Sukses

'Seolah Tuhan', Dokter Virginia Diduga Bunuh 300 Pasien Miskin

Polisi yakin, Virginia menyasar para pasien miskin yang mendapat perawatan gratis dari sistem jaminan kesehatan di Brasil.

Mengemban profesi mulia sebagai penyelamat manusia, Virginia Helena de Souza justru menjelma sebagai sosok berdarah dingin. Dokter asal Brazil itu diduga membunuh lebih dari 320 pasien. Hanya untuk mengosongkan ranjang rumah sakit.

Jika terbukti, perempuan berusia 56 tahun itu mungkin telah mengambil lebih banyak nyawa, dari dr Harold Shipman, yang membunuh 215 pasiennya dalam waktu 25 tahun.

Modus yang dilakukan Virginia, ia diduga memberikan obat dalam dosis mematikan pada pasien yang jadi korban. Atau, dengan cara lain, memutuskan saluran oksigen ke pasien yang bergantung pada mesin pendukung kehidupan di bangsa Rumah Sakit Evangelico di Curitiba, selatan Brasil.

Ia diduga memberikan obat relaksan otot, jenis yang sering digunakan dalam eksekusi hukuman mati.

Polisi yakin, Virginia menyasar para pasien miskin yang mendapat perawatan gratis dari sistem jaminan kesehatan di Brasil. Tempat tidur pasien kosong itu lantas diberikan pada pasien yang mampu membayar atau punya asuransi pribadi.

Virginia ditahan bulan lalu terkait kematian prematur 7 pasien yang sakit parah. Polisi yang menyamar merekam pernyataannya yang menyebut, ingin "merapikan" bangsal.

Tak sampai di situ, penyelidikan Departemen Kesehatan Brasil menambah jumlah pasien yang diduga jadi korban Virginia menjadi 20. Sementara sekitar 300 kematian pasien mencurigakan juga sedang diselidiki.

Melampaui Harold Shipman?

Korban pertama Virginia diduga adalah suaminya sendiri, seorang dokter yang meninggal tahun 2006 lalu akibat kanker usus.

Dokter Mario Lobato, yang memimpin investigasi mengatakan, Virginia bertindak "seolah-olah menjadi Tuhan", menentukan mana pasien mana yang harus meninggal.

"Ada 20 kasus yang selesai diselidiki, dan kami masih punya hampir 300 kasus yang akan segera diungkap," kata dia.

"Dalam setiap kasus, kesaksian orang-orang yang bekerja di rumah sakit mengkonfirmasi apa yang kami temukan di catatan medis pasien." Juga modus operandi yang sama. Penggunaan obat dan kematian.

Jika terbukti, Virginia melampaui apa yang dilakukan Harold Shipman asal Inggris, sebagai dokter paling berdarah dingin.

Harold Shipman yang gantung diri di selnya pada usia 57 tahun dinyatakan terbukti bersalah membunuh 215 pasien, berusia 47 hingga 93 tahun, selama kurun waktu 25 tahun.

Sementara,  pengacara Elias Mattar Assad mengatakan, kliennya tak bersalah. "Kami akan mampu membuktikan bahwa apa yang dilakukan klien kami dibenarkan secara medis," kata dia, yakin. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.