Sukses

10 Negara yang Habiskan Banyak Duit untuk Proyek Ruang Angkasa

Beratnya medan dan fasilitas yang dibutuhkan, membuat kegiatan eksplorasi ruang angkasa tentu membutuhkan dana yang luar biasa besar.

Bulan memang merupakan salah satu objek langit paling menarik untuk dipandangi. Tapi Anda tentu tahu, di luar angkasa sana masih banyak sekali objek baru yang bisa dipelajari. Tak heran jika banyak negara maju yang mendirikan badan eksplorasi ruang angkasa untuk mengamatinya lebih dalam.

Seperti dilansir dari The Richest, Kamis (1/8/2013), beratnya medan dan fasilitas yang dibutuhkan, eksplorasi ruang angkasa tentu membutuhkan dana yang luar biasa besar. Meski demikian, beberapa negara maju tak keberatan menggelontorkan dana hingga triliunan rupiah guna mengembangkan berbagai proyek di luar angkasa.

Amerika dengan NASA-nya tercatat paling loyal dalam mendanai berbagai program luar angkasa yang dikembangkannya.

Lengkapnya, berikut 10 negara yang menghabiskan uang terbanyak untuk menjelajahi ruang angkasa:

1. Amerika Serikat (AS) - US$ 18 miliar (Rp 184,6 triliun)



The National Aeronautics and Space Administration (NASA) bertugas untuk mengembangkan dan mengoperasikan berbagai program luar angkasa milik AS. Sejak Nasa memulai operasinya pada 1958, seluruh programnya menjadi perintis berbagai proyek eksplorasi luar angkasa lainnya seperti Space Shuttle, Apollo, dan terminal luar angkasa Skylab.

Program-program terbaru yang tengah dikembangkan diantaranya Commercial Crew Program, Beyond Low Earth Orbit Program, dan sejumlah proyek tak bernama lainnya dengan tujuan mengeksplorasi bumi dan sistem peredarannya. Banyaknya program eksplorasi luar angkasa yang dikerjakan AS membuatnya menggelontorkan dana hingga US$ 18 miliar.

2. Rusia - US$ 5,6 miliar (Rp 57,43 triliun)



The Russian Federal Space Agency, yang juga dikenal sebagai Roscosmos, bertanggungjawab atas riset dan berbagai program luar angkasa Rusia.

Saat ini, Rusia tengah fokus pada sejumlah roket Angara dan pengembangan berbagai alat baru untuk komunikasi dan navigasi. Selain itu, terdapat juga proyek wisata luar angkasa dengan biaya US$ 20 juta untuk setiap penumpang.

3. European Space Agency (ESA) – US$ 5,3 miliar (Rp 54,36 triliun)

 


Sebanyak 20 anggota Uni Eropa tergabung dalam Badan Luar Angkasa Eropa (European Space Agency). Bermarkas  di Paris, ESA menumpahkan seluruh fokusnya pada program-program eksplorasi ruang angkasa.

ESA juga bertanggungjawab atas beberapa proyek peluncuran tanpa nama ke bulan. Masing-masing negara anggotanya berkontribusi dalam kapasitas yang berbeda.

4. Prancis –  US$ 2,8 miliar  (Rp 28,7 triliun)



Badan ruang angkasa Prancis d’études spatiales telah lama bertugas mengelola akses ke luar angkasa. Tak hanya itu, pengembangan berkelanjutan, pengamanan, serta riset pengetahuan dan teknologi telah lama menjadi tugas yang diemban badan ruang angkasa tersebut.

Banyaknya biaya yang dikeluarkan Prancis mencapai sekitar US$ 2,8 miliar. D’études spatiales saat ini diketahui tengah mengembangkan proyek mikrogravitas dan melakukan sejumlah proyek kolaborasi dengan beberapa badan internasional lainnya. Prancis juga disebut-sebut sebagai satu-satunya negara dengan investigator UFO berbayar.

5. Jepang - US$ 2,5 miliar (Rp 25,6 triliun)



Pada Oktober 2003, Jepang mendirikan  Japan Aerospace Exploration Agency yang dirancang untuk membantu riset dan pengembangan eksplorasi ruang angkasa.

Badan tersebut juga tercatat pernah terlibat di berbagai misi luar angkasa yang canggih. Kebanyakan dari misinya belum pernah dilakukan negara lain seperti eksploarsi asteroid. Jepang pun terkenal sukses menjalankan berbagai proyek ruang angkasa seperti X-ray astronomy, VLBI (Very Long Base Interferometry), dan observasi matahari.

6. Jerman - US$ 2 miliar (Rp 20,5 triliun)



German Aerospace Center merupakan pusat transportasi, riset luar angkasa dan energi di Jerman. Proyek yang dijalakannya berada di dalam dan luar negeri. Badan penelitian Jerman ini bertanggungjawab mengoperasikan potensi bumi, sistem kerja matahari dan beberapa proyek lingkungan.

Salah satu kontribusi terbesar German Aerospace Center pada Mars Express Mission yang dipelopori ESA adalah High Resolution Stereo Camera (HRSC). Kamera ini merupakan jenis stereo digital pertama yang dilengkapi lensa beresolusi tinggi.

7. India - US$ 1,3 miliar (Rp 13,3 triliun)



Eksplorasi ruang angkasa di India sepenuhnya dikelola Indian Space Research Organization (ISRO). Badan ruang angkasa tersebut merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Sejak didirikan pada 1969, ISRO telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penjelajahan ruang angkasa.

Hal itu termasuk salah satu satelit pertama India, Aryabhatta. Pada 1980, ISRO mengembangkan satelit pertama di orbit, Rohini. Saat ini ISRO menangani sejumlah satelit observasi bumi termasuk  INSAT Series, IRS Series, Radar Imaging Satellites, dan beberapa lainnya.

8. China - US$ 1,3 miliar (Rp 13,3 trilliun)
 


China National Space Administration bersama dengan  China Aerospace Corporation memegang wewenang penuh atas beberapa progaram ruang angkasa di sana. China memiliki beberapa eksplorasi yang tengah dijalani termasuk modul laboratorium luar angkasa Tiangong 1 pada 2011, dan Shenzhou 10 pada 2013.

9. Italia – US$ 1 miliar (Rp 10,25 triliun)



Berbagai proyek ruang angkasa di Italia ditangani oleh Italian Space Agency milik pemerintah. Beberapa proyek terbarunya dikelola bersama dengan NASA. Mengingat Italia merupakan salah satu kunci eksplorasi ruang angksa, Italia menjadi pendiri dan memainkan peran penting dalam European Launcher Development Program dan European Space Research Organization.

Pada Maret 2013, Italia dan AS mengesahkan kesepakatan bilateral untuk merayakan kerjasama keduanya di bidang eksplorasi ruang angkasa yang telah berusia 50 tahun.

10. Iran - US$ 500 juta (Rp 5,1 triliun)



Iran Space Agency dibentuk pada 2004 dan berkewajiban mendukung seluruh kegiatan yang berkaitan dengan ruang angkasa. Satelit yang telah diluncurkan Iran termasuk Shahab 3, Safir SLV, Safir-1B, Simorgh LV, dan Qoqnoos SLV. (Sis/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.