Sukses

Inflasi AS Bayangi IHSG Kamis 14 Juli 2022, Cek Saham Pilihan BNI Sekuritas

Head of Technical Analyst Research BNI Sekuritas, Andri Zakaria Siregar menuturkan, secara teknikal IHSG berpeluang melemah dalam pola konsolidasi.

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis, 14 Juli 2022 diprediksi berada di zona merah. Selain itu, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,67 persen pada perdagangan kemarin dampak dari kenaikan inflasi Amerika Serikat (AS) atau inflasi AS mencapai 9,1 persen yoy.

Head of Technical Analyst Research BNI Sekuritas, Andri Zakaria Siregar menuturkan, secara teknikal IHSG berpeluang melemah dalam pola konsolidasi, dari candle three black crows & closed di bawah 5 day MA.

"Trend bearish, selama di bawah 6.856, berpeluang penurunan lebih lanjut. IHSG closing di bawah 5 day MA (6.694). Indikator MACD bearish, Stochastic bearish, breakout pola triangle. Selama di bawah 6.856, berpeluang menuju support 6.602/6.559. Dominan sell power. Range breakout berada di 6.602 - 6.767,” kata Andri dalam risetnya, Kamis (14/7/2022).

Level resistance indeks berada di posisi 6.686/6.734/6.767/6.796, sementara untuk level support berada di 6.602/6.559/6.509/6.462, dengan perkiraan range 6.580- 6.700.

Research Analyst BNI Sekuritas Maxi Liesyaputra menambahkan, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 0,67 persen, begitu juga dengan S&P 500 yang turun 0,45 persen, sementara indeks Nasdaq terkoreksi 0,15 persen pada Rabu, 13 Juli 2022.

Pelemahan ini merespons data inflasi AS yang tercatat sebesar 9,1 persen yoy atau 1,3 persen mom pada Juni 2022, melebihi perkiraan. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak November 1981.

"Bursa Eropa juga melemah setelah diumumkannya tingkat inflasi AS. Di sisi lain Inggris melaporkan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5% YoY pada Mei 2022, di atas perkiraan,” ujar Maxi.

Sementara itu, bursa regional Asia Pasifik bergerak variatif kemarin. Beberapa bursa yang mencatat kenaikan adalah TSEC Weighted Index dan Nikkei, sementara Hang Seng dan BEI terkoreksi.

Investor dapat mencermati saham BMRI dengan rekomendasi sell jika break below 7.275 target 7.050/6.950 stop loss di atas 7.450. Kemudian saham UNTR dengan rekomendasi BUY on Support target 28.850/29.450 stop loss di bawah 26.125.

Investor juga dapat memantau saham PTBA dengan rekomendasi buy di atas 4.030 target 4.100/4.140 stop loss di bawah 3.950. Sementara saham TOWR direkomendasikan buy 1.120-1.140 target 1.200/1.230 stop loss di bawah 1.075.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Penutupan Wall Street 13 Juli 2022

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tersungkur pada perdagangan Rabu, 13 Juli 2022 setelah inflasi Juni mencapai level tertinggi sejak 1981. Hal itu menambah kekhawatiran kalau bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) akan menjadi lebih agresif untuk meredam kenaikan harga.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones anjlok 208,54 poin atau 0,67 persen ke posisi 30.772,79. Indeks S&P 500 melemah 0,45 persen menjadi 3.801,78. Indeks Nasdaq tergelincir 0,15 persen menjadi 11.247,58.

“Tidak ada yang berputar-putar, selain the Fed harus menjadi lebih agresif dalam waktu dekat dan menekan permintaan. Itu memperkuat resesi sekarang. Saya pikir resesi adalah keniscayaan,” ujar Liz Ann, dari Charles Sachwab dikutip dari CNBC, Kamis (14/7/2022).

Indeks harga konsumen naik 9,1 persen secara year over year (yoy) pada Juni 2022. Inflasi ini lebih tinggi dari Mei sebesar 8,6 persen yang merupakan kenaokan terbesar sejak 1981. Ekonom yang disurvei Dow Jones telah antisipasi 8,8 persen.

Inflasi inti yang tidak termasuk harga makanan dan energi berada di 5,9 persen, dan ini di atas perkiraan 5,7 persen. Saham bergejolak sepanjang hari seiring investor mencerna data inflasi terbaru dengan indeks Dow Jones sebanyak 466 poin. Pada satu titik, indeks Nasdaq dan S&P 500 masing-masing turun lebih dari 2 persen dan 1,5 persen.

