Sukses

Bos MIND ID Hendi Prio Mengundurkan Diri dari Komisaris INCO

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menerima surat pengunduran diri Hendi Prio Santoso dari jabatannya sebagai Wakil Presiden Komisaris PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan pengunduran diri salah satu Komisaris perseroan. Perseroan telah menerima surat pengunduran diri yang disampaikan oleh Hendi Prio Santoso dari jabatannya sebagai Wakil Presiden Komisaris PT Vale Indonesia Tbk.

"Pengunduran diri tersebut efektif sejak tanggal 31 Mei 2022, dengan bergantung pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2022 pada 21 Juni 2022 mendatang untuk menerima pengunduran diri tersebut," ungkap Sekretaris Perusahaan PT Vale Indonesia Tbk, Cut Fika Lutfi dalam keterbukaan informasi bursa, dikutip Sabtu (11/6/2022).

Hendi menyandang gelar Bachelor of Business Administration di dua bidang, Finance dan Ekonomi, dari University of Houston, serta Bachelor of Economy dari University of Texas. Pada awal karier, ia pernah menjabat Direktur Investment Banking di JPMorgan Securities Indonesia pada 2004 hingga 2007.

 Pria kelahiran Jakarta, 5 Februari 1967 itu meneruskan karier di BUMN dan pernah memimpin PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Di PGN, Hendi menjabat Direktur Keuangan pada Mei 2007.

Pada Juni 2007, Hendi diangkat menjadi Direktur Utama PGN. Jabatan itu terus didudukinya hingga April 2017. Hanya berselang 5 bulan, Hendi ditunjuk menjadi Direktur Utama PT Semen Indonesia pada September 2017 hingga Oktober 2021.

Setelah memimpin PT Semen Indonesia selama 4 tahun 2 bulan, Hendi ditunjuk sebagai Direktur Utama MIND ID.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kinerja Kuartal I 2022

Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan kinerja keuangan yang positif selama kuartal I 2022 seiring  pertumbuhan pendapatan dan laba bersih naik signifkan. Adapun kenaikan laba bersih tersebut didorong lonjakan harga nikel.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) ditulis Rabu (11/5/2022), PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan pendapatan USD 235,08 juta atau setara Rp 3,42 triliun (asumsi kurs Rp 14.551 per dolar AS) pada kuartal I 2022. Realisasi pendapatan tersebut naik 13,8 persen dibandingkan kuartal I 2021 sebesar USD 206,55 juta atau sekitar Rp 3 triliun.

Pertumbuhan pendapatan itu didukung lonjakan laba bersih selama kuartal I 2022. Perseroan mencatat pertumbuhan laba bersih 100,7 persen menjadi USD 67,64 juta atau setara Rp 983,45 miliar dibandingkan kuartal I 2021 sebesar USD 33,69 juta atau setara Rp 489,8 miliar.

Adapun beban pokok pendapatan perseroan turun 8,04 persen menjadi USD 142,35 juta pada kuartal I 2022. Dibandingkan kuartal I 2021 sebesar USD 154,81 juta.

Dalam keterangan resmi, perseroan menyatakan laba bersih yang kuat tersebut didorong harga nikel yang menguntungkan. Perseroan mencatat harga realisasi rata-rata naik menjadi USD 17.432 per ton pada kuartal I 2022, mengalami kenaikan 25,3 dari periode sama tahun sebelumnya USD 13.912 per ton. Sedangkan alami kenaikan 13 persen dari kuartal IV 2021 sebesar USD 15.372 per ton.

Namun, produksi nikel dalam matte perseroan turun 9,02 persen menjadi 13.827 metrik ton pada kuartal I 2022 dari periode sama tahun sebelumnya 15.198 per ton. Demikian juga penjualan nikel dalam matte susut 9,16 persen menjadi 13.486 metrik ton pada kuartal I 2022 dibandingkan tahun sebelumnya 14.847 metrik ton.

