Sukses

5 Fakta Menarik Nyanyian Paus yang Berhasil Dipecahkan Para Ahli

Nyanyian paus biasanya terdiri dari beberapa fase, mulai dari naik turunnya nada (interval) yang rumit dan diakhiri dengan nada rendah yang terdengar berat dan keras.

Liputan6.com, Jakarta - Selama berabad-abad, para ilmuwan berusaha memecahkan misteri suara-suara yang berhasil direkam dari dalam laut. Salah satu asal suara tersebut berhasil dipecahkan, yakni dari paus.

Namun, cara paus mengeluarkan suara-suara ini masih menjadi misteri. Baru-baru ini penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature memberikan penjelasan terbaru mengenai bagaimana nyanyian paus berasal.

Melansir laman NOAA Office of National Marine Sanctuaries pada Kamis (23/05/2024), berikut fakta menarik nyanyian paus.

1. Apa itu Nyanyian Paus?

"Nyanyian" paus adalah pola suara yang teratur dan dapat diprediksi pada beberapa spesies paus, terutama paus bungkuk. Paus menggunakan suara untuk berkomunikasi, mencari makanan, dan menemukan satu sama lain.

Seorang pakar paus dari Universitas Washington, penelitian yang dilakukan selama hampir 10 tahun menghasilkan teori bahwa nyanyian paus bowhead (Balaena mysticetus) tak hanya untuk komunikasi dan menarik lawan jenis. Nyanyian paus juga merupakan salah satu cara hewan ini untuk bersenang-senang atau menghibur dirinya.

Nyanyian paus biasanya terdiri dari beberapa fase, mulai dari naik turunnya nada (interval) yang rumit dan diakhiri dengan nada rendah yang terdengar berat dan keras. Paus bowhead dikenali punya kemampuan untuk menghasilkan nada dengan frekuensi tinggi dan rendah di waktu bersamaan, sehingga terdengar seperti suara ganda.

Bagi manusia, nyanyian paus yang misterius bisa jadi salah satu cara untuk mengetahui apa yang tersembunyi di dasar laut yang belum bisa dijangkau oleh manusia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dihasilkan Organ Paus yang Tak Berevolusi

2. Dihasilkan Organ Paus yang Tak Berevolusi

Kotak suara atau laring yang membuat paus dapat mengeluarkan nyayian disebut para ahli sebagai organ kuno. Mamalia itu berevolusi ketika keluar dari laut.

Kemudian mereka membutuhkan cara untuk memisahkan udara yang dihirup dari makanan yang dikonsumsi. Laring berfungsi seperti ruang depan tenggorokan atau trakea.

Lipatan jaringan yang disebut epiglotis yang menjaga makanan dan minuman agar tidak jatuh ke tenggorokan. Di bawah epiglotis, mamalia telah mengembangkan lipatan jaringan tambahan.

Hal ini disebut pita suara di mana itu menghasilkan suara ketika udara yang dihembuskan dari paru-paru menyebabkannya bergetar. Ketika nenek moyang paus yang hidup di darat kembali ke laut, kondisi tersebut mengharuskan mereka mengubah laringnya.

3. Kotak Suara yang Kuat dan Tahan Lama

Dengan memanfaatkan "kotak suara" ini, paus mampu menghasilkan suara yang kuat dan tahan lama yang dapat menjangkau jarak yang jauh di bawah air. Hal ini memungkinkan mereka untuk berkomunikasi satu sama lain.

 

3 dari 3 halaman

Dipecahkan Bangkai Paus

4. Dipecahkan Bangkai Paus

Untuk memecahkan misteri nyanyian paus, para ilmuwan mengawetkan kotak suara yang baru dibedah dari tiga paus balin yang mati setelah terdampar di Denmark dan Skotlandia. Satu adalah si bungkuk, minke, dan yang terakhir adalah seekor sei.

Para peneliti memasang kotak suara paus sepanjang dua kaki ke serangkaian pipa dan memompa udara. Pada awalnya, kotak suara tidak mengeluarkan suara apa pun.

Namun ketika para peneliti mengubah posisi laring, bantalan lemak yang terhubung dengannya bergetar melawan pita suara. Setelah itu, suara ikan paus menjadi terdengar.

Para peneliti juga menciptakan model digital untuk mengkaji bagaimana keterbatasan kapasitas paru-paru dan tekanan air dapat mempengaruhi tempat dan cara paus bersuara.

5. Dampak Polusi Laut Terhadap Nyanyian Paus

Para peneliti juga menyoroti dampak negatif dari polusi laut terhadap nyanyian paus. Kebisingan yang dihasilkan oleh kapal dan aktivitas manusia lainnya dapat mengganggu komunikasi paus dan bahkan menyakiti pendengaran mereka.

Hal ini dapat berdampak signifikan pada kemampuan mereka untuk mencari makan, kawin, dan bertahan hidup.

(Tifani)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini