Sukses

Buruh Gotong Boneka Gurita Kapitalis ke Istana

Ada poster pada topi yang dikenakan boneka gurita itu. Bertuliskan "Gurita Kapitalis, Penghisap Darah Kaum Buruh".

Liputan6.com, Tangerang - Ribuan buruh di Tangerang, Banten merayakan Hari Buruh atau May Day dengan membawa boneka gurita sepanjang 3 meter ke Istana Merdeka, Jakarta. Ada juga boneka Laga Bola Akbar 2014 berdiameter 1,5 meter.

Boneka gurita itu mengenakan topi merah dengan bermotif bintang putih. Pada topi ada poster bertuliskan "Gurita Kapitalis, Penghisap Darah Kaum Buruh".

"Ini simbol menolak outsourcing. Gurita ini Nanti akan digotong saat unjuk rasa, kemudian dibakar," kata perwakilan Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Sunarno di di kawasan pergudangan Batu Ceper Kota Tangerang, Kamis (1/5/2014).

Sunarno menuturkan, massa buruh konvoi dari Tangerang ke Bundaran HI, kemudian long march ke Istana Merdeka dengan menumpangi 20 bus ukuran besar. Ada juga yang menggunakan motor.

"Ada sekitar 5 ribu buruh. Bukan hanya dari Kota Tangerang, tapi juga Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan," tutur Sunarno.

Tuntutan

Buruh menuntut pengembalian sistem Jamsostek. Mereka menilai sistem BPJS Kesehatan maupun Ketenagakerjaan sarat permainan.

"Ketika masih ditanggung Jamsostek, biaya pengobatan kami gratis. Tak ada tanggungan pembelian obat atau hal lain," ungkap koordinator Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) 1992 wilayah Tangerang, Suwarso.

Namun, ketika sistem berubah menjadi BPJS Kesehatan ataupun Ketenagakerjaan, buruh mengeluh. Mereka diharuskan membayar sejumlah biaya untuk menembus obat-obatan. "Sekarang, perawatannya doang gratis. Biaya obat kita yang tanggung," katanya.

Suwarso menegaskan, dalam aksi buruh kali ini, mereka menuntut sistem BPJS harus dievaluasi dan kembalikan kepada Jamsostek. Sebab dinilai malah menyiksa kaum buruh, bukan sikap keberpihakan.

"Presiden juga jangan asal tanda tangan saja. Ini akhirnya menyengsarakan kami," keluhnya.

Buruh juga akan berorasi menolak kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL). Tak hanya menyengsarakan pengusaha, kenaikan TDL juga dinilai akan menjadi pencetus PHK besar-besaran.

"Itu sudah otomatis. Kami dengan tegas akan menolak," tukas Suwarso.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.