Sukses

Sudah Larang Ekspor CPO, Harga Minyak Goreng Belum Juga Turun

Harga minyak goreng curah sulit turun ke Rp 14.000 per liter. Sebab, saat ini kebutuhan terhadap minyak goreng curah masih cukup tinggi.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak goreng curah belum turun seperti yang ditargetkan oleh pemerintah di angka Rp 14 ribu per liter. Saat ini di beberapa wilayah harga minyak goreng curah masih di atas Rp 20 ribu per liter.  

Tak berbeda jauh, harga minyak goreng kemasan masih bertahan di kisaran Rp 25.000 per liter. Belum bisa kembali ke harga normal seperti tahun lalu di kisaran Rp 12 ribu per liter.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, harga minyak goreng curah sulit turun ke Rp 14.000 per liter. Sebab, saat ini kebutuhan terhadap minyak goreng curah masih cukup tinggi.

"Kalau untuk turun ke level Rp 14.000 per liter masih sulit karena ada dua faktor. Pertama, permintaan minyak curah masih tinggi karena masih dalam momen Lebaran dimana konsumsi minyak goreng lebih tinggi 40 hingga 50 persen dibanding waktu normal," katanya kepada merdeka.com, Jakarta, Jumat (13/5/2022).

Sementara itu, konsumsi masyarakat juga terdorong pelonggaran mobilitas untuk makan di luar rumah. Kebutuhan minyak curah warung makan dan industri kecil yang memproduksi makanan terdorong naik.

Kedua, ada risiko pengusaha yang kehilangan pendapatan imbas pelarangan ekspor CPO dan akan mengkompensasikan kerugian ke marjin harga minyak goreng. Andai dipaksa pemerintah untuk turunkan harga di ritel khawatir hanya temporer.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Masalah Utama Harga Minyak Goreng

Bhima menilai, masalah utama minyak goreng curah ada di pengawasan distribusi. Di mana minyak curah lebih kompleks dibanding minyak kemasan. Jalur distribusinya relatif panjang dari produsen sampai ke pasar tradisional.

Hal ini menimbulkan risiko repacking curah ke kemasan premium, apalagi disparitas harga nya jauh sekali antara Rp14.000 per liter hingga Rp24.000 per liter. "Kalau pedagang mau bermain curang akan dapat profit Rp10.000 per liter. Ini mafia mafia juga yang manfaatkan situasi," katanya.

Dia menambahkan, sebenarnya pemerintah bisa memanfaatkan peran Bulog dalam menyediakan minyak goreng murah. "Bulog juga perlu didorong kapasitas untuk distribusi minyak goreng sehingga pengawasan lebih mudah. Selama ini kan Bulog hanya pegang beras, jagung dan kedelai yang menjadi amanat utama," tandasnya.

3 dari 3 halaman

Pemerintah Diminta Benahi Tata Kelola Minyak Goreng

Sebelumnya, harga CPO yang merangkak naik dipasar global, telah menyebabkan banyak distorsi (tekanan) diperkebunan kelapa sawit, seperti naiknya sarana dan prasarana produksi,dan Bahan Bakar Minyak (BBM), yang turut menaikkan biaya produksi CPO.

Secara singkat, setiap adanya kenaikan harga CPO dunia, secara nyata turut menaikkan harga produksi CPO di Indonesia. Alhasil, windfall profit (keuntungan lebih) yang didapatkan perkebunan kelapa sawit, juga harus diteruskan untuk membayar pupuk, BBM dan sarana produksi lainnya dengan harga yang mahal.

Selain itu, sebagai pengolahan, Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang langsung menyentuh kehidupan masyarakat, maka pembelian hasil panen (Tandan Buah Segar/TBS) milik petani, juga harus dibeli dengan harga yang lebih mahal atau disesuaikan dengan harga CPO global sesuai aturan Kementerian Pertanian melalui dinas perkebunan setempat.

“Jadi, tidak semua windfall profit yang didapatkan. dari naiknya harga jual CPO, dinikmati perusahaan perkebunan kelapa sawit saja, melainkan akan terbagi-bagi disepanjang mata rantai produksi CPO,” papar Ketua Keluarga Alumni Institut Pertanian (Kainstiper) Prayitno PS dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (12/5/2022).

Sebab itu, pemahaman akan bisnis CPO Indonesia harus dapat terdistribusi dengan baik di semua aparatur pemerintah yang mengurus sektor perdagangan minyak sawit.

Adanya kenaikan harga dipasar global yang berpengaruh langsung terhadap kenaikan biaya produksi, juga berimbas terhadap kenaikan harga jual minyak goreng nasional. Pentingnya pemahaman jejaring bisnis CPO juga dibutuhkan, guna mengetahui berbagai sumbatan yang menghambat tersedianya pasokan minyak goreng hingga ke masyarakat luas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.