Sukses

Sejarah Kurban dan 5 Alasan Berkurban Penting untuk Umat Islam

Perayaan kurban pada hari raya Idul Adha identik dengan ritual pemotongan hewan kurban. Melansir dari Dompet Dhuafa, qurban artinya dekat atau mendekatkan.

Liputan6.com, Jakarta Sebelum ada perintah untuk berkurban, para nabi dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad menerima wahyu dari Allah. Ditilik dari sejarah kurban, perintah untuk  melaksanakannya dimulai dari zaman Nabi Adam AS, lalu Nabi Ismail, hingga perkembangan implementasinya di era Nabi Muhammad SAW. Ada sejarah dan alasan melaksanakan kurban untuk umat Islam. 

Perayaan kurban pada hari raya Idul Adha identik dengan ritual pemotongan hewan kurban. Melansir dari Dompet Dhuafa, qurban artinya dekat atau mendekatkan. Bahasa lainnya yaitu Udhiyyah atau Dhahiyyah yang secara harfiah artinya hewan sembelihan. Dilihat dari sejarah kurban, tradisi ini sudah ada sejak zaman nabi. Bagi umat Islam yang tidak melaksanakan haji, kurban diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijjah, bertepatan wukuf di Arafah. 

Sejarah Kurban pada Zaman Nabi Adam AS

Hal ini bermula saat adanya perselisihan antara anak-anak Nabi Adam AS dan Hawa, yaitu Habil dan Qabil. Qabil lahir kembar dengan Iqlima, lalu Habil lahir kembar dengan Iqlima. Allah memerintahkan Nabi Adam untuk menikahkan mereka dengan saudara yang bukan pasangan kembar, yaitu Qabil dengan Labuda dan Habil dengan Iqlima. Akan tetapi, Qabil tidak setuju karena Labuda tidak secantik Iqlima. 

Allah memerintahkan Qabil dan Habil untuk mempersembahkan kurban terbaik sebagai syarat menikah. Habil yang hidup sebagai pengembala mempersembahkan domba jantan terbaik untuk diserahkan ke hadapan Allah, sedangkan Qabil yang menggeluti bidang pertanian memberikan hasil tani yang buruk. Lalu, muncul api di atas bukit melahap domba Habil yang artinya kurbannya diterima. Lain halnya dengan hasil tani Qabil masih utuh yang berarti Allah menolak kurbannya. 

Perintah Kurban pada Zaman Nabi Ibrahim AS

Sejarah kurban yang satu ini selalu diceritakan turun temurun karena mimpi Nabi Ibrahim yang menyembelih anaknya, Nabi Ismail. Mimpi para nabi merupakan wahyu dari Allah. Nabi Ibrahim sudah lama mendambakan keturunan yang shaleh. Saat Ismail beranjak dewasa, Allah menguji keimanan Nabi Ibrahim untuk melaksanakan perintah kurban. Hatinya bimbang, hingga ia bertanya kepada putranya untuk berpendapat. Ismail menjawab dengan penuh keyakinan bahwa perintah Allah adalah hal yang harus dikerjakan. Allah mencatat kisah ini pada surat Ash-Shaffat ayat 102: 

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِين

Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.

Allah menunjukkan kuasanya di hadapan Nabi Ibrahim dengan menumpulkan parangnya yang sudah mendekati leher anaknya. Lalu, malaikat Jibril tahan tangan Nabi Ibrahim dan langsung digantikan dengan domba jantan. Menurut tafsir dari Ibnu Abbas bahwa hewan yang menggantikan Nabi Ismail sejenis Kibas atau kambing spesial yang berasal dari surga.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa Kibas adalah hewan persembahan dari Habil saat ia berkompetisi dengan Qabil. Tujuannya yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah. Allah menerima kurbannya, lalu kambing tersebut dipelihara di surga untuk menebus Ismail.

Kurban pada Zaman Nabi Muhammad SAW

Syariat kurban berkembang hingga di zaman Nabi Muhammad. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Kautsar ayat 3:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ 

Artinya:

“Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah.”

Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah berkurban dengan dua ekor kambing yang putih warnanya serta besar tanduknya. Nabi Muhammad SAW melakukan kurban pada saat melaksanakan Haji Wada di Mina.

