Sukses

CEO Facebook Mark Zuckerberg di Depan Senat AS: Saya Minta Maaf...

Mark Zuckerberg mengaku Facebook terlibat dalam kerja sama dengan pemimpin special counsel, Robert Mueller, dalam menyelidiki campur tangan Rusia di Pilpres AS 2016.

Liputan6.com, Washington DC - Pemimpin sekaligus pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, akhirnya bertatap muka dengan Kongres dan Senat AS pada Selasa, 10 April 2018. Zuckerberg membuka sesi dengar pendapat di depan sejumlah senator dengan kalimat, "saya minta maaf." 

Miliarder berusia 33 tahun, membuat kesaksian yang berlangsung hampir lima jam. Kedatangannya terkait dengan skandal Cambridge Analytica d. Facebook mengakui, informasi pribadi hingga 87 juta  pengguna dipanen tanpa izin mereka.

Zuckerberg juga mengakui bahwa perusahaannya bekerja sama dengan orang nomor satu di special counsel, Robert Mueller, dalam upaya investigasi tentang campur tangan Rusia di Pemilu Presiden 2016.

Saat hadir di Capitol Hill, Zuckerberg dihadang pertanyaan oleh Senator Demokrat Patrick Leahy, tentang apakah Facebook menerima panggilan permintaan (subpoenas) dari special counsel, dan ia menjawab "ya".

Namun, sesaat kemudian Zuckerberg mengklarifikasi: "Saya sebenarnya tidak tahu tentang panggilan permintaan itu. Saya sadar bahwa mungkin ada, tapi kami bekerja dengan mereka (special counsel)."

Ketika ditanya apakah karyawannya telah diwawancarai, dia juga menjawab ya, tetapi menambahkan, "Saya belum," demikian seperti dikutip dari CNN pada Rabu (11/4/2018).

Sebelumnya, Facebook sempat mengatakan bahwa tahun lalu, perusahaan media sosial itu berbagi konten dan informasi, yang berkaitan dengan lebih dari 3.000 iklan yang djual ke  akun-akun tertuduh di Rusia, kepada Mueller.

Dia melanjutkan: "Saya ingin berhati-hati di sini karena kerja sama kami dengan special counsel bersifat rahasia, dan saya ingin memastikan bahwa dalam sesi terbuka, saya tidak mengungkapkan sesuatu yang bersifat rahasia."

Pada Februari lalu, special counsel menuduh 13 oknum dan tiga perusahaan asal Rusia, melakukan intervensi pada Pilpres AS.

Salah satu pihak tertuduh adalah Badan Riset Internet, yang terkadang dijuluki sebagai 'ladang hasut Rusia', yang dituding memiliki tujuan strategis untuk menabur benih perselisihan dalam sistem politik neegeri Paman Sam.

Menanggapi hal tersebut, Zuckerberg mengatakan bahwa Facebook tengah mengembangkan sederet perangkat baru, yang berfungsi untuk mengidentifikasi akun-akun palsu pemicu perselisihan.

Kemunculan Zuckerberga dalam sidang dengan komite Senat Perdangan dan Kehakiman, menandai pertama kalinya Zuckerberg bersaksi di hadapan Kongres.

 

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Facebook Akan bersifat Terbuka Mengenai Kebijakan yang Diterapkannya

Sementara itu, di waktu yang sama, Zuckerberg menyebut ada segelintir orang di Rusia, yang mencoba mengeksploitasi berbagai sistem di internet, termasuk yang dimiliki oleh Facebook.

"Kami perlu berinvestasi untuk menjadi lebih baik dalam hal ini," terang Zuckerberg.

Namun, bos Facebook itu enggan menjawab lebih lanjut beberapa pertanyaan, tentang bagaimana jaringan media sosial itu akan diatur lebih ketat di kemudian hari.

Ketika ditekan, titan miliarder berusia 33 tahun itu mengatakan akan terbuka dengan regulasinya, jika itu adalah 'peraturan yang tepat', meskipun ia menghindari spesifikasinya.

Zuckerberg hadir di hadapan sesi gabungan beberapa komite senat AS, setelah terungkap dalam beberapa pekan terakhir, bahwa sekitar 87 juta data pribadi pengguna Facebook telah dimanfaat secara terselubung oleh firma konsultan publik Cambridge Analytica.

Selama persidangan, Mr Zuckerberg juga mengatakan: "Sudah jelas bahwa kami tidak cukup banyak mencegah, alat-alat ini digunakan untuk hal yang membahayakan."

"Dalam retrospeksi itu jelas kesalahan, untuk percaya Cambridge Analytica menghapus data, tanpa pemeriksaan lebih lanjut," lanjutnya.

Dia secara pribadi prihatin tentang kemungkinan bias politik di firma konsultan publik tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.