Sukses

Sinyal Penguatan Terlihat Jelas, Harga Emas Menguji Level USD 1.950 per Ounce

Banyak analis telah mencatat ketahanan harga emas terhadap imbal hasil obligasi berjangka waktu 10 tahun telah meningkat ke level tertinggi dalam 3 tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Sentimen penguatan harga emas masih terlihat jelas pada perdagangan pekan ini. Hal ini karena logam mulia tersebut mampu melawan kenaikan imbal hasil obligasi karena Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) terlihat secara agresif memperketat kebijakan moneter.

Berdasarkan survei terbaru dari Kitco yang berjudul Kitco News Weekly Gold Survey menunjukkan bahwa tidak ada analis di Wall Street yang memprediksikan harga emas akan bearish pada waktu dekat. Mayoritas analis memperkirakan harga emas akan bergerak lebih tinggi pada minggu ini.

Pada saat yang sama, investor ritel juga mengharapkan hal yang sama. Sebagian investor ritel yang disurbei oleh Kitco pada minggu ini memberikan sinyal bullish yang kuat pada logam mulia.

Banyak analis telah mencatat ketahanan emas terhadap imbal hasil obligasi berjangka waktu 10 tahun telah meningkat ke level tertinggi dalam 3 tahun. sebagian besar investor telah menjual obligasi yang dimiliki karena risalah the Fed di Maret memberikan sinyal anggota komite dapat menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada dua pertemuan berikutnya.

Terlepas dari semua berita bearish ini, harga emas telah berhasil berkonsolidasi antara USD 1.900 per ounce dan USD 1.950 per ounce. Sementara analis belum melihat harga emas belum bisa menembus level atasnya. Mereka memperkirakan harga akan terus menguji di kisaran tersebut.

"Setelah selamat dari tekanan the Fed pada minggu kemarin, saya percaya emas bisa bergerak lebih tinggi mengingat berapa harganya sekarang," kata kepala strategi komoditas di Saxo Bank Ole Hansen.

"Emas masih berada di antara USD 1.890 hingga USD 1.950, tetapi saya semakin menyukai sisi atas untuk diuji selanjutnya." tambah dia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Survei Kitco

Minggu ini, sebanyak 16 analis di Wall Street berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Di antara peserta, sepuluh analis atau kurang lebih 63 persen menyerukan harga emas naik minggu ini.

Pada saat yang sama, enam analis atau 38 persen memilih untuk netral terhadap harga. Tak Ada satupun analis yang memperkirakan harga emas akan turun pada pekan ini.

Sementara itu, 842 suara diberikan dalam jajak pendapat secara online di Main Street. Dari jumlah tersebut, 478 responden atau 57 persen memperkirakan harga emas naik pada minggu ini.

Selain itu, sebanyak 198 responden atau 23 persen mengatakan harga emas akan bergerak lebih rendah. Di luar itu, 166 pemilih atau 20 persen memilih netral dalam waktu dekat.

Prospek bullish muncul saat harga emas mampu mengakhiri perdagangan pada pekan lalu dengan naik 1 persen dan berakhir diperdagangkan pada USD 1.946,30 per ounce.

Analis pasar Equiti Capital David Madden mengatakan, mengingat apa yang dihadapi emas minggu lalu, dia memperkirakan harga memiliki ruang untuk bergerak lebih tinggi ke USD 1.960 per ounce minggu depan.

"Jika emas tidak dapat didorong di bawah USD 1.900 di lingkungan ini, maka saya tidak tahu apa yang akan terjadi," katanya.

 

3 dari 3 halaman

Perang Rusi-Ukraina

Namun, Madden mengatakan harus ada sentimen besar yang membawa harga emas bisa terbang tinggi. Salah satunya adalah eskalasi besar dalam perang Rusia dengan Ukraina.

Dia mencatat bahwa ketidakpastian geopolitik yang signifikan jika Rusia mengancam pasokan minyak dan gas Eropa dapat mendorong ekuitas turun dan harga energi naik. Hal ini juga akan berdampak ke harga emas.

"Jika saham turun, maka investor akan segera ingin mempertahankan sesuatu yang solid dan itu akan mendorong harga emas kembali ke rekor tertinggi," katanya.

kepala strategi pasar di Blue Line Futures Phillip Streible mengatakan, emas tetap menjadi aset yang menarik bagi investor karena volatilitas mendominasi pasar keuangan.

"Orang-orang yang ingin mengatur napas mereka pindah ke emas," katanya.

Namun, Streible mengatakan bahwa investor harus berhati-hati karena harga berkonsolidasi di atas kisaran mereka.

"Anda selalu ingin mempertahankan posisi inti dalam emas tetapi melihat skala masuk dan keluar dari pasar. Anda ingin mengambil sedikit keuntungan di bagian atas kisaran dan melihat untuk membeli ketika harga turun di bawah USD 1.900," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.