Sukses

Tsunami di Selatan Jawa Menelan Puluhan Jiwa

Lebih kurang 80 orang meninggal dunia akibat gempa bumi disusul tsunami yang melanda sekitar wilayah pesisir selatan Pantai Jawa. Ratusan ribu penduduk sudah diungsikan. Orang cedera dan hilang masih dihitung.

Liputan6.com, Ciamis: Gempa berkekuatan 6,8 skala Richter Senin (17/7) sore yang berpusat di dekat Pantai Pangandaran di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat meluluhlantakkan sebagian permukiman di wilayah pesisir selatan Pantai Jawa. Selain menghancurkan bangunan, gempa disusul gelombang tsunami setinggi satu sampai tiga meter itu menelan puluhan korban jiwa di lima lokasi gempa dan ratusan ribu orang mengungsi. Korban jiwa atau terluka dikhawatirkan akan bertambah, mengingat masih banyak orang dikabarkan hilang.

Kontributor SCTV Eko Setiabudi melaporkan sampai pukul 22.00 WIB, ada sedikitnya 40 orang meninggal dunia di Pangandaran. Lima belas korban sudah dikenali identitasnya. Mereka mayoritas berasal dari Pangandaran, antara lain Sakinen, Anis Kristiadi, Tiwa, dan Deden Hudi. Ratusan orang yang luka-luka dirawat di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan rumah sakit setempat. Sedangkan korban yang selamat berlindung di Masjid Raya Pangandaran atau mengungsi ke kawasan Putra Pinggan, Pager Gunung, dan Karang Nini.

Pangandaran merupakan wilayah terdekat dari pusat gempa yang berada 200 kilometer di lepas pantai Samudra Hindia pada kedalaman 33 kilometer di bawah laut [baca: Pangandaran Diterjang Gempa dan Tsunami]. Sejumlah polisi dan personel TNI terus menyisir daerah Pangandaran, terutama bagian timur dan barat yang dinilai terparah. Seluruh hotel dan warung di kedua kawasan itu hancur. Gelombang pasang menyebabkan puluhan perahu nelayan maupun kapal pesiar terlempar beberapa meter ke darat dalam kondisi rusak berat. Air setinggi pinggang orang dewasa juga merendam permukiman.

Daerah pesisir pantai yang juga terimbas gempa dan gelombang pasang mencakup Kecamatan Cijulang dan Parigi. Di kawasan Pantai Ujung Genteng, Pantai Cibuaya, dan Pantai Pangumbahan di Kabupaten Sukabumi, Jabar juga terjadi gelombang tinggi. Sejumlah saksi mengaku melihat ombak setinggi dua meter bergulung-gulung dan memasuki daratan sekitar 50 meter dari bibir pantai. Hingga malam ini, belum ada laporan kerusakan bangunan akibat bencana alam itu.

Gempa juga mengguncang Cilacap, Jawa Tengah dan menewaskan 34 penduduk yang bermukim di pesisir pantai. Sementara jumlah korban luka dan hilang masih ditelusuri. Setelah gempa disusul gelombang pasang melanda, ratusan ribu warga setempat mengungsi ke dataran tinggi. Warga khawatir tsunami berskala besar seperti di Nanggroe Aceh Darussalam akan menimpa wilayah mereka. Para pengungsi berasal dari Kecamatan Binangun, Kroya, dan Kecamatan Adipala yang umumnya berlokasi di pesisir pantai.

Warga pergi menyelamatkan diri tanpa membawa perbekalan yang cukup karena mereka langsung lari begitu mendengar suara gemuruh yang diduga berasal dari gelombang laut. "Gemuruh angin di selatan, air langsung naik. Orang-orang yang di pasir langsung lari," Suwarto, warga setempat. Sutarman yang juga warga Cilacap mengamini. "Orang lari ke utara ke kawasan gunung. Ketakutan semua," kata Sutarman.

Dodoh, seorang petugas puskesmas di Pangandaran mengaku tengah memasak saat air laut mendatangi rumahnya. "Melihat orang lari, saya ikut lari," ujar Dodoh yang ketika dihubungi SCTV via telepon sekitar pukul 00.15 WIB berada di tempat pengungsian di Cimerak. Menurut Dodoh, korban meninggal mencapai 10 orang dan 10 lain cedera.

Penduduk Kabupaten Bantul, Yogyakarta yang baru saja dilanda gempa bumi juga mengalami gelombang tsunami. Warga setempat mengaku melihat ombak setinggi satu meter menerjang daratan. Tiga orang dilaporkan meninggal dunia, yaitu Kartomo (62 tahun), Kartowiyarto (60 tahun), dan Dwi Fitrani (21 tahun). Mayat Kartomo dan Kartowiryo ditemukan di Pantai Drini, sedangkan Dwi di Parangtritis. Ketiganya diduga hanyut saat mencari rumput laut.

Petugas terus mencari korban yang diyakini hilang terseret arus. Kekhawatiran masih banyak korban muncul karena di kawasan Pantai Drini dan Parangtritis banyak terdapat warung yang terbuat dari bambu dan kayu. Setelah dihantam ombak, kondisi warung tersebut porak-poranda.

Seorang penduduk di Kecamatan Ayah, Kebumen, Jateng juga dilaporkan meninggal dunia. Ratusan perahu nelayan hancur terseret ombak. Pemerintah Kabupaten Kebumen sudah mengerahkan tim untuk mencari korban luka maupun yang hilang.

Petugas Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) mencatat setelah gempa bumi pertama pada pukul 15.19 WIB, sedikitnya terjadi sembilan kali gempa susulan. Gempa susulan terjadi dalam periode tiga jam dengan kekuatan bervariasi antara 4,8 sampai 6,1 skala Richter. Kepala Seismologi dan Tsunami BMG Fauzi memastikan, wilayah yang terkena tsunami yaitu Parigi, Pangandaran, Cibarusa, dan Cilacap. Wilayah paling parah adalah Pangandaran dengan limpahan gelombang mencapai dua kilometer dan tinggi ombak tiga meter.(KEN/Tim Liputan 6 SCTV)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini