Sukses

SHOWBIZ BLAK-BLAKAN: Aku Didepak Produser Sinetron Karena Minta Pulang Syuting Lebih Awal (bagian 2)

Di bagian ke-2 Showbiz Blak-Blakan kali ini kisah makin seru. Aku, Cakra Wibawa lulus audisi sinetron harian. Setelah syuting 7 episode, pihak stasiun televisi setuju dan menayangkan. Share-nya bagus, aku tersenyum lebar.

Liputan6.com, Jakarta Belum pernah aku pulang audisi dengan perasaan seoptimistis saat itu. Kesokan harinya aku menjalani hari dengan hati melayang. Sesi pemotretan, wawancara, membintangi iklan untuk baliho luar ruangan, konten medsos, dan jadi bintang tamu acara televisi aku lakukan dengan suasana hati gembira.

Bahkan setelah seminggu tak ada kabar dari Mas Budi pun, waswas masih bisa kukontrol. Hari kedelapan, barulah ponselku berdering dan nama Budi Prayitno muncul di layar. Baru sekali berdering, buru-buru kuangkat karena sejujurnya telepon dari Mas Budilah yang aku nantikan.

“Cak, ini langsung saja, ya. Gue minta lo siap-siap. Stamina harus prima karena lusa kita mulai syuting di Jagakarsa. Naskah bakal dikirim via email sama tim gue termasuk deskripsi karakter Baruno,” beri tahu Mas Budi dari ujung telepon.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 9 halaman

Teken Kontrak Dengan Dania

“Yes! Yes! Yes!” teriakku dalam hati sambil mati-matian menenangkan diri.

“Tapi besok gue minta lo temui Mbak Dania dulu, asistennya pak produser Hadi Sasongko buat negosiasi honor. Kalau bisa dibikin cepet aja, soalnya kalau enggak cocok harga, sudah ada nama lain yang mengincar Baruno. Habis lo audisi, tuh ada aktor yang lolos juga buat back-up plan,” Mas Budi melanjutkan.

Tanpa ba-bi-bu, aku langsung bilang oke. Keesokan harinya, aku ke kantor Motion Pictures dan tanda tangan kontrak kerja dengan Dania. Baiklah, aku bakal jujur sama kalian. Honorku sebagai pemeran pendukung masih satu digit. Jelas tidak mungkin 10 juta rupiah per episode karena ini baru sinetron keduaku.

3 dari 9 halaman

Mas Budi Yang Detail

Yang pertama, nahas hanya tayang 14 hari lalu dibungkus paksa. Penyebabnya? Apalagi kalau bukan share nyungsep di pekan kedua dan makin tak tertolong karena kalah oleh acara kompetisi dangdut. Usai tanda tangan kontrak, aku dikabari Mas Budi lewat WhatsApp bahwa naskah dan sinopsis sudah dikirim.

Seharian itu aku mengulik karakter Baruno. Lewat video call, Mas Budi menghubungiku. Ia memberi arahan soal watak, motivasi, gaya bicara, sampai latar belakang keluarga Baruno yang kompleks. Mas Budi dulu sutradara film layar lebar.

Tiga kali memproduksi film yang jeblok di pasar, ia banting setir menjadi sutradara sinetron. Tidak heran dia sangat detail mengarahkan pemain. Bahkan dia memintaku mengirim video berisi gaya Baruno saat marah, menangis, dan bahagia karena cintanya diterima. Lalu ia memberi sejumlah catatan.

4 dari 9 halaman

Pemeran Adik Bimala Nurani

Buset, kesannya aku kayak mau main film drama. Ya sudah, aku ikuti saja petunjuk Pak Sutradara. 

Hari yang kunantikan tiba. Aku syuting Satu Cinta Dua Pilihan. Barulah aku tahu bahwa pemeran utamanya, muka baru yakni Adinda Arahma sebagai Madrim dan Krisna Baginda memerankan Restu.

Pemeran pendukung pria aku. Pemeran pendukung wanitanya Nadea Fariya sebagai Amarta. “Enggak nyangka, ya? Wajah baru semua kecuali lo, Kak. Foto berdua dulu, dong, mau gue upload di Instagram, Kak,” pinta Nadea, lalu menjabat tanganku dan memperkenalkan diri.

“Gue pernah lihat lo di iklan pembalut wanita ceritanya jadi adiknya Bimala Nurani, kan?” jawabku sambil membalas jabat tangannya.

“Wah, Kak Cakra memperhatikan, ya? Aku tesanjung, lo,” ia menyahut.

 

 

5 dari 9 halaman

Masih Guyub dan Menyenangkan

“Bimala sukses gara-gara film dangdutan Dilabrak Istri Tua. Lagu soundtrack-nya, 'Goyang Sampai Becek' juga meledak. Gue percaya banget lo bisa sesukses dia,” aku menambahi.

“Amin. Kak Cakra juga, ya?” Nadea menjawab.

Hari itu syuting masih satu tim. Karakter Madrim, Restu, Baruno, dan Amarta masih satu lokasi. Mungkin karena syuting episode-episode awal dan belum kejar tayang. Jadi terkesan guyub dan menyenangkan. Semoga seterusnya demikian.

Setelah menyelesaikan 7 episode, Mas Budi mengabarkan bahwa hasilnya sedang dipresentasikan ke Direktur Program stasiun televisi. Hasilnya, akan muncul esok siang.

 

6 dari 9 halaman

Belajar Jadi Alay Lagi

Malam hari, jam 10, usai syuting doaku tidak putus dalam perjalanan pulang ke rumah. Ya Allah, semoga Direktur Program menyukai hasilnya sehingga sinetron stripping keduaku segera mengudara. Saking berharap, aku sampai salat tengah malam. Ini salat tahajjud  pertama seumur hidupku.

Bangun siang, aku mandi, dan pergi ke kedai kopi untuk menongkrong bareng Sanny. Memesan roti tuna dan kopi hitam hangat, aku antusias menceritakan suasana syuting bareng bocah-bocah baru. Sanny beberapa kali terkekeh membayangkan kondisiku meladeni pemain usia 17 dan 18 tahun seharian.

“Lo paling tua di lokasi. Lo harus belajar jadi alay lagi. Coba lo ingat lagi masa-masa jahiliyah kita dulu. Ha ha ha,” Sanny berujar lalu ngakak sejadi-jadinya.

7 dari 9 halaman

Jangan Merasa Tinggi

Belum sempat kujawab, telepon berdering. Dari Mas Budi.

“Seperti biasa gue enggak mau basa-basi. Minggu depan sinetron kita tayang menggantikan Sang Dara yang share-nya enggak keruan. Barusan gue kirim email naskah episode kedelapan sampai sepuluh. Besok jam 8 pagi tiba di lokasi syuting, ya?” katanya panjang lebar.

“Oke,” jawabku. Baru mau mengekspresikan bahagia, Mas Budi bilang, “Thank you and see you.” Tut… tut… tut… Telepon ditutup. Itulah Budi Prayitno.

“Enggak sudah jelasin ke gue, air muka lo udah jelas banget,” kata Sanny. Sambil senyum, dia bilang, “Selamat, ya. Jangan lupa pesan gue, jangan cepat puas dan merasa tinggi.”

“Sanny, ngopi-ngopi siang ini gue yang traktir, oke?”

8 dari 9 halaman

Bikin Stok 15 Episode

Usai ngopi, aku buru-buru pulang dan mencetak naskah sampai episode sepuluh lalu kubaca dengan saksama. Sampai di situ, aku tahu arah hubungan Baruno dan Amarta, termasuk konflik mereka dengan dua tokoh utama.

Aku janji pada diri sendiri bakal tampil lebih emosional. Sengaja habis magrib aku memilih tidur agar bisa memejam selama 10 jam. Dan benar saja, tidur 10 jam ternyata bikin badan enteng dan segar.

Tiba di lokasi syuting, Mas Budi menjelaskan kepada para pemain, mulai hari ini syuting berlangsung 6 hari seminggu. Tujuannya, membuat stok sampai sebanyak 15 episode. Kalau bisa lebih.

9 dari 9 halaman

Aku Tersenyum Lebar

Pekan depan, Satu Cinta Dua Pilihan tayang. Kalau rating dan share bagus, tabungan episode lumayan banyak jadi tidak perlu kerja rodi. Kalau amit-amit rating dan share tak sesuai target, ya enggak masalah. Namanya juga buat jaga-jaga.

Minggu yang kami nantikan tiba. Sinetronku tayang. Keesokan harinya, saat syuting episode ke-16, aku mendapat kabar share Satu Cinta Dua Pilihan mencapai 12. Melampaui target pihak stasiun televisi, yakni 10. Aku tersenyum lebar. Lebar sekali.

Selamat datang, popularitas!

(bersambung)

 

(Anjali L.)

 

Disclaimer:

Kisah dalam cerita ini adalah milik penulis. Jika ada kesamaan jalan cerita, tokoh dan tempat kejadian itu hanya kebetulan. Seluruh karya ini dilindungi oleh hak cipta di bawah publikasi Liputan6.com.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.