 

3 dari 4 halaman

Kenaikan EBITDA

Sementara itu, perseroan mencatat kenaikan earning before interest, tax, depreciation, and amortization (EBITDA) 30,70 persen menjadi USD 116,2 juta pada kuartal I 2022 dibandingkan kuartal I 2021 sebesar USD 88,9 juta.

“Meskipun produksi lebih rendah karena sedang berlangsungnya pembangunan kembali tanur listrik 4, kami mampu menghasilkan EBITDA yang lebih tinggi, laba yang lebih tinggi dan saldo kas yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya,” ujar CEO dan Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy.

Ia menambahkan, saldo kas yang kuat akan memungkinkan perseroan menjalankan rencana pertumbuhan saat ini dan ke depan. “Namun, mengingat volatilitas di pasar, kami tetap fokus untuk mengoptimalkan kapasitas produksi kami dan meningatkan efisiensi operasi kami,” ujar dia.

Pada penutupan perdagangan Selasa, 10 Mei 2022, saham INCO melemah 5,23 persen ke posisi Rp 6.800 per saham. Saham INCO berada di level tertinggi 6.975 dan terendah 6.675 per saham. Total volume perdagangan 56.604.212 saham dan nilai transaksi Rp 382,2 miliar. Total frekuensi perdagangan 18.268 kali.

Sepanjang 2022, saham INCO melonjak 45,30 persen ke posisi Rp 6.800 per saham. Saham INCO berada di level tertinggi Rp 8.800 dan terendah Rp 4.240 per saham. Total volume perdagangan 2.579.658.208 saham. Nilai transaksi Rp 16 triliun. Total frekuensi perdagangan 695.007 kali.

 

4 dari 4 halaman

Mengintip Perkembangan Proyek Vale Indonesia di Pomalaa

Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menggandeng Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited untuk mengembangkan fasilitas pengolahan High-Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara (Proyek HPAL Pomalaa).

Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk, Febriany Eddy mengungkapkan, proyek tersebut telah mencatatkan sejumlah perkembangan. Salah satunya perizinan kunci sudah didapat dengan dukungan dari pemerintah.

"Akuisisi lahan sedang dalam proses. Kemudian pelabuhan sudah siap untuk kapasitas 40 ribu ton. Saat ini sedang di-upgrade menjadi 120 ribu ton nikel,” kata Febriany dalam RDP dengan Komisi VII, Kamis (2/6/2022).

Sebelumnya, perseroan bekerja sama dengan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd, (SMM) untk proyek di Pomalaa dengan potensi kapasitas produksi 40 ribu metrik ton nikel per tahun.

Namun, akhir April lalu SMM memutuskan untuk menghentikan studi kelayakan yang sedang berlangsung atas pembangunan kilang nikel di wilayah Pomalaa di Kabupaten Kolaka di Sulawesi Tenggara di Indonesia.

Perusahaan mengaku sulit untuk mempertahankan tim studi proyek internal dan eksternal tanpa prospek kemajuan di masa depan. Sehingga SMM menyimpulkan bahwa mereka tidak punya pilihan selain menghentikan studi.

Tak berselang lama, Vale Indonesia mengumumkan kerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company Limited untuk mengembangkan fasilitas pengolahan High-Pressure Acid Leaching (HPAL) di Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara (Proyek HPAL Pomalaa).

Proyek HPAL Pomalaa akan mengadopsi dan menerapkan proses, teknologi dan konfigurasi HPAL Huayou yang telah teruji untuk memproses bijih limonit dan bijih saprolit kadar rendah dari tambang PT Vale di Pomalaa, untuk menghasilkan Produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan potensi kapasitas produksi hingga mencapai 120 ribu metrik ton nikel per tahun.

“Kami mengubah partner dari SMM menjadi Huayou, dengan kapasitas produksi dari SMM yang tadinya 40 ribu ton per tahun menjadi 120 ribu per ton,” kata dia.

Febriany mengatakan pekerjaan konstruksi awal sudah dilakukan. Diperkirakan, dalam waktu maksimum 3 tahun pengerjaan pabrik akan rampung.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.