Sukses

Tikus Serang Petani, TNI Turun Tangan

Dengan bantuan petani, TNI sampai harus 'berperang' karena aksi teror di lahan pertanian ini sudah meresahkan warga.

Liputan6.com, Cirebon - Tentara Nasional Indonesia (TNI) dibentuk untuk selalu siap menghadapi berbagai ancaman di seluruh wilayah NKRI. Berbagai macam peperangan pun harus siap dihadapi TNI yang didesain khusus untuk membela tanah air dan melindungi rakyat Indonesia.

Tak cuma membela tanah air, TNI juga kadang turun tangan menyelesaikan persoalan masyarakat. Seperti aksi teror yang satu ini di Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Di sini TNI sampai harus 'berperang' melawan ribuan tikus yang kerap meneror lahan pertanian warga.

Bersama para petani dan warga desa setempat, puluhan anggota TNI Kodim 0620 Kabupaten Cirebon, mereka sibuk perang melawan hama yang satu itu.

"Jadi saya beserta Muspika tingkat kecamatan dan daerah sebetulnya juga menindaklanjuti hasil pertemuan di Gegesik bulan lalu saat kita evaluasi luas tambah tanam. Hasilnya disarankan UPT dari wilayah Kapetakan untuk melaksanakan gropyokan tikus," tutur Komandan Kodim 0620 Kabupaten Cirebon, Letkol Inf Irwan Budiana di lokasi, Rabu, 22 Februari 2017.

Ia mengatakan, hama tikus di kawasan Utara Cirebon sering mengancam para petani. Ia menyebut, pada masa tanam Oktober - Maret tahun lalu, tercatat sebanyak 20 ribu hama tikus didapat.

Saat ini, memasuki masa tanam 2017, diperkirakan hama tikus masih terus berkeliaran di lahan pertanian. Kata dia, pihaknya bersama para petani bergerak dari semua penjuru untuk membasmi tikus. Tujuannya agar masa tanam bagus sehingga panen tahun ini juga mendapat hasil bagus pula.

"Hama tikus ini ancaman di masa pertumbuhan padi bisa mengakibatkan gagal panen," kata Irwan.

Kegiatan gropyokan tikus ini untuk membantu mewujudkan gerakan swasembada pangan. Oleh karena itu, ada tiga cara membasmi tikus. Pertama, lahan digali lalu ketika tikus keluar langsung digepuk atau dipukul.

Cara kedua, yakni lahan diisi air agar si tikus keluar dari dalam tanah kemudian dipukul. Cara ketiga, lahan dicampur dengan enposan. Setelah si tikus keluar kemudian dipukul.

"Satu hektare lahan tergantung hamparan seluruh desa, ada yang diserang 12 ribu tikus," sebut dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hama-Hama yang Mengancam

Camat Kapetakan, Tarsono mengatakan, kerugian petani akibat hama tikus bisa mencapai Rp 20 juta. Lahan jika diserang tikus juga bisa mengakibatkan gagal panen atau puso. "Kalau panen berhasil keuntungan bisa Rp 7 juta sampai Rp 20 juta," sebut dia.

Selain tikus, lanjut Tarsono, ada juga hama lain yang mengancam para petani, yakni Keong Mas. Namun, menurut Tarsono, hama tikus di Kecamatan Kapetakan merupakan hama yang paling ditakuti oleh petani dibandingkan keong mas.

"Hama keong mas di sini ada, tapi tidak terlalu mewabah dan masih bisa kami atasi," sebut dia.

Dia mengatakan, kegiatan gropyokan tikus ini sudah dilakukan tiap tahunnya dan menjadi tradisi saat akan masuk musim tanam. Bahkan, gropyokan tikus juga dilakukan setelah musim tanam.

"Kami belum hitung berapa jumlah tikus yang sudah kami tangkap. Kalau tahun lalu ada 20 ribu tikus kami tangkap dan musnahkan," sambung dia.
TNI perang lawan hama tikus
Tarsono bersyukur tingginya antusias kelompok tani dan masyarakat secara kompak turun membantu petani membasmi hama tikus. Ia berharap dari kegiatan ini akan berimbas kepada meningkatnya panen. Minimal dia berharap ada pengurangan populasi hama tikus yang selalu menghantui warga.

Petugas Penyuluh Pertanian Kabupaten Cirebon, Wasman menambahkan, kawasan Utara Cirebon menjadi kawasan endemik hama tikus berkeliaran. Dengan total luas lahan mencapai 20 hektar, gropyokan bersama TNI ini dianggap menjadi salah satu cara untuk pengendalian hama penyakit terpadu.

"Tikus itu sangat cerdik akalnya, banyak dan perkembangbiakannya sangat pesat. Kalau dibiarkan bisa mengakibatkan puso atau gagal panen," kata dia.

Kendati demikian, dia mengatakan, belakangan serangan hama tikus mengalami penurunan. Ini lantaran pada tahun 2016 intensitas hujan di Kabupaten Cirebon cukup tinggi dan menyebabkan lanina.

Tingginya curah hujan tersebut membuat perkembangbiakan tikus menurun. Di samping juga banyak tikus yang sakit dan kemudian mati.

"Ketika cuaca normal, ada musim kering, perkembangan tikus pesat sekali. Jadi kalau dibiarkan mengakibatkan puso. Contoh tahun 2011 daerah Purwawinangun sampai ke utara, dua minggu menjelang panen diserang tikus," kata Wasman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.