Sukses

Macan Kumbang Sembunyi di Bawah Kasur, Begini Cara Asep Meringkusnya

Penjinak satwa liar yang didatangkan dari Kebun Binatang Bandung tersebut berhasil mengamankan si macan kumbang yang bikin heboh di Subang.

Liputan6.com, Bandung Asep Heri sukses mengamankan macan kumbang yang turun gunung karena kelaparan hingga masuk pemukiman lalu menyelinap di kamar rumah warga Cimalimping, Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang, Jawa Barat. 

Penjinak satwa liar yang didatangkan dari Kebun Binatang Bandung tersebut berhasil mengamankan satwa liar berbulu legam yang dikenal dengan nama latin Panthera Pardus Melas itu.

Informasi turunnya macan berawal dari salah satu warga yang terkena terkaman hewan buas tersebut pada Jumat (31/05/2019) dini hari. Korban yang diketahui bernama Juju (60) mengalami luka robek di bagian dahi dan lengan. Akibatnya, Juju mendapati jahitan sebanyak 51 kali di bagian dahi.

Warga lalu mencari keberadaan macan kumbang dan secara bersama-sama mencari dan ternyata macan terlihat Sabtu siang lalu keluar masuk gang. Setelah dikejar, sang macan melompati pagar rumah warga. Di bagian kaki macan terdapat luka.

Setelah itu, macan kumbang masuk ke dalam rumah. Kemudian diarahkan ke sebuah kamar sehingga macan tak bisa lari lagi.

Asep yang tiba bersama dokter hewan Kebun Binatang Bandung, Dedi Trisasongko tiba di rumah setelah diminta pihak BBKSDA. Mereka pun masuk ke rumah. Ternyata memang ada macan kumbang di bawah kasur.

"Saat itu kondisinya gelap. Kalau kita pakai lampu dia akan bertindak agresif. Jadi harus tenang dulu sampai dia tersudut," kata Asep saat ditemui Kamis (27/6/2019).

Upaya yang dibantu aparat keamanan tersebut tidak berlangsung mudah. Pasalnya, ketika Asep berusaha menjinakkan macan kumbang yang berada di bawah kasur itu perlu kehati-hatian mengingat kondisinya hewan yang sudah dicari-cari warga.

"Kondisi macan stres karena dikejar warga. Dia terus berada di pojok kamar tepatnya di bawah tempat tidur. Kita tunggu sampai posisi yang tepat untuk membius," kata Asep.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tidak Pakai Senapan Bius

Untuk menjinakkan macam tutul tersebut, Asep tidak menggunakan senapan yang berisi peluru obat bius. Namun dia menggunakan pipa tulup.

Alat ini adalah sebuah alat bidik yang diisi dengan obat bius yang digunakan untuk mengobati hewan yang berjarak cukup jauh atau cukup liar. Penggunaannya adalah dengan meniupkan ke arah tempat daerah penyuntikan pada hewan sehingga obat akan langsung terdistribusi masuk ke dalam tubuh hewan.

"Hanya sekali langsung kena. Itu juga tepat sasaran di bagian paha kanan," kata Asep.

Pria yang sehari-hari menjadi Kepala Penjaga Satwa Kebun Binatang Bandung ini mengaku tidak memilih senapan karena dikhawatirkan akan terlalu berdampak pada fisik macan.

"Bedanya kalau senapan itu biasa dipakai saat outdoor. Memang pada saat menjinakkan macan ini cukup lama, lebih dari empat jam. Tapi dengan pipa tulup, efeknya tidak sebesar senapan tapi tetap hewannya pingsan," kata Asep.

Hal lain yang membuat penjinakan menjadi cukup lama adalah membuat posisi macan berada pada sasaran.

"Kita tidak mau asal tembakkan bius karena ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Kalau di paha kanan itu paling ampuh, setelah lima menit langsung pingsan," ujarnya.

Simak video pilihan berikut

3 dari 3 halaman

Menjinakkan Macan Sejak 1996

Asep sering dipanggil untuk menangani kasus hewan buas yang berkonflik dengan warga. Sudah tujuh kali ia dimintai untuk menangani macan yang turun ke rumah warga.

Seperti tahun 2018 lalu saat ada macan tutul yang masuk ke peternakan ayam milik warga di Pangalengan. Asep yang datang ke lokasi mengamankan macan dengan metode yang sama, memakai pipa tulup.

"Ada yang di Ciumbuleuit, Ciwidey, Majalaya dan terakhir di Subang itu. Semuanya dalam kasus yang sama, macan masuk ke wilayah rumah warga," ujar pria yang sudah bekerja 24 tahun di Kebun Binatang Bandung ini.

Asep berpesan jika ada warga yang menemui hewan buas untuk segera melapor kepada aparat setempat. Hal itu dilakukan agar penindakan dilakukan secara tepat.

"Laporkan ke aparat polisi, polisi hutan atau ke BKSDA. Biar nanti mereka yang menunjuk lembaga konservasi terdekat. Si hewannya kan kalau diserbu akan stres dan bisa balik menyerang. Dia menyerang bukan untuk melukai tapi menyelamatkan diri," kata Asep.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.