Sukses

Langkah Tepat Menolong Orang Keluar dari Risiko Bunuh Diri

Menurut beberapa ahli psikologi, setiap individu bisa berpartisipasi menolong seseorang keluar dari keinginan bunuh diri.

Liputan6.com, Washington DC - Dua tragedi kematian tokoh terkemuka dunia akibat bunuh diri, desainer Kate Spade dan koki Anthony Bourdain, yang terjadi dalam waktu berdekatan, kembali menguatkan pembahasan tentang isu kesehatan mental.

Bukan hanya tentang bagaimana langkah jitu agar seseorang tidak berpikiran jauh hingga bunuh diri, para ahli psikologi juga menyarankan khalayak luas untuk turut peduli mencegah risiko tersebut terjadi di lingkungan sekitar.

Dikutip dari CNN pada Minggu (10/6/2018), selama kurun waktu satu dekade terakhir, angka kasus bunuh diri meningkat cukup tajam di Amerika Serikat, dengan segmen populasi yang tersebar acak di beragam rentang usia.

"Kita sering tidak punya waktu untuk menjangkau mereka yang kita sayangi dan cintai, bahkan ketika kita memperhatikan ada kekhawatiran (terhadap risiko bunuh diri)," kata Nadine Kaslow, mantan Presiden American Psychological Association dan seorang profesor di Emory University School of Medicine.

"Sering muncul rasa khawatir jika bertanya kepada seseorang (tentang bunuh diri), Anda akan meningkatkan kemungkinan mereka mengakhiri nyawa dengan bunuh diri. Tetapi saya rasa kenyataannya adalah, Anda benar-benar membuat mereka tahu ada seseorang yang peduli, dan Anda bisa segera membantunya keluar dari ancaman maut tersebut," lanjut Kaslow menjelaskan.

Tapi bagaimana Anda bisa tahu seseorang dengan risiko bunuh diri membutuhkan bantuan?

Dr Jeffrey Lieberman, ketua psikiatri di New York-Presbyterian/Columbia University Irving Medical Center, mengatakan orang-orang bisa tidak sengaja menunjukkan rasa depresi, yakni melalui pernyataan tidak biasa, dan terkadang juga tidak menyenangkan, sebelum upaya bunuh diri.

Dijelaskan oleh Lieberman, perubahan signifikan dalam perilaku atau pengaruh mungkin merupakan tanda peringatan juga.

"Itu bukan sesuatu yang secara spontan, tiba-tiba terjadi tanpa proses sebelumnya," kata Lieberman. "Gagasan bahwa bunuh diri tidak dapat dicegah sepenuhnya salah."

Meskipun kondisi kesehatan mental merupakan faktor risiko yang signifikan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan bahwa lebih dari separuh orang yang meninggal karena bunuh diri, dalam penelitian baru-baru ini, tidak menunjukkan kondisi kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya.

Faktor-faktor lain, seperti peristiwa traumatis, tekanan hidup dan penggunaan zat berbahaya, juga dapat memainkan peran dalam mendorong seseorang melakukan tindak bunuh diri.

Untuk itu, menurut Lieberman, penting bagi setiap orang untuk memberi dukungan kepada mereka yang dicintai selama masa-masa sulit, dan penuh risiko depresi akut.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penularan Bunuh Diri

Sementara itu, Joel Dvoskin, seorang psikolog di University of Arizona Medical School, menyarankan Anda harus lebih banyak mendengar daripada berbicara, ketika berupaya menolong seseorang keluar dari pusaran depresi.

"Bertanya kepada mereka bagaimana perasaan mereka, dan mendengarkan secara saksama, merupakan strategi yang baik," kata Dvoskin.

Penelitian yang dilakukan oleh Dvoskin menunjukkan bahwa "penularan bunuh diri", atau potensi peningkatan perilaku bunuh diri, baik secara langsung atau melalui liputan media, adalah fenomena nyata dan meresahkan.

Setelah aktor Robin Williams tewas gantung diri pada tahun 2014, misalnya, peneliti melacak peningkatan 10 persen kasus bunuh diri di Amerika Serikat selama empat bulan setelahnya.

Hal itu, menurut Dvoskin, kemungkinan sebagian besar dikarenakan tingginya volume pemberitaan yang sangat terperinci, mulai dari penemuan jasad hingga spekulasi mengenai tingkat depresi yang melatarbelakangi keputusan mengakhiri hidup.

Ditambahkan oleh Dr Jeffrey Lieberman, ketua psikiatri di New York-Presbyterian/Columbia University Irving Medical Center, jika seseorang menunjukkan bahwa dia berpikir tentang bunuh diri atau menyakiti diri sendiri, sebaiknya mereka menghubungi profesional kesehatan mental.

"Tetapi hal ini mungkin lebih mudah diucapkan daripada dilakukan," kata Lieberman.

"Jika Anda benar-benar khawatir tentang seseorang yang ingin bunuh diri, saya tidak percaya bahwa hotline layanan bantuan pencegahan bunuh diri tidak cukup. Anda harus membuat mereka peduli tentang hidupnya, dengan mendengarkan langsung keluh kesahnya, dan menguatkan bahwa mereka tidak seorang diri di dunia ini," lanjut Lieberman.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.