Sukses

Rusia Kembangkan 'Soratnik', Mesin Tempur Serupa Terminator

Kalashnikov Concern, perusahaan pembuat senjata asal Rusia, mengklaim telah membuat robot seberat tujuh ton yang disebut 'Soratnik'.

Liputan6.com, Moskow - Kalashnikov Concern, perusahaan pembuat senjata asal Rusia, mengklaim telah membuat robot seberat tujuh ton yang disebut 'Soratnik'. Robot itu dirancang untuk membantu operasi militer.

Soratnik beroperasi menggunakan roda rantai dan dilapisi baja tebal seperti tank. Kombinasi bahan itu dipilih agar robot tersebut mampu lebih mudah melintasi medan yang kasar serta menangkis serangan artileri dan granat. Demikian seperti yang dilansir RBTH Indonesia, Kamis (10/8/2017).

Dengan ukuran kecil dan menggunakan sistem tak berawak, Soratnik dapat dilengkapi dengan banyak jenis senjata, mulai dari meriam 7,62 milimeter hingga senapan mesin 12,7 milimeter. Kalashnikov Concern juga berencana untuk melengkapi dengan senapan tempur jet 30 milimeter dan misil anti-pesawat.

Robot itu dapat bekerja sama dengan pesawat tak berawak (drone) untuk terbang di atas medan perang serta dikontrol oleh operator dari bunker atau tempat yang lebih aman.

Perangkat lunak Soratnik menggunakan artificial intelligence (kecerdasan buatan) dan mampu bekerja di tiga mode berbeda. Mode pertama dengan operator yang mampu mengendalikan mesin metal ini dari jarak hingga 10 kilometer.

Mode kedua adalah mode semi-otomatis, namun informasi mengenai ini masih dirahasiakan. Analis militer Izvestia Alexei Ramm mengatakan bahwa robot itu dapat mencari dan memangsa target secara mandiri, serta membedakan kawan dan lawan.

Robot itu juga dapat menyimpan informasi mengenai target. Berdasarkan data yang tersimpan, operator dapat memberitahu robot apakah harus menyerang atau tidak.

Yang ketiga, sepenuhnya otomatis. Soratnik dapat bekerja secara mandiri, seperti Terminator.

“Ini hal paling menarik karena para pakar dan pejabat militer di seluruh dunia belum siap membuat mesin yang membuat keputusan yang sepenuhnya mandiri. Terlepas dari fakta bahwa memberikan robot kebebasan total di medan perang membutuhkan berbagai macam peraturan, masih belum jelas bagaimana membuat robot ini mampu membedakan yang mana target atau masyarakat sipil,” kata Ramm menambahkan.

Ia percaya bahwa dibutuhkan bertahun-tahun sebelum artificial intelligence ini digunakan untuk perang.

 

Saksikan juga video berikut ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.