Sukses

Ukraina Butuh 500 Ribu Tentara Baru untuk Lawan Rusia

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengakui bahwa ini merupakan isu sensitif.

Liputan6.com, Kyiv - Perang Rusia-Ukraina masih belum berhenti. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy kini sedang mencari hingga setengah juta tentara tambahan untuk bertempur. Ia mengakui bahwa isu ini sensitif. 

Saat ini, Ukraina sedang mengalami masalah aliran pendanaan, sebab bantuan dari Amerika Serikat diblokir oleh Partai Republik, sementara bantuan dari Uni Eropa diblokir oleh pemerintah Hungaria. 

Dilaporkan BBC, Rabu (19/12/2023), Ukraina juga menghadapi kekurangan pasokan amunisi karena masih terus melawan invasi Rusia yang dimulai pada Februari 2022. Alhasil, ada ketakutan bahwa Rusia bisa mengalahkan Ukraina akibat persediaan senjata.

Angka tentara yang disebut Presiden Zelenskyy,yakni 450 ribu hingga 500 ribu orang, merupakan masukan dari para komandan militer Ukraina.

Presiden Ukraina juga menambahkan bahwa negaranya akan bisa memproduksi drone pada 2024 mendatang. Ukraina masih menolak negosiasi perdamaian dengan Rusia, kecuali wilayah Ukraina yang dianeksasi Rusia dikembalikan.

Ibu Negara Ukraina Olena Elenska berkata bahwa Ukraina sangat terancam jika tidak mendapatkan dukungan dari Barat.

Di lain pihak, Presiden Rusia Vladimir Putin masih percaya diri bahwa ia bisa menang di pernag Ukraina. Namun, Putin mengakui bahwa tentara Rusia mengalami kendala di sistem pertahanan udara dan komunikasi, serta Rusia perlu menambah produksi drone.

Pada laporan-laporan sebelumnya, Rusia memakai narapidana sebagai tentara. Para pemuda Rusia berbondong-bondong pergi ke luar negeri setelah Vladimir Putin mengumumkan butuh prajurit-prajurit baru.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Putin soal Pernyataan Biden bahwa Rusia Berencana Menyerang NATO: Tidak Masuk Akal

Laporan sebelumnya, Vladimir Putin menolak klaim Amerika Serikat (AS) bahwa Rusia dapat menyerang NATO di masa depan. Dia menyebut itu omong kosong dan mengatakan bahwa konflik semacam itu akan bertentangan dengan kepentingan negaranya.

Pernyataan tersebut disampaikan Putin dalam wawancara dengan TV pemerintah Rusia pada Minggu (17/12), beberapa pekan setelah Presiden AS Joe Biden memperingatkan bahwa jika Putin meraih kemenangan di Ukraina maka dia mungkin berani menyerang sekutu NATO, sehingga memicu Perang Dunia III.

"Benar-benar tidak masuk akal dan saya rasa Presiden Biden memahami itu," ungkap Putin kepada stasiun televisi Rossiya, seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (19/12).

"Rusia tidak punya alasan, tidak punya kepentingan--tidak punya kepentingan geopolitik, ekonomi, politik atau militer - untuk berperang dengan negara-negara anggota NATO."

Putin menambahkan bahwa Biden mungkin mencoba mengobarkan ketakutan untuk membenarkan kebijakannya yang salah di kawasan tersebut.

3 dari 4 halaman

Hadiah Natal bagi Putin

Hubungan AS-Rusia merosot ke titik terendah dalam beberapa dekade sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.

Sepanjang perang yang berlangsung selama 22 bulan ini, AS telah memberi Ukraina senjata, peralatan, dan bantuan lainnya senilai USD 111 miliar, untuk menangkis serangan Rusia dan merebut kembali sebagian wilayahnya.

Biden bersikeras mengirimkan lebih banyak bantuan ke Ukraina, meski dilaporkan terjadi penurunan minat di Kongres terhadap perang Ukraina. Kebuntuan hingga saat ini masih terjadi, di mana beberapa anggota parlemen Partai Republik memblokir paket bantuan yang termasuk dukungan untuk Ukraina dan menuntut Gedung Putih terlebih dahulu mengambil tindakan keras terhadap isu keamanan perbatasan.

Pada 12 Desember, Biden mengatakan penolakan anggota parlemen sayap kanan untuk menyetujui paket tersebut berisiko memberikan hadiah Natal berupa kemenangan kepada Putin.

"Putin mengandalkan AS yang gagal mencapai tujuan Ukraina," kata Biden saat konferensi pers dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. "Kita harus … membuktikan bahwa dia salah."

4 dari 4 halaman

Rusia Akan Bentuk Distrik Militer Leningrad

Meskipun Putin menampik kemungkinan terjadinya perselisihan langsung dengan NATO, Rusia dihadapkan pada ketegangan dengan tetangganya, Finlandia, sejak negara tersebut bergabung dengan NATO.

Finlandia, yang menjadi anggota NATO pada April, pada Jumat lalu menutup seluruh perbatasan timurnya dengan Rusia, yang dituduh mendalangi krisis migran di perbatasannya.

Putin mengatakan dia akan menanggapi memburuknya hubungan tersebut dengan membuka zona militer di barat laut.

"Mereka (Barat) menyeret Finlandia ke dalam NATO. Apakah kami berselisih dengan mereka? Semua sengketa, termasuk sengketa wilayah pada pertengahan Abad ke-20, telah lama terselesaikan," tegas Putin.

"Sebelumnya tidak ada masalah di sana. Sekarang akan ada (masalah) karena kami akan membentuk (kembali) Distrik Militer Leningrad (St. Petersburg) dan memusatkan sejumlah unit militer di sana."

  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.