3 dari 5 halaman

Gerak Saham di Wall Street

Sektor saham konsumen naik hampir 0,9 persen didorong saham Domino Pizza, Bath and Body Works, Tesla. Sementara itu, saham Boeing, Walgreens, dan UnitedHealth masing-masing turun 2 persen sehingga mendorong Dow Jones ke wilayah negatif.

Saham teknologi menguat dengan Amazon, Netflix, Tesla masing-masing menguat lebih dari 1 persen meski ada kekhawatiran pertumbuhan yang meningkat. Langkah ini secara singkat membawa Nasdaq kembali bergerak ke wilayah positif. Saham Twitter naik hampir 8 persen karena perusahaan itu menggugat Elon Musk.

Seiring dengan laporan inflasi, investor terus memantau laba kuartal II untuk petunjuk kesehatan perusahaan AS. Saham Delta Air Lines turun sekitar 4,5 persen setelah membukukan hasil yang beragam.

Di tengah berita, saham United dan American Airlines masing-masing turun sekitar 1 persen dan 3 persen. Saham kapal pesiar berjuang dengan Royal Caribbean merosot 2,1 persen dan Carnival merosot lebih dari 1 persen.

4 dari 5 halaman

Inflasi Puncak atau Kenaikan Suku Bunga The Fed Lebih Besar?

Pembacaan inflasi Juni yang panas membuat trader mempertanyakan apakah bank sentral akan menaikkan 75 basis poin lagi selama pertemuan bulan ini dan meningkatkan harapan kenaikan lebih besar untuk menjinakkan lonjakan harga.

Bulan lalu, the Fed menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin menjadi 1,5 persen-1,75 persen, dan merupakan kenaikan agresif sejak 1994. “Intinya bergerak dengan klip menakutkan,” ujar Michael Schumacher dari Wells Fargo.

Fed Fund futures memperkirakan kenaikan suku bunga 81 basis poin pada Juli. Ia menambahkan, hal itu akan menunjukkan harapan di pasar kenaikan suku bunga lebih dari 75 basis poin dan 100 basis poin dapat terjadi.

“Dengan inflasi inti yang berjalan sekuat ini, the Fed tidak dapat mengabaikannya. Ini angka yang buruk,” kata dia.

Inflasi inti yang panas pada Rabu pekan ini juga memicu pertanyaan apakah inflasi sebenarnya telah mencapai puncaknya. CPI headline naik 1,3 persen, inflasi inti naik 0,7 persen dalam sebulan dibandingkan perkiraan masing-masing 1,1 persen dan 0,5 persen. Biaya sewa bulanan naik 0,8 persen pada Juni 2022, kenaikan terbesar sejak April 1986.

 

5 dari 5 halaman

Kekhawatiran Inflasi Tinggi

Pada saat yang sama, harga minyak mentah, harga komoditas dan harga perumahan telah turun dalam beberapa pekan terakhir, sebuah sinyal kenaikan harga mungkin telah menghantam. Hal itu menurut Chief Investment Officer dan Portfolio Manager Sanctuary Wealth.

“Inflasi besar menurut saya telah terjadi. Itu diartikulasikan dalam data IHK Juni yang bisa dibilang sebagai indikator lagging. Kami telah melihat penetapan harga yang signifikan di seluruh kelas dan sektor aset. Ketika Anda melihat penetapan harga kembali sektor dalam perekonomian kita seperti perumahan dan otomotif, itu benar-benar harus diakui dan diapresiasi,” ujar dia.

Profesor Wharton School of Business University of Pennyslvania menuturkan, koreksi harga bensin sejak mencapai rekor tertinggi pada Juni juga dapat menandakan inflasi telah melambat.

Sementara itu, Manajer Portfolio Senior Morgan Stanley Investment, Andrew Slimmon menuturkan, pasar mulai percaya ini benar-benar angka puncak dan ada cukup masukan yang telah bergulir sehingga dapat mulai melihat angka inflasi mereda dalam beberapa bulan ke depan.

“Jika Anda melihat sejarah ketika kita mengalami lonjakan inflasi ini, saham cenderung turun ketika pasar percaya inflasi telah mencapai puncaknya,” kata dia.

Slimmon menuturkan potensi negatif untuk saham dapat datang jika angka inflasi gagal turun secepat yang diharapkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.