Sukses

Myelodysplastic Syndrome, Saat Sumsum Tulang Belakang Tak Bekerja

Myelodysplastic syndrome (MDS) merupakan kondisi yang memengaruhi sumsum tulang dan sel-sel darah yang dihasilkan.

Penyakit ini diketahui sejak 1976 dengan perkiraan per tahunnya mencapai 1.500 kasus. Data dari National Cancer Institute's Surveillance, Epidemology & End Reports (SEER) menunjukkan bahwa kasus MDS didiagnosis pada individu yang berusia kurang dari 60 tahun dan lebih sering mengancam pria dibanding wanita.

Lebih lengkapnya, seperti dijelaskan WebMD dan Mayo Clinic, Jumat (20/9/2013), berikut ini ulasannya:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman



Deskripsi

Myelodysplastic syndrome (MDS) merupakan kondisi yang memengaruhi sumsum tulang dan sel-sel darah yang dihasilkan. Sindrom ini terjadi ketika sumsum tulang belakang tidak dapat mengendalikan produksi sel-sel darah.

Seperti diketahui, sumsum tulang belakang memproduksi sel darah. Namun, orang dengan sindrom myelodysplastic ini memiliki sel darah yang belum matang dan rusak. Jadi sel darah yang berkembang secara normal menjadi mati di dalam sumsum tulang atau setelah memasuki aliran darah.

Karena banyaknya sel yang belum matang, sel-sel itupun rusak dan mulai melampaui sel-sel darah yang sehat sehingga menimbulkan masalah seperti anemia, infeksi dan perdarahan.

Dokter membagi sindrom myelodysplastic menjadi dua kategori berdasarkan penyebabnya :

- Sindrom myelodysplastic yang tidak diketahui penyebabnya.

Disebut de novo sindrom myelodysplastic karena dokter tidak tahu apa yang menyebabkan penyakit ini. Tapi De novo sindrom myelodysplastic lebih mudah diobati daripada sindrom myelodysplastic.

- Sindrom myelodysplastic

Jenis penyakit ini disebabkan oleh bahan kimia dan radiasi. Sindrom myelodysplastic yang terjadi ini merupakan respon terhadap pengobatan kanker, seperti kemoterapi dan radiasi atau akibat paparan kimia yang disebut sindrom myelodysplastic menengah. Sementara jika sudah parah, sindrom myelodysplastic lebih sulit untuk diobati.
3 dari 4 halaman



Gejala

MDS jarang menimbulkan tanda atau gejala pada tahap awal penyakit. Namun dalam waktu tertentu, MDS memiliki tanda-tanda seperti:

- Kelelahan
- Sesak napas
- Pucat yang tidak biasa
- Mudah memar atau perdarahan
- Bintik-bintik merah tepat di bawah kulit akibat perdarahan
- gampang infeksi


Faktor-faktor risiko MDS meliputi:

- Terapi kanker

Penggunaan obat kemoterapi untuk kanker berperan dalam banyak kasus MDS.

- Obat kanker

Obat kanker terkait dengan sindrom myelodysplastic meliputi:

  • Leukeran (klorambusil)
  • Cytoxan (siklofosfamid)
  • Adriamycin (doxorubicin)
  • Etopophos (etoposid )
  • IFEX (ifosfamide )
  • Mustargen (mechlorethamine)
  • Alkeran (melphalan)
  • Matulane (prokarbazin)
  • Vumon (teniposide )

- Beberapa kondisi termasuk paparan bahan kimia

Anda mungkin bisa mengembangkan MDS jika Anda terkena bahan kimia industri tertentu dalam jangka waktu yang panjang.

- Merokok juga meningkatkan risiko orang dari MDS
4 dari 4 halaman



Pengobatan

- Langkah-langkah dokter yang digunakan dalam mengobati sindrom myelodysplastic seperti:

- Obat yang digunakan pad pasien leukimia

- Obat-obatan yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh Anda

- Transfusi darah

- Perawatan untuk mengurangi kelebihan zat besi yang disebabkan oleh banyak transfusi

- Antibiotik untuk melawan infeksi, jika diperlukan.

- Transplantasi stem cell. Ini adalah satu-satunya pengobatan yang mampu menyembuhkan MDS. Pengobatan ini menggunakan kemoterapi atau radiasi untuk menghancurkan sel-sel di sumsum tulang kemudian menerima sel induk dari pendonor. Sel induk bisa datang dari sumsum tulang atau sel induk dari darah. Sel-sel ini kemudian mulai memproduksi sel-sel darah baru dalam tubuh Anda.

(Fit/Abd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.