Sukses

Pig Butchering, Skema Penipuan Online Berkedok Cinta yang Tengah Meluas

Tidak seperti penipuan berkedok asmara secara tradisional, kebanyakan korban adalah orang-orang berusia 20-an dan 30-an yang memiliki pendidikan layak.

Liputan6.com, Jakarta - Berawal dari China, skema penipuan online berkedok cinta yang disebut "pig butchering" dilaporkan meluas. Menurut Organisasi Anti-Penipuan Global, sebuah kelompok advokasi yang dipimpin sukarelawan, melansir SCMP, Jumat, 1 Oktober 2021, korban utama di luar Tiongkok adalah warga negara Tiongkok atau etnis Tionghoa yang tinggal di Asia Tenggara.

Namun demikian, lebih dari sepertiga orang yang tertipu di Amerika Utara dan seluruh Asia bukanlah keturunan Tionghoa, menunjukkan bagaimana target demografi berkembang pesat. Penipuan ini melibatkan pelaku membangun hubungan, sering kali romantis tapi tidak selalu, dengan korban selama berbulan-bulan.

Itu dilakukan sebelum meyakinkan mereka untuk menginvestasikan uang ke dalam usaha palsu penyembelihan hewan. Kerugiannya sering kali signifikan, rata-rata 98 ribu dolar Amerika Serikat (AS) (Rp1,4 miliar), berdasarkan 240 korban yang 70 persennya perempuan dalam survei Organisasi Anti-Penipuan Global.

Tidak seperti penipuan berkedok asmara secara tradisional, kebanyakan korban adalah orang-orang berusia 20-an dan 30-an yang memiliki pendidikan layak. Hampir 90 persen dari mereka memegang gelar sarjana atau lebih tinggi.

"Skala besar, pelatihan profesional, dan operasi terorganisir di balik setiap penipuan sangat canggih," tulis para penulis dalam laporan tersebut. 

Penipuan itu membuat sekitar sepertiga korban berutang, dan lebih dari 40 persen kehilangan lebih dari setengah kekayaan bersih mereka, kata laporan itu. Kelompok tersebut mengatakan penipuan semacam itu umum di Amerika Utara pada akhir 2020.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bukan Skema Baru

Seorang korban penipuan asal Taiwan memulai Organisasi Anti-Penipuan Global pada 2019. Skema ini pertama kali dilaporkan di Tiongkok pada awal 2010-an, tapi menyebar secara luas setelah 2018 karena penipu mengambil keuntungan dari orang-orang etnis Tionghoa yang tertarik dengan industri perjudian di Asia Tenggara.

Perjudian kasino ilegal di Tiongkok, kecuali di wilayah administratif khusus Makau. Negara-negara Asia Tenggara seperti Filipina, Kamboja, dan Singapura jadi tujuan judi yang menarik bagi warga China. Di Filipina, situs perjudian yang disebut POGO menargetkan perjudian warga negara China secara online dan telah jadi bisnis besar, memusingkan pihak berwenang Filipina.

Operasi perusahaan palsu yang canggih menargetkan warga Tiongkok, meminta mereka memasang taruhan di situs web palsu. Itu akhirnya membuat mereka tidak akan pernah menerima pembayaran untuk "kemenangan" mereka. Demografi skema ini kemudian berkembang dalam beberapa tahun terakhir dan tidak lagi terbatas pada online game platform atau warga negara China.

 

3 dari 4 halaman

Penipuan Investasi Berkedok Cinta

Pekan lalu, polisi Beijing menangkap 18 orang berbasis di Myanmar yang menipu lebih dari 50 korban di seluruh China. Mengumpulkan hampir 10 juta yuan (Rp22 miliar), menurut Beijing Daily.

Tahun lalu di Changsha, ibu kota Provinsi Hunan, polisi membongkar 270 penipuan online terpisah yang mencuri lebih dari 500 ribu yuan (Rp1,1 miliar). Setengah dari mereka adalah penipuan investasi berkedok cinta, kata biro keamanan publik kota itu.

Menurut laporan, kasus-kasus tersebut sulit dituntut polisi, sebagian karena penipu memanfaatkan anonimitas dan kurangnya yurisdiksi yang disediakan cryptocurrency. "Para penipu tidak akan begitu sukses tanpa teknologi dan layanan ekosistem digital," ungkap pihaknya.

4 dari 4 halaman

Infografis Waspada Penipuan Online Shop via Medsos

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.