Di sejarah dan alasan kurban yang lain, Rasulullah SAW pernah berkurban menyembelih 100 ekor unta, 63 ekor disembelih dengan tangannya sendiri dan sisanya disembelih oleh Ali bin Abu Thalib. Keseluruhan hewan kurban tersebut disembelih setelah salat Idul Adha dilaksanakan.

Dari sejarah para nabi, maka alasan kurban untuk umat Islam merupakan hal yang penting untuk ditelusuri. Inilah lima alasan yang patut menjadi pertimbangan melaksanakan kurban: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menjadi Manusia yang Bertakwa  

Allah memberi pahala berlipat ganda bagi umat Islam yang menggunakan hartanya untuk berkurban. Layaknya Nabi Ibrahim yang penuh prasangka baik kepada Allah, kurban melatih umat Islam untuk menjadi manusia yang bertakwa. Ibnu Majah mengatakan pada hadits bahwa setiap lembar bulu hewan kurban yang disembelih mengandung satu kebaikan: 

“Tidak ada amalan yang dikerjakan anak Adam ketika hari (raya) kurban yang lebih dicintai oleh Allah Azza Wa Jalla dari mengalirkan darah. Sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya dan bulunya. Sesungguhnya darah tersebut akan sampai kepada Allah Azza Wa Jalla sebelum jatuh ke tanah, maka perbaguslah jiwa kalian dengannya.” (HR. Ibnu Majah). 

Untuk berbagi

Kurban merupakan tradisi yang menyeimbangkan aspek ekonomi dan sosial dengan meminimalisir jurang antara fakir miskin dengan golongan orang yang mampu. Hasil riset dari Ideas 2021 mengatakan bahwa nyata adanya kesenjangan daging di Indonesia antara wilayah perkotaan dan pelosok. Beberapa daerah bahkan ada yang defisit daging hingga 1000 ton. Bukan hanya itu, rata-rata konsumsi daging nasional hanya 0,325 kg per tahun. Hal tersebut masih kurang dari target Pedoman Umum Gizi Seimbang (2014) yang idealnya 210 gr per hari 6,3 kg per bulan.

Sebagai Tanda Bersyukur

Kurban menjadi media untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat dan karunianya. Allah senantiasa memberikan rahmat kepada orang yang pandai bersyukur, meskipun dalam keadaan sulit, baik bagi pekurban atau penerima daging. Anda masih bisa berbagi dan melihat senyum saudaranya saat pembagian daging hewan kurban adalah kebahagiaan sederhana yang patut disyukuri. 

Menghidupi Para Peternak Hewan Kurban 

Anda ikut berkontribusi pada ketahanan pangan saat kurban. Para peternak senang dengan profesinya karena membesarkan hewan kurban tidak bisa sembarangan. Adanya stakeholder yang mengelola kurban dari hulu ke hilir dapat memberdayakan peternak lokal untuk menghasilkan mutu hewan kurban yang berkualitas. 

Sebagai Syiar Agama Islam untuk DermawanSyiar yang dimaksud adalah meneruskan perjuangan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam melaksanakan perintah berkurban. Dengan melaksanakan kurban, maka umat Islam juga menyisihkan sebagian rezekinya yang telah Allah berikan untuk berbagi barang bagus dan terbaik. Makan daging bisa jadi hal yang biasa bagi Anda, lain halnya dengan orang yang kesulitan akses, apalagi di masa pandemi sekarang. 

Itulah sejarah dan alasan kurban yang harus umat Islam ketahui karena urgensinya tidak bisa dilihat sebagai perayaan tahunan semata. Ada makna mendalam dari tradisi ini tentang pengorbanan dan berbagi, terutama di masa pandemi saat ini. 

Mari, saling tolong menolong dari rumah dengan kurban online di Lembaga Dompet Dhuafa. Selain hemat, caranya mudah dan nyaman karena tinggal pesan dari website, kemudian pilih hewan kurban dan metode pembayaran. Dagingnya disalurkan ke wilayah pelosok di Indonesia. Bantu warga untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup. Berani berkurban lagi, pesan di website Dompet Dhuafa sekarang juga!

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini