Sukses

Wahana Penjelajah Bulan China Menguak Teori Kawah Bulan, Seperti Apa?

Chang'e 4, wahana penjelajah Bulan milik China, membeberkan teori kawah Bulan. Ini penjelasannya.

Liputan6.com, Beijing - Wahana penjelajah Bulan milik China, Chang'e-4, diklaim telah mengungkap sebuah gagasan lawas tentang asal-usul kawah besar di sisi terjauh Bulan.

Menurut keterangan Chunlai Li dari Chinese Academy of Sciences di Beijing, yang tergabung dalam misi ini, menyatakan bahwa kawah terbentuk akibat tabrakan keras antara Bulan dan planetoid pada miliaran tahun lalu, menembus jauh ke dalam kerak Bulan, dan masuk ke lapisan di bawahnya yang disebut mantel.

Seperti dikutip dari BBC, Kamis (16/5/2019), Chang'e-4 dikatakan sudah mengidentifikasi apa yang tampak sebagai batuan mantel di permukaan Bulan melalui robot yang dibawanya: Yutu 2. 

Situs pendaratan rover tersebut terletak di sebuah tempat rendah berukuran lapang yang tercipta oleh benturan asteroid tadi.

Sisi jauh Bulan, yang 'berpaling' dari Bumi, dilaporkan punya permukaan yang lebih kasar dari sisi yang diketahui publik pada umumnya. Sisi jauh Bulan pun memiliki lebih sedikit "maria", yakni dataran gelap yang dibentuk oleh letusan gunung berapi purba.

 

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Temuan Batu yang Mirip dengan di Bumi

Chang'e-4 mendarat di Bulan pada 3 Januari 2019 dan melepaskan robot Yutu 2 untuk mengeksplor wilayah di sekitar sisi terjauh Bulan.

Rover itu menginjakkan kakinya di dalam cekungan kawah selebar 180 km yang disebut Von Karman. Kawah ini berada di dalam South Pole Aitken (SPA) Basin atau Kutub Selatan Aitken Basin selebar 2.300 km, yang mencakup hampir seperempat keliling Bulan.

Tidak diketahui persis berapa usia SPA Basin, tetapi ilmuwan memperkirakan umurnya sekitar 3,9 miliar tahun. Sedangkan asteroid yang menciptakannya diperkirakan memiliki lebar sekitar 170 km.

Yutu 2 kini telah mengidentifikasi bebatuan dengan susunan kimia yang sangat berbeda dengan yang pernah ditemukan di tempat lain di Bulan.

Hasil awal dari temuan tersebut, yang menggunakan sistem Visible and Near Infrared Spectrometer (VNIS) dari Yutu 2, menunjukkan bahwa bebatuan di sana mengandung mineral yang dikenal sebagai piroksen rendah kalsium (orto) dan olivin (mineral magnesium besi silikat yang banyak ditemukan di bawah permukaan Bumi).

Para penulis makalah ini ingin melanjutkan pemeriksaan batu-batu tersebut dan mencari yang lain. Mereka juga menegaskan kemungkinan untuk mengirim misi lain agar bisa mengantarkan beberapa dari bebatuan itu ke Bumi untuk dipelajari lebih lanjut di laboratorium.

Sementara itu, kini temuan tersebut telah direpresentasikan di jurnal Nature.

3 dari 3 halaman

Temuan Menakjubkan

Dari hasil pengamatan di atas, para ilmuwan diharapkan bisa terbantu dalam memahami komposisi kimia dan mineralogi mantel Bulan, yang dapat menjelaskan asal-usul dan evolusi Bulan itu sendiri.

Anggota tim peneliti juga ingin mencari tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi di Bulan setelah ditabrak asteroid dan membentuk SPA Basin. Mereka memperkirakan bahwa lubang di permukaan cekungan ini mungkin telah diisi oleh batuan cair.

Patrick Pinet, dari Research Institute in Astrophysics and Planetology (IRAP) di Toulouse, Prancis, menyebut hasil temuan itu menakjubkan dan mengatakan batuan serta kawah-kawah itu bisa punya implikasi yang cukup besar untuk mengkarakterisasi komposisi mantel Bulan.

"Sangat penting untuk membuat kemajuan dalam bidang geologi, membongkar sisi jauh Bulan, memperluas pengetahuan dasar kita tentang pembentukan Bulan dan asal-usul asimetri kerak yang ada antara sisi dekat dan jauh Bulan, juga untuk mempersiapkan masa depan manusia," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.