengah juga sudah disampaikan dan beberapa begara Asia," sambugn Putu.

Putu menegaskan kalau Indonesia sendiri punya kekuatan dalam membuat produk furnitur. Misalnya pada produk-produk hasil dari solid wood selain dari produk-produk olahan rotan.

 

3 dari 4 halaman

Pameran Furnitur Internasional

Diberitakan sebelumnya, Pameran furnitur internasional atau Indonesia Meubel and Design Expo (IFFINA) kembali digelar pada 14-17 September 2023 mendatang. Pameran ini digadang-gadang jadi satu langkah bangkitnya industri furnitur dalam negeri.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menerangkan IFFINA bisa berkontribusi cukup besar ke perekonomian Indonesia. Mengingat lagi pelaku industri mebel dalam negeri banyak berangkat dari UKM atau industri kecil menengah.

"Jadi IFFINA ini penting saya kira untuk perekonomian nasional, selain tadi disampaikan bahwa di industei furnitur itu mayoritas para pelaku UMKM yang menyerap lapangan kerja yang cukup besar, dan kita punya masalah dengan angka pengangguran yang cukup tinggi, jadi ini sangat penting," kata dia dalam Launching Nasional IFFINA 2023, di Kementerian Perindustrian, Selasa (9/5/2023).

Senada dengan Teten, Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Dedy Rochimat menuturkan IFFINA kali ini merupakan gelaran kembali setelah sempat vakum selama 6 tahun. Dia melihat, ada potensi industri furnitur kembali meningkat tahun ini.

 

4 dari 4 halaman

Pertumbuhan Transaksi

Sebut saja, pada 2022, pasar mebel dunia berhasil mencatatkan pendapatan sebesar USD 695 miliar secata global. Kemudian angka ini diprediksi meningkat jadi USD 766 di 2023, tahun ini.

"Jika dibandingkan dengan Indonesia, industri mebel Indonesia saat ini baru bisa mencatatkan USD 2,8 miliar tahun 2022 yang secara ranking global menempatkan kita di urutan ke 17 dunia dan ke 4 regional Asia, masih dibawah China, Vietnam, dan Malaysia," ujar dia.

Dedy menilai, sebenarnya industri furnitur punya banyak manfaat, termasuk sebagai penghasil devisa yang cukup besar ke kas negara. Senada dengan Teten, dia melihat adanya efek berganda dari industri mebel ini. Mulai dari dampaknya ke industri bahan baku, hingga industri pendukung lainnya.

"Setelah pandemi berakhir dan perdagangan lintas negara sudah mulai lancar kembali, maka sudah saatnya bagi kita untuk mendorong produksi mebel dan kerajinan, baik untuk pasar ekspor maupun kebutuhan pasar dalam negeri," bebernya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini