Sukses

Suku Bunga Acuan BI Naik, Sektor Saham Ini Berpeluang Cuan pada Tahun Kelinci Air

Kenaikan suku bunga akan berdampak terhadap sektor saham perbankan, properti dan infrastruktur pada tahun kelinci air.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan BI, atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 0,25 persen persen, dari sebelumnya 5,50 persen menjadi 5,75 persen. Lantas, bagaimana dampak kenaikan suku bunga acuan BI terhadap pasar saham?

Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis menuturkan, kenaikan suku bunga direspons positif oleh pelaku pasar, di mana Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) dapat ditutup di zona hijau. IHSG menguat ke posisi 6.819 pada Kamis, 19 Januari 2023 dari posisi 6.765 pada 18 Januari 2023.

Menurut ia, kenaikan suku bunga bisa memberikan dampak positif bagi sektor perbankan. Namun, ada juga sektor yang tidak diuntungkan dengan kenaikan suku bunga tersebut, yakn sektor yang memiliki utang bunga yang tinggi, seperti konstruksi dan properti.

Abdul menuturkan, prospek saham perbankan masih memiliki pertumbuhan positif yang didorong dengan estimasi kinerja emiten perbankan yang baik.

"Kenaikan suku bunga akan berdampak juga pada peningkatan bunga kredit, sehingga hal ini dapat meningkatkan net interest margin (NIM) dari perbankan," kata Abdul kepada Liputan6.com, ditulis Minggu (22/1/2023).

Selain itu, Abdul menilai bank kapitalisasi besar masih menarik mengingat dengan valuasi yang masih murah dibandingkan bank digital. Dengan demikian, bagi para investor, Abdul merekomendasikan beli untuk saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan target harga Rp 10.375- Rp 10.550 per saham dan support Rp 9.800 - Rp 9.600 per saham. 

"Kami merekomendasikan trading buy BMRI dengan dengan target harga Rp 10.375- Rp 10.550 per saham dan support Rp 9.800 - Rp 9.600 per saham," kata Abdul.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Suku Bunga Naik Berdampak Negatif ke Sektor Properti dan Konstruksi

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya mengatakan, kenaikan suku bunga BI sesuai dengan perkiraan pasar dan BI memberi siglnyal tidak ada kenaikan suku bunga bulan depan. Sehingga memberikan pedoman tambahan bagi pelaku pasar sehingga pasar saham juga merespons positif. 

"Sektor yang diuntungkan, yaitu perbankan kapitalisasi pasar karena berpotensi menambah pendapatannya, sedangkan saham bank digital kurang diuntungkan karena mereka melakukan perang bunga tinggi jadi akan menggerus margin bank digital," kata Cheryl.

Bagi pelaku pasar, Cheryl merekomendasikan beli saham BBRI dengan target harga Rp 4.990 per saham serta stop loss Rp 4.580 dan saham BMRI dengan target harga Rp 10.600 serta stop loss Rp 9.650.

Sementara itu, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani mengatakan, jika suku bunga tetap naik tinggi, itu seharusnya berdampak negatif bagi beberapa perusahaan, seperti konstruksi dan properti. Hal itu dikarenakan akan meningkatkan beban biaya operasional.

Sedangkan, Arjun juga melihat saham-saham perbankan terutama, empat bank terbesar mengalami kinerja harga saham atau kinerja keuangan yang sangat baik pada tahun lalu di tengah kenaikan suku bunga dan tinggi.

"Bank besar dan mapan seharusnya bisa mendapatkan manfaat kenaikan suku bunga dari NIM mereka dan ini bagus untuk perusahaan perbankan," kata dia.

 

 

 

3 dari 3 halaman

Sektor Perbankan

Dengan demikian, sektor perbankan memiliki prospek positif di tengah kenaikan suku bunga.

"Tapi karena bobot paling tinggi di sektor perbankan di perbankan besar sebenarnya secara umum efek kenaikan suku bunga terhadap sektor perbankan seluruhnya positif," kata Arjun.

Di sisi lain, kenaikan suku bunga untuk sektor properti berdampak negatif terhadap konsumen yang ingin membeli properti melalui utang. Karena biaya utangnya meningkat dan ini bisa berdampak negatif terhadap permintaan properti.

"Selain itu, biaya konsumen untuk beberapa hal akan meningkat jadi dampak nya negatif secara logika," ujar dia.

Tak hanya itu, khususnya sektor properti dan konstruksi (infrastruktur) terkena dampak negatif dari kenaikan suku bunga. Hal itu dikarenakan biaya operasional mereka meningkat untuk membangun proyek konstruksi. Selain itu, biaya pembayaran barang baku juga akan meningkat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.