Sukses

129 Lokasi Pariwisata-Hiburan di DKI Lakukan Pelanggaran Selama PSBB Transisi

Pemprov DKI menyatakan pihaknya sudah menyampaikan peringatan ringan tertulis. Bila membandel, peringatan berat berupa penyegelan dan denda bakal diberlakukan.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta Cucu Ahmad Kurnia mengatakan bahwa selama PSBB ada 129 tempat yang di dalamnya termasuk hotel, restoran, kafe hingga bar melakukan pelanggaran.

"Kami sudah sampaikan juga peringatan ringan tertulis, peringatan berat bisa disegel dan denda. Selama PSBB ditetapkan, 129 tempat melakukan pelanggaran mulai hotel, restoran, rumah makan, bar, kafe dan sebagainya," tutur Cucu di Jakarta, Rabu 17 Juni 2020.

Saat ini, kata Cucu, untuk sektor pariwisata seperti restoran, hotel sudah dibuka kembali di masa PSBB transisi dengan syarat ada pembatasan pengunjung 50 persen. Sementara sektor event seperti konser, tempat hiburan yakni diskotek yang masih belum diizinkan buka.

Cucu juga menyebut selama PSBB di Jakarta, hampir seluruh sektor pariwisata hingga tempat hiburan terdampak akibat sektor-sektor itu diminta tutup untuk mencegah penularan COVID-19.

"Kalau kami lihat jumlah yang terdampak persentasenya, untuk hotel 94 persen terdampak, restoran 67 persen, karena restoran masih boleh buka di masa PSBB, tapi tidak boleh makan di tempat, mereka tetap beroperasi, tapi hanya boleh take away. Jadi penurunannya tidak terlalu separah hotel atau hiburan. Untuk hiburan 100 persen terdampak," ujarnya yang dikutip dari Antara.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pendapatan Daerah Merosot

Cucu mengatakan, karena sektor pariwisata diminta tutup, ada pengaruh pada pendapatan asli daerah (PAD) 2020. Cucu mencontohkan, pajak hotel yang seharusnya bisa didapat sebesar Rp2 triliun, kini hanya Rp 466 miliar.

"Kalau kami lihat juga, PAD bisa dibilang sangat drastis menurun dibanding 2019, angkanya jauh lah pendapatan yang kita dapat dari pajak di sektor pariwisata, ada tiga pajak utama, hotel, restoran dan hiburan. Contoh hotel yang harusnya harusnya Rp 2 triliun, hanya Rp466 miliar sampai akhir Mei kemarin dan ini ada total realisasinya dibandingkan 2019. Jadi kurang lebih hanya 23 persen dari target," tuturnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.